Menuju konten utama
Antropologi

Mengenal Unsur-Unsur Agama dalam Ilmu Antropologi

Unsur-unsur agama, unsur agama menurut ilmu Antropologi dan penjelasannya.

Mengenal Unsur-Unsur Agama dalam Ilmu Antropologi
Ilustrasi berdoa. foto/istockphoto

tirto.id - Agama telah menjadi sumber pedoman utama yang diimani manusia dalam berkelakuan.

Agama juga dipandang sebagai kepercayaan dan pola perilaku yang digunakan manusia untuk mengendalikan alam semesta sesuai dengan keyakinannya.

Berdasarkan modul pelajaran Antropologi Untuk SMA/MA Kelas XII, Haviland mendefinisikan agama sebagai seperangkat upacara, yang diberi rasionalisasi mitos, dan yang menggerakkan kekuatan-kekuatan supernatural dengan maksud untuk mencapai atau menghindarkan sesuatu perubahan keadaan pada manusia atau alam.

Dalam hal ini, agama memiliki berbagai unsur, baik yang sifatnya tidak terlihat dan mereka yakini maupun yang dirasakan oleh para pengikutnya.

Unsur-Unsur Agama

Dikutip dalam buku berjudul Antropologi Untuk SMA/MA Kelas XII (2009: 37), berikut adalah keempat unsur agama.

1. Kekuatan gaib

Manusia merasa dirinya lemah dan berhajat pada kekuatan gaib itu sebagai tempat memohon pertolongan.

Manusia merasa harus mengadakan hubungan baik dengan kekuatan gaib tersebut dengan mematuhi perintah dan larangan-Nya.

2. Memiliki hubungan baik dengan kekuatan gaib

Unsur kedua adalah keyakinan bahwa kesejahteraan manusia di dunia dan kebahagiaannya di akhirat tergantung pada adanya hubungan baik dengan kekuatan gaib yang dimaksud.

Tanpa adanya hubungan yang baik, manusia akan sengsara di dunia dan di akhirat.

3. Respons dari manusia

Respons yang bersifat emosional sangat diperlukan, hal ini terwujud dalam perasaan takut maupun perasaan cinta.

Setelahnya, respons itu mengambil bentuk pemujaan atau penyembahan dan tata cara hidup tertentu bagi masyarakat yang bersangkutan.

4. Paham adanya kudus (the sacred)

Paham adanya kudus yang suci, seperti kitab suci, tempat ibadah, penyembahan, manfaat dari penyembahan yang ia lakukan dan, ajaran, dan sebagainya.

Kamiruddin dalam jurnal yang berjudul, “Fungsi Sosiologis Agama: Studi Profan dan Sakral menurut Emile Durkheim” (2011), mencatat penyataan Durkheim perihal konsentrasi utama agama terletak pada “yang sakral”.

Agama memiliki pengaruh luas, menentukan kesejahteraan, dan kepentingan seluruh anggota masyarakat.

Sejalan dengan pendapat tersebut, kita juga mengenal unsur religi/kepercayaan yang diungkapkan oleh Durkheim berdasarkan teorinya, yaitu teori religi.

Menurut Badan Pusat Stastistik (BPS), Sensus Penduduk 2010 menyebut ada sekitar 1.331 kelompok suku di Indonesia, hal ini juga berpengaruh pada banyaknya agama maupun kepercayaan yang tersebar di seluruh daerah.

Dalam hal ini antropolog membagi religi ke dalam unsur-unsur sebagai berikut:

1. Emosi keagamaan (getaran jiwa) yang mendorong manusia untuk berperilaku keagamaan.

2. Sistem kepercayaan atau bayangan manusia tentang bentuk dunia, alam, alam gaib, hidup, dan maut.

3. Sistem ritus dan upacara keagamaan yang bertujuan untuk mencari hubungan dengan dunia gaib berdasarkan sistem kepercayaan yang dianutnya.

4. Kelompok keagamaan atau kesatuan-kesatuan sosial yang mengkonsepsikan dan mengaktifkan religi berikut sistem-sistem keagamaannya.

5. Alat-alat musik yang digunakan dalam ritus dan upacara keagamaan.

Baca juga artikel terkait UNSUR-UNSUR AGAMA atau tulisan lainnya dari Nika Halida Hashina

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Nika Halida Hashina
Penulis: Nika Halida Hashina
Editor: Dhita Koesno