Menuju konten utama

Mengenang Buya Syafii Maarif, Sang Muazin Bangsa yang Telah Tiada

Kepergian Buya Syafii menyisakan tangis dari berbagai kalangan, mulai dari elite politik hingga penjabat pemerintahan.

Mengenang Buya Syafii Maarif, Sang Muazin Bangsa yang Telah Tiada
Anggota Komite Etik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Buya Syafii Maarif menjawab pertanyaan wartawan usai pemeriksaan terhadap Ketua KPK Busyro Muqoddas, Jakarta, Selasa (6/9/2011). FOTO ANTARA/Fanny Octavianus/rwa.

tirto.id - Ucapan duka mengalir deras untuk Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Buya Syafii Maarif. Dalam catatan Tirto, beragam tokoh politik hingga pejabat pemerintahan mengucapkan bela sungkawa atas kepergian sang muazin bangsa itu.

Julukan muazin bangsa diberikan kepada Buya Syafii karena ia dinilai sebagai pengingat atau penyeru nilai-nilai moralitas dan kebajikan.

Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri berduka atas kepergian Buya Syafii. Ia mengaku kehilangan sosok cendekiawan besar di Indonesia.

“Ketika kami menyampaikan berita wafatnya Buya ke Ibu Megawati Soekarnoputri, Beliau terisak sangat sedih. Buya Syafii sosok yang menjadi sahabat Ibu Megawati, dan bersama-sama di BPIP," ucap Sekjen DPP PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto, Jumat (27/5/2022).

Menurut Hasto, Megawati menganggap Buya Syafii sebagai sahabat baiknya. Mega menilai Buya Syafii sebagai sosok negarawan yang saleh dan rendah hati.

"Sosok yang menjadi bagian kekuatan moral bangsa dan memberikan keteladanan dalam etika hidup berbangsa dan bernegara," jelasnya.

Hasto mengaku, seluruh kader PDI Perjuangan memberikan penghormatan kepada Buya Syafii. Mereka juga mendoakan agar mendiang mendapat tempat terbaik di sisi Allah SWT.

Megawati juga meminta ada protokoler pemakanan kehormatan negara kepada Buya Syafii. Mantan Presiden RI itu berharap keluarga BPIP dan Sekretaris Kabinet Pramono Anung menyanggupi harapan tersebut.

Rasa kehilangan juga diungkapkan oleh Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto. Pria yang juga Menko Perekonomian itu mengenang momen saat Buya Syafii menceritakan Indonesia kekurangan negarawan saat Airlangga berkunjung ke kediaman Buya Syafii pada 19 Juni 2021 lalu.

"Saya selalu ingat pesan beliau, beliau mengatakan saat ini Indonesia sedang krisis negarawan," kenang Airlangga.

Oleh karena itu, Airlangga ingin kader partai beringin bisa menciptakan banyak negarawan. Ia pun mengaku akan rindu wejangan dari Buya Syafii.

"Wejangan, nasihatnya, dan kritik-kritiknya akan kami rindukan," ujar Airlangga.

Tak hanya Airlangga, Menko PMK Muhadjir Effendy juga berduka atas kepergian Buya Syafii. Ia pun mengenang kebaikan Buya Syafii selama hidup.

“Beliau selalu blak-blakan membela ketika melihat ketidakadilan, mengedepankan persatuan dan toleransi. Bangsa Indonesia sungguh kehilangan bapak bangsa,” ungkap Muhadjir.

Muhadjir mendoakan agar Allah bersedia menghapus dosa Buya Syafii. Selain itu, ia mengajak semua pihak untuk salat gaib untuk Buya Syafii.

Senada, Wakil Presiden Ma'ruf Amin mengucapkan belasungkawa atas kepergian Buya Syafii. Menurut orang nomor dua di Indonesia itu, Buya Syafii sudah menjadi guru bangsa yang memberikan nilai positif bagi Indonesia.

"Keteladanan beliau wajib kita teruskan. Sebagai guru bangsa, pemikiran-pemikiran beliau sangat menyejukkan, moderat, dan dapat diterima lintas generasi," ucap Wapres.

Wapres Maruf Amin mendoakan agar Allah SWT menerima segala amal baik Buya Syafii Maarif semasa hidupnya dan menempatkannya di tempat terbaik di sisi-Nya.

"Semoga Allah SWT menerima amal ibadah beliau, mengampuni segala kekhilafannya, dan memberikan tempat yang terbaik di sisi-Nya," ucap pria yang pernah menjadi Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) itu.

Presiden Jokowi langsung bergegas menuju Yogyakarta usai mendapat kabar Buya Syafii meninggal. Kepala Negara memberikan penghormatan terakhir kepada Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah itu.

Buya Syafii meninggal dunia pada Jumat 27 Mei 2022 sekitar pukul 10 pagi di RS PKU Muhammadiyah Gamping, Slemen, Yogyakarta. Buya Syafii wafat karena dipicu henti jantung.

Baca juga artikel terkait MUHAMMADIYAH atau tulisan lainnya dari Andrian Pratama Taher

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Andrian Pratama Taher
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Fahreza Rizky