Menuju konten utama

Mengenal Sistem Religi dan Sistem Kekerabatan pada Suku Sunda

Apa saja sistem religi dan sistem kekerabatan di suku Sunda?

Mengenal Sistem Religi dan Sistem Kekerabatan pada Suku Sunda
Penari Sunda tampil di Saung Angklung Udjo, pusat pertunjukan tari dan musik tradisional Indonesia di Bandung, Indonesia. (FOTO/iStockphoto)

tirto.id - Indonesia merupakan negara dengan berbagai kekayaan kebudayaan yang beraneka ragam. Selain itu, adanya berbagai suku bangsa juga menambah keberagaman meliputi sistem kepercayaan (religi) yang dianut dan sistem kekerabatan yang digunakan.

Kepercayaan, religi, ataupun agama merupakan segala sesuatu yang meliputi keyakinan, upacara, dan peralatannya terhadap adanya kekuatan gaib yang lebih tinggi. Sedangkan, sistem kekerabatan adalah sistem yang digunakan dalam hubungan kekeluargaan secara biologis maupun sosial.

Dikutip dari jurnal Sistem Religi dan Kepercayaan Masyarakat Kampung Adat Kuta Kecamatan Tambaksari Kabupaten Ciamis oleh Eka Kurnia Firmansyah dan Nurina Dyah Putrisari (2017:236), keragaman budaya merupakan modal untuk memperkuat identitas kebangsaan.

Selain itu, keragaman juga dapat dijadikan sebagai komoditas nasional berupa produk untuk sarana dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat.

Sistem Religi (Kepercayaan) Masyarakat Suku Sunda

Kepercayaan awal yang tumbuh dan berkembang di daerah Sunda adalah Sunda Wiwitan. Hal tersebut didukung dengan adanya bukti laporan Controlleur Afdeeling Lebak tahun 1970 yang menyatakan bahwa terdapat 40 keluarga beragama Hindu di daerah Kanekes (Banten).

Kemudian, dalam sebuah pengakuan dari Bupati Serang P. A. A. Djajadiningrat dijelaskan bahwa orang-orang Kanekes tidak menganut agama Hindu atau Buddha, melainkan memiliki kepercayaan animisme.

Dikutip dari jurnal Sistem Kepercayaan Awal Masyarakat Sunda oleh Deni Miharja (2015:26), sementara, jika merujuk kepada pengakuan warga Kanekes dan kartu penduduk, mereka sistem kepercayaan Sunda Wiwitan.

Sunda Wiwitan merupakan sistem kepercayaan yang masih dianut hingga sekarang ini di beberapa daerah Sunda terutama Kanekes (Banten). Kepercayaan tersebut, juga diakui keberadaanya oleh pemerintah.

Dikutip dari buku Antropologi oleh Emmy Indriyawati (2019:13), pada saat ini, penduduk Sunda sebagai besar telah memeluk agama Islam. Kemudian, penduduk yang lainnya menganut agama Katolik, Kristen, Hindu, dan Buddha.

Suku Sunda mengenal adanya berbagai alur dalam kehidupan yang diimplementasikan pada beragam upacara dan selamatan meliputi, acara perkawinan, turun tanah, kelahiran, dan sunatan.

Dalam upacara dan selamatan tersebut, biasanya dipimpin oleh seorang guru mengaji yang disebut dengan modin desa. Adapun makanan yang kerap disuguhkan dalam acara-acara tersebut berupa tumpeng.

Sistem Kekerabatan Masyarakat Suku Sunda

Sistem kekerabatan dalam suku Sunda bersifat bilateral, yaitu garis dari jalur keturunan ayah dan ibu. Sistem kekerabatan dijalin berdasarkan ajaran agama Islam.

Bentuk keluarga dalam suku Sunda yang sering dikenal adalah batih, yaitu tersusun dari suami, istri, dan anak-anak. Kemudian, suku Sunda juga mengenal adanya nama tujuh generasi ke atas dan bawah sebagai berikut:

  1. Susunan sebutan tujuh generasi ke atas, yaitu kolot, embah, buyut, bao, janggawareng, udeg-udeg, dan gantung siwur.
  2. Susunan sebutan tujuh generasi ke bawah, yakni anak, incu, buyut, bao, janggawareng, udeg-udeg, dan gantung siwur.

Baca juga artikel terkait SUKU SUNDA atau tulisan lainnya dari Syamsul Dwi Maarif

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Syamsul Dwi Maarif
Penulis: Syamsul Dwi Maarif
Editor: Dipna Videlia Putsanra