Menuju konten utama

Menhub Katakan Belum Ada Dampak dari Aksi Mogok Pekerja JICT

Menhub mengindikasikan bahwa dirinya akan langsung bertindak apabila aksi mogok kerja sudah sampai memengaruhi pelayanan dari JICT.

Menhub Katakan Belum Ada Dampak dari Aksi Mogok Pekerja JICT
Suasana terminal peti kemas Koja milik PT Jakarta International Container Terminal selama aksi mogok kerja yang dilakukan serikat pekerja JICT di Jakarta, Kamis (3/8). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

tirto.id - Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengatakan pihaknya belum menerima laporan terkait dampak dari aksi mogok para pekerja Jakarta International Container Terminal (JICT). Menurut Budi, kegiatan operasional di perusahaan bongkar muat peti kemas tersebut masih berjalan normal sampai hari ini.

“Sampai sekarang nggak ada laporan penumpukan. Lancar semuanya. Saya sendiri hanya concern pada pelayanan yang harus tetap harus dilakukan,” kata Budi Karya saat meninjau proyek LRT di Tol Jagorawi pada Jumat (4/8/2017) siang.

Oleh karena itu, Budi mengindikasikan bahwa dirinya akan langsung bertindak apabila aksi mogok kerja sudah sampai memengaruhi pelayanan dari JICT.

“Saya akan all out untuk selesaikan pelayanan, karena kalau pelayanan itu obyek vital. Keharusan pemerintah untuk turun tangan. Pelayanan sendiri nggak boleh diganggu. Kami jamin itu, sehingga kalau ada pihak-pihak yang merasa dirugikan karena pelayanan turun silakan ketemu kami,” jelas Budi.

Baca juga: Luhut Mengaku Heran dengan Tuntutan Pekerja JICT

Lebih lanjut, Budi menyebutkan kementerian lembaganya tidak bisa mengintervensi aksi mogok para pekerja. “Kalau urusan SP (Serikat Pekerja), itu kita serahkan kepada korporasi. Karena itu di luar domain kita,” ucap Budi.

Kendati demikian, Budi sempat menyampaikan harapannya agar sekitar 600 pekerja JICT yang mogok menghentikan aksinya.

“Karena ada suatu idealisme untuk bangsa, ini tempat vital. Sehingga sebaiknya tidak mogok. Namun kami telah melakukan suatu koordinasi dengan stakeholders yang ada melalui syahbandar, jadi ada satu kerja sama dari tim di JICT yang masih ada, dengan PT-PT yang ada di sana,” ungkap Budi.

Sementara itu, Menteri BUMN Rini Soemarno mengaku pihaknya terus memantau perkembangan aksi mogok kerja yang telah dilakukan sejak Kamis (3/8/2017) pagi.

Rini sendiri mengaku heran dengan alasan dari aksi tersebut, mengingat dari sisi pendapatan, para pekerja JICT telah mendapatkan upah dan insentif yang terbilang tinggi. “Kalau kita lihat dari sisi pendapatan, pekerja JICT itu pendapatannya sangat tinggi, dibandingkan sebelahnya Koja dan Pelabuhan Peti Kemas,” ucap Rini di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, kemarin.

Senada dengan Rini, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan juga mengaku tak habis pikir dengan tuntutan yang dilayangkan.

“Saya sudah bilang berkali-kali, saya juga bingung. Wong gajinya nomor 2 tertinggi di dunia. Rp36 juta (per bulannya) atau berapa itu, untuk operatornya. Saya saja gajinya cuma Rp 19 juta,” kata Luhut di Gedung BPPT Jakarta pada Kamis (3/8) siang.

Menurut rencana, sebanyak 600 pekerja JICT akan melakukan aksi mogok kerja selama delapan hari, yakni hingga 10 Agustus mendatang. Berdasarkan informasi yang dihimpun dari Antara, Serikat Pekerja JICT melakukan aksi mogok kerja karena menuntut penambahan bonus kerja tahunan selama 2016.

Baca juga artikel terkait AKSI MOGOK KERJA atau tulisan lainnya dari Damianus Andreas

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Damianus Andreas
Penulis: Damianus Andreas
Editor: Yuliana Ratnasari