Menuju konten utama
Seni Budaya

Mengenal Upacara Adat "Yadnya Kasada" dari Suku Tengger, Bromo

Mengenal upacara adat "Yadnya Kasada" yang berasal dari Suku Tengger di kawah Gunung Bromo, Jawa Timur.

Mengenal Upacara Adat
Masyarakat Suku Tengger melarung sesaji ke kawah Gunung Bromo pada Upacara Yadnya Kasada di Desa Ngadisari, Sukapura, Probolinggo, Jawa Timur, Kamis (16/6/2022). ANTARA FOTO/Umarul Faruq/wsj.

tirto.id - Yadnya Kasada adalah salah satu upacara adat yang dilakukan oleh masyarakat Hindu Suku Tengger, di Jawa Timur.

Upacara ini dilakukan satu tahun sekali pada bulan ke 12 (Kasada) hari ke 15 menurut penanggalan Suku Tengger.

Upacara Yadnya Kasada merupakan ritual adat yang diselenggarakan sebagai bentuk rasa syukur kepada Yang Maha Kuasa.

Suku Tengger pada upacara ini akan mempersembahkan hasil tani dan ternak kepada Sang Hyang Widhi dan para leluhur dengan cara dilarung di kawah Gunung Bromo.

"Larung sesaji berupa hasil bumi, palawija dan ternak ini adalah bentuk rasa syukur warga Tengger kepada Tuhan. Sesaji yang telah diberikan mantra ini kemudian dilarung di kawah Gunung Bromo," kata Romo Dukun Supayadi seperti dilansir situs Dinas Kominfo Provinsi Jawa Timur.

Masyarakat Suku Tengger membawa persembahan dengan berjalan dari kaki Gunung Bromo hingga menuju kawah Gunung Bromo.

Masyarakat Suku Tengger percaya dengan melarung hasil sesajen yang terdiri dari hasil tani dan ternak dapat menjaga keharmonisan dengan alam, Tuhan, dan para leluhur. Ini akan membawa berkah untuk alam semesta beserta isinya.

Sejarah Yadnya Kasada Suku Tengger

UPACARA YADNYA KASADA DI BROMO

Sesajen masyarakat suku Tengger diletakkan di bibir kawah Gunung Bromo pada Upacara Yadnya Kasada, Probolinggo, Jawa Timur, Kamis (18/7/2019). ANTARA FOTO/Zabur Karuru/aww.

Sejarah mencatat keberadaan Suku Tengger di Jawa Timur sudah dimulai sejak masa Kerajaan Majapahit, yang diperkirakan sekitar abad ke-13.

Masyarakat Tengger percaya bahwa mereka adalah keturunan dari leluhur mereka Rara Anteng dan Joko Seger.

Cerita mengenai leluhur mereka inilah yang dipercayai menjadi dasar dilakukannya upacara adat Yadnya Kasada.

Diceritakan bahwa Joko Seger merupakan seorang putra Brahmana pangeran dari kerajaan Majapahit Kuno yang bertemu dengan Roro Anteng yang merupakan putri dari kerajaan Brawijaya Singasari.

Dahulu kala mereka saling jatuh hati dan mereka menikah dan membangun negeri di lereng Gunung Bromo yang disebut sebagai tanah Tengger.

Dua puluh tahun menikah mereka tak kunjung di karuniai anak, suatu ketika Joko Seger dan Roro Anteng bertapa di Gunung Bromo.

Setelah sekian lama bertapa mereka mendengar suara dari Gunung Bromo, jika mereka dikaruniai anak, maka anak terakhir mereka akan dijadikan persembahan bagi kawah bromo.

Akhirnya mereka dikaruniai 25 anak. Sampai akhirnya mereka lupa jika mereka punya janji terhadap Gunung Bromo.

Suatu hari, ke-25 anaknya sedang bermain di lautan pasir Gunung Bromo, dan pada saat itu anak bungsu dari Joko Seger dan Roro Anteng hilang.

Lalu terdengar suara dari anak bungsu mereka yaitu Raden Usuma yang berkata “Saya jangan dicari, hidup saya sudah enak disini, nanti jika sudah waktunya anak cucu saya harus mengirim sesajen yaitu hasil bumi pada bulan 15 malam 16 bulan kasada”.

Hal tersebut merupakan awal mula terjadinya Upacara Adat Kasada Suku Tenger di Gunung Bromo, Jawa Timur, demikian sebagaimana dikutip dari studi yang ditulis Nurjanah berjudul Aktivitas Komunikasi Upacara Adat Kasada Suku Tengger di Gunung Bromo Jawa Timur.

Prosesi Upacara Adat Yadnya Kasada

UPACARA YADNYA KASADA

Wisatawan dan masyarakat suku Tengger berada di bibir kawah Gunung Bromo pada Upacara Yadnya Kasada, Probolinggo, Jawa Timur, Sabtu (30/6). Upacara Kasada merupakan upacara adat masyarakat Suku Tengger sebagai bentuk ucapan syukur kepada Sang Hyang Widi sekaligus meminta berkah dan menjauhkan dari malapetaka. ANTARA FOTO/Zabur Karuru.

Sebagaimana dikutip dari jurnal milik Meidinata berjudul Konsep Manusia dalam Budaya Yadnya Kasada di Gunung Bromo, upacara adat Yadnya Kasada terdiri sejumlah prosesi antara lain: pengambilan air suci, pembukaan hari raya Kasada, dan upacara ritual Kasada di Poten (Pura).

Berikut urutan upacara ritual Kasada (di Poten):

  • Persiapan upacara;
  • Uyon-uyon (kidung-kidung);
  • Nglukat umat (penyucian tempat sembahyang);
  • Pembacaan Kitab Suci Weda;
  • Pembacaan sejarah Kasada termasuk cerita perkawinan Rara Anteng dan Jaka Seger,
  • Nglukat umat (penyucian jiwa umat);
  • Muspa atau persembahyangan;
  • Doa pascasembah;
  • Pemilihan calon dukun;
  • Labuhan sesajen; dan
  • Slametan desa.

Baca juga artikel terkait YADNYA KASADA atau tulisan lainnya dari Balqis Fallahnda

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Balqis Fallahnda
Penulis: Balqis Fallahnda
Editor: Dhita Koesno

Artikel Terkait

Sabtu, 30 Jun 2018

Upacara Kasada 2018