Menuju konten utama

Mengenal Tabebuya, Pohon Pemanis Jalanan Kota Surabaya

Saat bunga Tabebuya bermekaran, siapa saja bisa merasa seakan berada di negeri Sakura.

Mengenal Tabebuya, Pohon Pemanis Jalanan Kota Surabaya
Pohon Tabebuya. iStockphoto/GettyImages

tirto.id - Pemandangan jalanan protokol Kota Surabaya pada akhir November ini berbeda dari bulan sebelumnya. Hal itu dikarenakan bunga pohon tabebuya yang ditanam di Jalan Ahmad Yani, Jalan Darmo, dan Jalan Raya Gubeng bermekaran.

Kembangnya yang mekar lebih banyak daripada daun membuat pemandangan jalanan Kota Pahlawan tersebut serupa dengan panorama ketika musim sakura tiba di Jepang. Orang pun banyak yang berfoto di lokasi tempat mekarnya bunga tabebuya.

Antara menjelaskan bahwa tabebuya yang tumbuh di Kota Surabaya adalah spesies Tabebuia chrysotricha. Kabag Humas Pemkot Surabaya Muhammad Fikser mengatakan Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau Kota Surabaya sudah menanam ribuan pohon tabebuya ke sejumlah tempat, termasuk jalan dan taman. Tujuannya, selain menambah keasrian Kota Surabaya, adalah untuk memberi habitat bagi biota yang menggantungkan hidupnya di atau dari pohon.

Selain Surabaya, spesies Tabebuia chrysotricha, menurut laporan Kompas, juga dapat ditemukan di ruas jalan Kota Magelang. Pohon ini tumbuh di sebagian Jalan Sarwo Edhi atau di kompleks Kantor Wali Kota Magelang, Jalan A. Yani, Jalan S. Parman, Jalan Pahlawan, Jalan Tentara Pelajar, dan di kawasan Terminal Tidar di Jalan Soekarno-Hatta.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Magelang Machbub Yani Arfian mengatakan kepada Kompas bahwa Pemkot menanam tabebuya sejak tahun 2015. Akar pohon yang bersifat tunggang dan tumbuh ke dalam menjadi alasan mengapa tanaman itu dipilih untuk ditanam. “Jadi tidak mengganggu trotoar dan tidak menimbulkan gelombang jalan,” jelasnya.

Mengenal Tabebuya

Master Gardener Association of San Diego County mengatakan tabebuya atau Tabebuia adalah tanaman asli hutan hujan Amazon, wilayah tropis Meksiko, serta benua Amerika bagian tengah dan selatan. Dalam hierarki taksonomi, Tabebuia merupakan marga (genus) yang masuk dalam keluarga (familia) Bignoniaceae. Selain pohon seperti Tabebuya, tumbuhan lain berbentuk semak belukar dan tanaman merambat yang memiliki bunga mencolok juga termasuk dalam keluarga Bignoniaceae.

Tabebuya bergantung pada terpaan sinar langsung untuk tumbuh tapi juga dapat beradaptasi di bawah bayangan matahari. Tanaman ini, menurut Master Gardener Association of San Diego County, berkembang biak melalui biji atau dengan cara vegetatif. Warna bunga tabebuya yang cerah ketika mekar membuat tumbuhan ini dijadikan tanaman hias untuk mempercantik jalan, teras, dan sebagainya.

Tabebuia mempunyai 100 spesies pohon, termasuk di antaranya Tabebuia aurea dan Tabebuia chrysotricha. Namun, 30 jenis Tabebuia diberi nama baru Handroanthus, genus tanaman berbunga yang juga termasuk keluarga Bignoniaceae, berdasarkan riset molekular yang dilakukan Susan O. Grose dan R. G. Olmstead dari University of Washington pada tahun 2007.

Dalam penelitian yang berjudul “Taxonomic Revisions in the Polyphyletic Genus Tabebuia s.l. (Bignoniaceae)” (PDF) itu, Grose dan Olmstead menyebutkan bahwa Tabebuia berasal lebih dari satu clade atau leluhur yang sama sehingga dikategorikan sebagai polyphyletic.

Mereka kemudian menerangkan DNA marga Roseodendron, Handroanthus, dan Tabebuia ada pada spesies yang semula dikelompokkan dalam genus Tabebuia. Gara-gara ini, beberapa jenis Tabebuya berubah nama sebab mereka lebih berhubungan dekat dengan marga tertentu, termasuk Tabebuia chrysotricha yang kemudian menjadi Handroanthus chrysotrichus.

Infografik Pohon Tabebuya

Michael Jordan dalam Urban Arboreal: A Modern Glossary of City Trees (2018; 76) menerangkan Handroanthus chrysotrichus merupakan tanaman khas Brasil bagian selatan dan timur yang tumbuh di seluruh daerah tersebut serta sebagian wilayah Argentina. Handroanthus chrysotrichus merupakan pohon nasional Brasil sehingga ditanam sebagai tanaman hias kota-kota di negara itu.

Jordan menjelaskan bahwa Handroanthus chrysotrichus dapat hidup di bawah terpaan sinar matahari, tanah lembab, dan lingkungan yang cukup kering. Namun, ia mesti sering-sering disiram air jika musim panas atau kemarau tiba. Tinggi Handroanthus chrysotrichus bisa mencapai 12 meter dengan batang yang kokoh berikut kulitnya yang keras dan pecah-pecah.

Daun tanaman ini, di sisi lain, berbentuk menjari dengan warna hijau keabu-abuan. Apabila mekar, bunga Handroanthus chrysotrichus berwarna kuning atau kemerah-merahan.

Sementara itu, Tabebuia aurea yang bisa dinikmati di ruas jalanan Purwokerto, menurut Alwyn H. Gentry dalam “Bignoniaceae: Part II (Tribe Tecomeae)” (1992; 144), adalah tumbuhan yang ditemukan di Brasil, Argentina bagian utara, Bolivia, dan sabana Suriname selatan. Tanaman ini bisa tumbuh hingga 16 meter dengan ranting yang tebal.

Serupa dengan Handroanthus chrysotrichus, daun Tabebuia aurea berbentuk menjari dengan lima hingga tujuh pucuk daun muda atau foliolate. Ketika bermekaran, bunga Tabebuia aurea pun berwarna kuning keemasan.

Baca juga artikel terkait SURABAYA atau tulisan lainnya dari Nindias Nur Khalika

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Nindias Nur Khalika
Editor: Maulida Sri Handayani