Menuju konten utama

Mengenal Tanaman Porang: Manfaat, Harga, Budidaya, & Nilai Bisnis

Manfaat tanaman porang salah satunya untuk pembuatan lem dan jelly. Bagaimana soal budidaya dan harganya? Berikut ini penjelasannya.

Mengenal Tanaman Porang: Manfaat, Harga, Budidaya, & Nilai Bisnis
lustrasi Tanaman Porang. foto/istockphoto

tirto.id - Porang adalah tanaman umbi-umbian dari spesies Amorphophallus muelleri. Porang dikenal juga dengan nama iles-iles. Manfaat tanaman porang salah satunya untuk bahan baku tepung.

Tanaman porang tengah populer dibicarakan masyarakat, lantaran kisah sukses petaninya. Petani porang di desa Kepel, Jawa Timur, berhasil menjadi miliader karena bisnis ekspor porang.

Manfaat Tanaman Porang

Manfaat porang ini banyak digunakan untuk bahan baku tepung, kosmetik, penjernih air, selain juga untuk pembuatan lem dan "jelly" yang beberapa tahun terakhir kerap diekspor ke negeri Jepang.

Umbi porang banyak mengandung glucomannan berbentuk tepung. Glucomannan merupakan serat alami yang larut dalam air biasa digunakan sebagai aditif makanan sebagai emulsifier dan pengental, bahkan dapat digunakan sebagai bahan pembuatan lem ramah lingkungan dan pembuatan komponen pesawat terbang, demikian dilansir laman resmi Kementerian Pertanian.

Porang adalah tanaman yang toleran dengan naungan hingga 60%. Porang dapat tumbuh pada jenis tanah apa saja di ketinggian 0 sampai 700 mdpl. Bahkan, sifat tanaman tersebut dapat memungkinkan dibudidayakan di lahan hutan di bawah naungan tegakan tanaman lain. Untuk bibitnya biasa digunakan dari potongan umbi batang maupun umbinya yang telah memiliki titik tumbuh atau umbi katak (bubil) yang ditanam secara langsung.

Pertanian.go.id menulis, tanaman porang memiliki nilai strategis untuk dikembangkan, karena punya peluang yang cukup besar untuk diekspor. Catatan Badan Karantina Pertanian menyebutkan, ekspor porang pada tahun 2018 tercatat sebanyak 254 ton, dengan nilai ekspor yang mencapai Rp 11,31 miliar ke negara Jepang, Tiongkok, Vietnam, Australia dan lain sebagainya.

Umbi porang saat ini masih banyak yang berasal dari hutan dan belum banyak dibudidayakan. Ada beberapa sentra pengolahan tepung porang saat ini, seperti di daerah Pasuruan, Madiun, Wonogiri, Bandung serta Maros.

Infografik Umbi Porang

Infografik Umbi Porang. twitter/Kementerian Pertanian RI

Budidaya Tanaman Porang

Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Pemprov Jatim) berkomitmen untuk mengembangkan budi daya tanaman porang yang selama ini dikelola oleh Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) wilayah Kabupaten Nganjuk dan sekitarnya.

"Tanaman Porang ini tidak banyak diketahui orang manfaatnya tapi sebenarnya merupakan komoditas unggulan Jawa Timur karena hampir seratus persen diekspor," ujar Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa saat mengunjungi dan bertemu dengan pembudidaya porang di wilayah hutan Desa Bendoasri, Kecamatan Rejoso, Nganjuk, sebagaimana dikutip Antara.

Di wilayah hutan tersebut budidaya porang dikelola oleh LMDH Artomoro dan Trimulyo di lahan seluas lebih dari 500 hektar. Ketua LMDH Artomoro Rianto saat dikonfirmasi bahkan mengaku tidak tahu kalau hasil budi dayanya yang perhektar bisa menghasilkan sebanyak 15 ton porang selama ini menjadi komoditas ekspor.

Gubernur Khofifah berjanji akan menggandeng tim ahli dari Universitas Brawijaya, Malang, untuk melakukan penelitian demi meningkatkan produktifitas budidaya porang.

"Saya ingin Universitas Brawijaya menurunkan tim untuk melakukan kajian khusus untuk meningkatkan budidaya porang sehingga berbagai permasalahan yang selama ini dilami petani bisa diatasi dengan baik," ujarnya.

Mantan Menteri Sosial ini juga mengingatkan agar jangan sampai bibit tanaman porang bisa sampai lepas ke luar negeri. "Jangan sampai bibitnya ditanam di luar negeri dan malah negara lain yang berhasil mengembangkan budidaya porang," tuturnya.

Budidaya tanaman Porang juga dilakukan oleh masyarakat di sela-sela hutan jati yang diwenangi Perum Perhutani Unit II Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) Madiun, Jawa Timur (Jatim).

Pengakuan itu disampaikan Suyatno, Ketua Masyarakat Pengelola Sumberdaya Hutan (MPSDH) Wono Lestari yang masuk dalam Resor Pemangku Hutan (RPH) Panggung, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Dagangan, Kabupaten Madiun, Kamis, saat kunjungan lapangan sejumlah wartawan yang difasilitasi "The Global Forest and Trade Work" (GFTN) WWF Indonesia.

Dalam pertemuan di tengah hutan yang masuk dalam KPH Madiun itu, mewakili 80 lebih petani di sekitar hutan jati yang membudidayakan tanaman Porang, ia menjelaskan bahwa dengan kerja sama dalam bentuk program PHBM (Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat), kini warga di sekitar hutan mulai merasakan peningkatan kesejahteraan.

MPSDH Wono Lestari, katanya, mendapat hak pengelolaan seluas 112 hektare (ha) lahan disela-sela hutan jati di KPH Madiun, yang dimanfaatkan untuk menanam Porang, yang mempunyai nilai ekonomi cukup tinggi.

Harga Tanaman Porang

"Harga Porang bisa mencapai Rp2.500 untuk satu umbi dengan berat 4 kilogram," katanya dan menambahkan bahwa dalam hitungan normal 100 pohon Porang bisa menghasilkan Rp1 juta.

Untuk luasan 1 hektare, kata dia, bisa ditanam sebanyak 6.000 bibit, sehingga bisa menghasilkan 24 ton/hektare, yakni dengan penghitungan 6.000 dikalikan 4 kilogram.

"Dengan demikian, maka dalam hitungan kasar, jika satu hektare bisa menghasilkan 24 ton, dan dikalikan dengan harga Rp2.500/kilogram, kurang lebih bisa menghasilkan Rp60 juta," katanya.

Perbedaan Porang dan Suweg, Walur, Iles-Iles

Ada beberapa tanaman yang fisiknya mirip dengan tanaman porang baik itu bentuk batang serta umbinya, bahkan banyak petani pemula yang salah membedakan tanaman porang dengan tanaman tersebut. Dikutip dari laman pertanian.go.id beberapa tanaman tersebut di antaranya yaitu:

  1. Suweg (Amorphophallus campanulatus forma hortensis)
  2. Walur (Amorphophallus campanulatus forma sylvestris)
  3. Iles-iles puti (Amorphophallus variabilis)
Dari sumber yang sama, jika keempat tanaman tersebut dilihat secara fisik, tanaman porang ini memiliki ciri yang hampir sama terutama bentuk batang dan umbinya, tetapi ada beberapa ciri-ciri yang membedakan tanaman porang dengan 3 tanaman tersebut, ciri-cirinya yaitu:

Ciri-ciri Tanaman Porang

  • Daun: daun lebar,ujung daun runcing dan berwarna hijau muda.
  • Batang: kulit batang halus dan berwarna belang-belang hijau dan putih.
  • Umbi: pada permukaan umbi tidak ada bintil, umbi berserat halus (seperti kristas) dan berwarna kekuningan keorenan.
  • Lain-lain : pada setiap pertemuan cabang ada bubil/katak (bibit porang)

Ciri-ciri Suweg

  • Daun : daun kecil,ujung daun runcing dan berwarna hijau muda mengkilap.
  • Batang: kulit batang agak kasar (ada duri) dan berwarna belang-belang hijau dan putih.
  • Umbi: pada permukaan umbi banyak bintil dan kasar, umbi berserat halus dan berwarna putih.
  • lain-lain: pada setiap pertemuan cabang tidak ada bubil/katak . umbi bisa dikonsumsi setelah direbus

Ciri-ciri Walur

  • daun: daun kecil, ujung daun runcing dan berwarna hijau muda mengkilap.
  • batang: kulit batang kasar dan berwarna hijau keunguan dan bercak putih.
  • umbi: pada permukaan umbi banyak bintil dan kasar, umbi berserat halus dan berwarna putih.
  • lain-lain: pada setiap pertemuan cabang tidak ada bubil/katak

Ciri-ciri Iles-iles Putih

  • daun: daun kecil, ujung daun runcing dan berwarna hijau tua.
  • batang: kulit batang halus dan berwarna keunguan dan bercak putih.
  • umbi: pada permukaan umbi ada bintil, umbi berserat halus dan berwarna putih.
  • lain-lain: pada setiap pertemuan cabang tidak ada bubil/katak

Dari perbedaan ciri-ciri tanaman porang dengan tanaman walur, suweg, dan iles-iles putih yang paling mencolok yaitu tanaman porang pada setiap pertemuan cabang daun ada bubil/katak (bibit porang) sedangkan tanaman lain tidak ada. Selain itu, umbi porang jika dibelah berwarna kuning keorenan dan teksturnya seperti kristas.

Baca juga artikel terkait PORANG atau tulisan lainnya dari Yulaika Ramadhani

tirto.id - Bisnis
Penulis: Yulaika Ramadhani
Editor: Agung DH
Penyelaras: Ibnu Azis