Menuju konten utama

Mengenal Ular Piton, Sanca Raksasa yang Kerap Memangsa Manusia

Ular piton atau sanca kembang adalah salah satu ular jenis Pythoniadae (piton) dengan nama latin Malayopython reticulatus.

Mengenal Ular Piton, Sanca Raksasa yang Kerap Memangsa Manusia
Ilustrasi Ular Phyton. foto/istockphoto

tirto.id - Ular piton kembali dibicarakan, lantaran kemunculannya di Candi Lempung Surabaya pada Sabtu (16/11/2019). Ular raksasa sebesar 50 kg ini berhasil ditaklukan Mariyadi, salah satu warga desa tersebut.

Berbeda dengan kasus ular piton dua tahun lalu, yang sempat menelan korban jiwa. Seorang petani asal Desa Salubiro, Kabupaten Mamuju Tengah, Provinsi Sulawesi Barat, bernama Akbar (25) ditemukan tewas karena ditelan ular piton (sanca kembang) sepanjang sekitar empat meter pada Maret 2017.

Saat itu, seorang warga berinisiatif membelah perut si ular dengan menggunakan sebilah parang. Sayatan bermula dari ujung ekor pelan-pelan ke arah kepala. Sepanjang 50 cm sayatan pertama warga mulai curiga melihat isinya yang serupa kaki manusia. Kecurigaan mereka akhirnya terbukti benar saat perut ular sepanjang empat meter itu terbuka seluruhnya. Mayat Akbar tertelungkup dilapisi lendir isi perut sanca.

Mengenal ular piton atau sanca kembang

Ular piton atau sanca kembang adalah salah satu ular jenis Pythoniadae (piton) dengan nama latin Malayopython reticulatus.

Indonesia jadi salah satu negara habitat sanca kembang selain negara Asia Tenggara lain, terutama Malaysia dan Myanmar. Ular dengan panjang rata-rata 1,5-6,5 meter dan berat 1-75 kg ini juga lazim ditemukan di hutan tropis, padang rumput, maupun perairan air tawar Cina, Sri Lanka, Nepal, Australia, hingga sepanjang sub-Sahara Afrika.

Sebenarnya, mangsa alamiah sanca kembang bukanlah manusia. Ular dari marga Malayopython ini lazimnya memakan burung, tikus, babi hutan, monyet, atau rusa. Sementara jika tinggal di dekat hunian manusia mereka memburu ayam, kucing, atau anjing.

Gaya berburu sanca kembang khas ular besar, yaitu dengan menangkap dan melilit kuat mangsanya hingga kehabisan nafas atau hingga tulang dada serta panggulnya remuk sehingga akan lebih mudah saat ditelan bulat-bulat.

Dalam Jejak Horor Piton Meneror Manusia, meski bukan mangsa alamiah/lazimnya, tetap ada kemungkinan manusia menjadi mangsa sanca kembang karena ular ini memiliki mulut dan ukuran perut yang memungkinkan untuk dilewati tubuh manusia dewasa—apalagi anak kecil atau bayi. Persoalannya kadang pada tulang bahu orang dewasa yang terlampau kokoh, sehingga kadang perlu dipatahkan dulu. Jikapun bisa tertelan, si ular biasanya jadi relatif lebih sulit bergerak. Alhasil, ia gampang tertangkap warga.

Ular ini juga butuh siklus pencahayaan 12/12 (12 jam terang, 12 jam gelap) atau biasa disebut hewan nokturnal.

Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Sulawesi Barat 2015 mencatat, ular piton merupakan salah satu satwa langka di daerah itu yang berstatus terancam punah. Habitat ular ini di daerah itu biasa di dalam hutan dan kawasan pinggir hutan.

Infografik Tunggal Menangani Ular Piton

Infografik Tunggal Menangani Ular Piton

Baca juga artikel terkait ULAR atau tulisan lainnya dari Yulaika Ramadhani

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Yulaika Ramadhani
Editor: Agung DH