Menuju konten utama

Mengenal Rumah Adat Jawa Barat: Bentuk dan Kegunaannya

Rumah adat Jawa Barat memiliki bentuk dan kegunaan yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat Sunda.

Mengenal Rumah Adat Jawa Barat: Bentuk dan Kegunaannya
Sejumlah wisatawan berkunjung ke Kampung Naga di Desa Neglasari, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, Selasa (26/12/2017). ANTARA FOTO/Adeng Bustomi

tirto.id - Provinsi Jawa Barat memiliki rumah adat yang dibangun dari adaptasi kebudayaan suku Sunda. Rumah adat suku Sunda memiliki bentuk dan kegunaan yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat setempat.

Rumah adat sendiri merupakan rumah asli penduduk setempat. Seperti yang tercantum pada e-modul "Bersama Meskipun Beragam" rumah adat yang ada di Indonesia berbeda-beda sesuai ciri khas kehidupan penduduk di suatu daerah.

Perbedaan bentuk rumah adat dipengaruhi oleh kondisi geografis, ketersediaan bahan untuk membangun, hingga sistem kepercayaan masyarakat setempat.

Bentuk Rumah Adat Masyarakat Sunda Provinsi Jawa Barat

Bentuk rumah adat masyarakat Sunda sendiri beragam. Meskipun bentuknya bermacam-macam, pengaturan struktur ruang dan bangunan rumah adat masyarakat Sunda tetap tritangtu.

Jika dilihat secara vertikal, ada tiga komponen umum dari rumah adat Sunda, yaitu atap, badan, dan kolong rumah. Ketiga komponen tersebut melambangkan gambaran alam semesta atau makrokosmos, yaitu:

  • atap rumah menggambarkan langit;
  • badan rumah menggambarkan tempat manusia;
  • kolongrumah menggambarkan bumi.

Masyarakat Sunda banyak beraktivitas di ladang. Maka dari itu, rumah tradisionalnya juga didesain untuk mendukung aktivitas sehari-hari masyarakat Sunda di ladang.

Infografik SC Rumah Adat Jawa Barat

Infografik SC Rumah Adat Jawa Barat. tirto.id/Quita

Salah satu ciri khas rumah adat masyarakat Sunda adalah memiliki kolong. Merujuk e-book "Berselancar Ke 34 Rumah Adat" kolong rumah adat Sunda diadaptasi dari bentuk saung atau rumah yang ada di tengah ladang atau huma.

Saung adalah bangunan yang dipakai petani untuk menunggu padi atau tanaman palawija menjelang panen. Kolong-kolong saung dibuat setinggi 3 hingga 4 meter untuk menjaga keamanan penghuni dari gangguan hewan buas seperti babi hutan atau harimau.

Selain kolong, ciri khas rumah adat masyarakat Sunda juga tampak dari bentuk atapnya. Menurut Dasum Muanas, dkk dalam "Arsitektur Tradisional Daerah Jawa Barat" bentuk atap paling umum untuk rumah adat di Jawa Barat adalah jolompong atau suhunan panjang.

Bentuk atap jolompong menggambarkan kesederhanaan, baik dari bentuk, gaya, maupun teknik pembuatannya. Kesederhanaan atap jolompong tentu memiliki banyak keuntungan dalam membangun rumah, secara khusus dari segi biaya.

Selain itu, atap jolompong juga mudah dibangun tanpa memerlukan keahlian khusus. Inilah yang menyebabkan atam jolompong begitu disukai oleh masyarakat Sunda.

Fungsi dan Kegunaan Bagian-bagian Rumah Adat Suku Sunda

Melansir laman resmi Pemerintah Kabupaten Purwakarta, rumah adat masarakat Sunda secara umum terdiri dari dua bagian, yaitu bagian terbuka dan tertutup.

Bagian terbuka adalah ruang depan yang bisa digunakan oleh siapa saja. Sementara bagian tertutup adalah ruang belakang yang merupakan daerah terlarang untuk orang selain penghuni rumah.

Ruang tertutup di dalam rumah adat masyarakat Sunda biasanya diperuntukkan bagi kegiatan perempuan. Sebaliknya, ruang depan dan terbuka dijadikan area untuk kegiatan lelaki.

Rumah adat masyarakat Sunda juga memiliki ruang tengah atau siger tengah yang merupakan ruang terttup sekaligus terbuka. Ruang ini biasanya digunakan ketika ada kenduri atau berkumpul dengan orang-orang luar.

Salah satu bagian paling unik dari rumah adat masyarakat Sunda adalah adanya ruangan kosong bernama goah atau padaringan. Ruangan tersebut tidak boleh ditempati manusia untuk tidur, hanya boleh digunakan untuk kegiatan tertentu saja.

Goah biasanya berupa ruang kecil yang gelap dan hanya dipasangi tirai untuk pintu masuk. Masyarakat Sunda biasanya menaruh gentong beras yang ditutupi dengan kain putih.

Baca juga artikel terkait RUMAH ADAT atau tulisan lainnya dari Yonada Nancy

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Yonada Nancy
Editor: Yantina Debora