Menuju konten utama

Mengenang Toni Morisson, Peraih Nobel yang Karyanya Memukau Dunia

Dunia masih berduka atas meninggalnya Toni Morisson, peraih Nobel Sastra yang tulisannya memukau dunia.

Mengenang Toni Morisson, Peraih Nobel yang Karyanya Memukau Dunia
Peraih Nobel Amerika, Toni Morisson, memberi isyarat ketika dia berbicara kepada wartawan saat konferensi pers di Museum Louvre di Paris, Rabu 8 November 2006. Michel Euler/AP

tirto.id - Meninggalnya Toni Morisson pada Senin (6/8/2019) menyisakan duka yang bagi masyarakat Amerika Serikat dan dunia. Morisson merupakan salah satu penulis yang memiliki karya luar biasa.

Pengagum Maya Angelou ini merupakan seorang yang bisa mengubah dunia dengan tulisannya. Berkat karya-karyanya itulah Morisson mendapatkan banyak penghargaan salah satunya Nobel.

Dilansir AP News, Morisson meninggal di Mentofiore Medical Center kota New York akibat sakit. Tidak ada keterangan dari pihak keluarga mengenai apa penyakit Morisson. Ia meninggal pada usianya ke-88 tahun.

“Toni Morisson pergi dengan damai semalam, dikelilingi oleh keluarga dan teman-teman,” kata pihak keluarga.

Tidak terhitung berapa banyak yang mengidolakan sosok Morisson. Tidak hanya para muridnya di Universitas Pinceton saja, tetapi juga publik figur bahkan terang-terangan mengakui mereka mencintai Morisson.

Mantan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama menyampaikan rasa dukacita melalui unggahan di sosial media Twitter. “Tulisannya tidak hanya indah tapi juga bermakna–sebuah tantangan bagi hati nurani kita dan imajinasi kita,” kata Obama.

Oprah Winfrey yang sempat ikut serta dalam film karya Morisson membuat unggahan tentang penulis favoritnya itu di Instagram. Ia menjuluki Morisson sebai seorang pesulap dengan bahasa yang mengerti kekuatan dalam kata-kata.

"Dia menggunakan mereka untuk mengacaukan kita, untuk membangunkan kita, untuk mendidik kita, dan membantu kita bergulat dengan luka terdalam dan mencoba memahami mereka” kata Oprah dalam postingannya.

Selain itu rekan penulisnya sekaligus politikus Amerika, Stacey Abraham ikut mengucapkan belasungkawa melalui akun Twitternya dengan mengatakan, “Toni Morisson seorang pembangun intelek, sosok penulis brilian dari cerita rumit negara kita, sosok jurnalis yang memilukan keinginan teralam kita, serta penulis yang meluluhlantakan persepsi, dinding, dan siapa pun yang meremehkan kapasitasnya.”

Morisson lahir di Ohio dan mulai menulis novel fiksi ketika menjadi bagian dari kelompok penyair dan penulis Universitas Howard. Ia mulai menulis cerita pendek tentang seorang gadis kulit hitam yang memiliki mata berwarna biru. Cerita ini lalu ia kembangkan menjadi novel The Bluest Eyes.

The Bluest Eyes merupakan buku pertama Morisson yang diterbitkan. Bukan perkara mudah dalam menerbitkan bukunya untuk pertama kali. Di perjalanan menulisnya ia menyadari belum ada penulis kulit hitam sebelumnya.

“Tidak ada penulis kulit hitam (di AS) yang pernah melakukannya selain Jean Toomer dengan buknya Cane,” kata Morisson dalam wawancaranya dengan American Pers pada1998.

Motivasinya sangat kuat untuk menerbitkan The Bluest Eyes meskipun ditolak banyak agen dan penerbitan. Hingga akhirnya ia bertemu dengan pihak Hot, Rineheart and Wiston (yang saat ini menjadi Henry Holt and Company) yang merilis novelnya pada 1970. Novel ini membuat kesan yang mendalam bagi para pembacanya.

Bukan di buku pertama, namun Morisson terkenal sejak novel karyanya yang berjudul Beloved meraih Pulitzer Price pada 1987. Beloved digadang-gadang menjadi salah satu buku paling agung di dunia dan menjadi bacaan wajib bagi mahasiswa Universitas New York. Buku ini terinpirasi dari kisah nyata perbudakan wanita campuran Afrika-Amerika.

Tidak butuh waktu lama untuk membuat Beloved populer dan menjadi best-seller dalam 25 minggu. Buku tersebut sangat terkenal hingga diadaptasi dalam sebuah film dengan judul sama pada tahun 1998 yang diperankan oleh Oprah Winfrey, Thandie Newton, dan Danny Glover.

John Leonard dari New York Times bahkan menyebutkan buku ini sangat berharga, sangat tepat untuk diucapkan, dan sangat memberi energi. Ia bahkan sulit membedakan apakah itu sebuah novel atau puisi.

Pada tahun 1993, berkat keenam novel karyanya, Morisson dianugerahi Penghargaan Nobel Literasi dan menjadi wanita kulit hitam pertama yang menerima kehormatan. Di tengah kesibukannya dalam berkarya, ia dipanggil ke Gedung Putih untuk menerima penghargaan pada tahun 2012.

Dilansir dari The Guardian, Barack Obama memberinya penghargaan Presidential Medal of Freedom. Medal of Freedom akan diberikan pada orang yang telah membuat kontribusi bermanfaat dalam bidang keamanan atau kepentingan nasional Amerika Seikat, untuk usaha perdamaian dunia, budaya, atau kepentingan publik lainnya.

Mantan Presiden Amerika ini bahkan pernah menyebut Morisson sebagai “Harta Karun Nasional”. Buku-bukunya sering menuliskan soal kesetaraan dengan tokoh kulit hitam. Morisson ikut membantu membesarkan multikulturalisme Amerika ke mata dunia.

Ia juga membantu menghilangkan masa lalu kelam yang terjadi di negaranya yang ia sebut sebagai “ketidakbebasan jantung percobaan demokrasi.”

Baca juga artikel terkait NOBEL atau tulisan lainnya dari Yonada Nancy

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Yonada Nancy
Penulis: Yonada Nancy
Editor: Dipna Videlia Putsanra