Menuju konten utama
Antropologi

Mengenal Potensi Keberagaman Budaya di Indonesia

Mengenal potensi keberagaman budaya di Indonesia berdasarkan ekosistem dan kemajemukan masyarakatnya.

Mengenal Potensi Keberagaman Budaya di Indonesia
Suku Dayak di Kalimantan, Indonesia, mengikuti Festival Budaya Dayak. foto/istockphoto

tirto.id - Indonesia merupakan negara yang memiliki berbagai macam budaya di dalamnya. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya ras, agama, suku, budaya lokal dan adat istiadat. Dengan kata lain, Indonesia adalah masyarakat majemuk.

Keberagaman ini tercipta karena Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang di setiap daerah memiliki ciri khas dan budayanya masing-masing seperti cara pandang, bahasa, kepercayaan dan caranya hingga tradisi yang masih dipegang erat oleh masyarakatnya.

Dikutip dari Buku Antropologi Kontekstual Kelas XI Program Bahasa untuk SMA/MA oleh Supriyanto, masyarakat majemuk seperti Indonesia, bukan hanya beraneka ragam corak kesukubangsaan dan kebudayaan suku bangsanya secara horisontal, tetapi juga secara vertikal atau jenjang menurut kemajuan ekonomi, teknologi, dan organisasi sosial politiknya.

Keberagaman Budaya Berdasarkan Ekosistem

Menurut Clifford Geertz, aneka ragam kebudayaan yang berkembang di Indonesia dapat dibagi menjadi dua tipe berdasarkan ekosistemnya yaitu Kebudayaan Indonesia Dalam dan Kebudayaan Indonesia Luar, dikutip dari Buku Khazanah Antropologi Kelas XI SMA/MA oleh Siany dan Atiek Catur.

1. Kebudayaan Indonesia Dalam

Deerah Jawa da Bali adalah daerah dengan kebudayaan yang berkembang di Indonesia Dalam.

Hal ini ditandai oleh tingginya intensitas pengolahan tanah secara teratur menggunakan sistem perairan dan menghasilkan padi yang ditanam di sawah.

Sehingga daerah Jawa mewujudkan upaya manusia dalam mengubah ekosistemnya untuk kepentingan masyarakat dengan menggunakan tenaga kerja manusia dalam jumlah besar disertai peralatan yang relatif lebih kompleks.

2. Kebudayaan Indonesia Luar

Kecuali di sekitar Danau Toba, dataran tinggi Sumatera Barat dan Sulawesi Barat Daya yang berkembang atas dasar pertanian perladangan, di luar Pulau Jawa dan Bali merupakan kebudayaan yang berkembang di Indonesia Luar.

Ekosistem di daerah ini ditandai dengan jarangnya penduduk yang pada umumnya baru beranjak dari kebiasaan hidup berburu ke arah bertani.

Sehingga untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, mereka melakukan migrasi ke daerah lain dengan cenderung menyesuaikan diri dengan ekosistem yang ada.

Sistem kebudayaan masyarakat yang berkembang di daerah ini adalah kebudayaan masyarakat pantai yang diwarnai kebudayaan alam pesisir, kebudayaan masyarakat peladang, dan kehidupan masyarakat berburu yang masih sering berpindah tempat.

Selain ekosistemnya, Indonesia juga memiliki kemajemukan lainnya yang memperkaya budaya Indonesia seperti agama, ras, bahasa dan adat istiadat.

Kemajemukan Masyarakat Indonesia

Berikut kemajemukan masyarakat Indonesia dilihat dari struktur sosial masyarakat Indonesia yang beraneka ragam.

1. Kemajemukan berdasarkan Agama

Keragaman agama teridentifikasi dengan melihat daerah-daerah tertentu seperti suku bangsa Aceh yang tinggal di Sumatera, mayoritas beragama Islam, suku Batak yang tinggal di Sumatera Utara mayoritas beragama Kristen.

Selain itu, ada juga suku Jawa, Sunda dan Betawi yang menetap di Jawa, mayoritas beragama Islam dan mereka yang suku Bali sebagian besar memeluk agama Hindu.

Di sisi lain, keragaman agama di Indonesia terlihat dari beberapa suku yang masih mempertahankan dan melakukan praktik religi dan kepercayaannya, biasanya terjadi di masyarakat pedalaman seperti suku Dayak di Kalimantan yang masih melakukan ritual-ritual animisme dan dinamisme warisan.

2. Kemajemukan berdasarkan Bahasa

Menurut Clifford Geertz, Indonesia memiliki 300 suku yang berbicara 250 bahasa seperti di Jawa, suku Suda berbicara menggunakan bahasa Sunda. Jawa Tengan dan Jawa Timur berbicara dengan bahasa Jawa. Suku Madura di Pulau Madura berbicara menggunakan bahasa Madura.

Selain itu, di Sumatera setiap etnik berbicara menggunakan bahasa daerahnya masing-masing. Misalnya suku bangsa Melayu yang terdiri atas suku bangsa Aceh, Batak, dan Melayu, berbicara memakai bahasa daerahnya masing-masing.

Keragaman bahasa Indonesia tidak hanya sampai di situ saja, karena ada ragam bahasa khusus yang digunakan oleh masyarakat dari pedalaman di Indonesia.

Salah satunya, menurut Raymond Gordon, di Provinsi Papua terdapat 271 buah bahasa. Bahasa terbesar yang dipakai di Papua adalah bahasa Biak Numfor, sedangkan jumlah pemakai bahasa terkecil adalah bahasa Woria.

3. Kemajemukan berdasarkan Ras dan Etnik

Beragam ras dan etnik sudah terwujud saat zaman praaksara oleh masyarakat awal yang datang di Kepulauan Indonesia.

Ras-ras yang datang tersebut yang saat ini berkumpul dan membentuk menjadi berbagai suku bangsa yang tersebar di Indonesia.

Ras yang pertama kali ada adalah ras Austrolois yaitu sekitar 20.000 tahun yang lalu di mana masyarakatnya sebagian bermigrasi di Australia dan sisanya hidup di Nusa Tenggara Timur dan Papua.

Selanjutnya, disusul oleh ras Melanosoid Negroid dan terakhir ras Melayu Mongoloid pada zaman Neolithikum dan Logam.

Ras Melanesia Mongoloid berkembang di Maluku dan Papua, sedangkan ras Melayu Mongoloid menyebar di Indonesia bagian barat. Ras-ras tersebut tersebar dan membentuk berbagai suku bangsa di Indonesia.

4. Kemajemukan berdasarkan Budaya dan Adat Istiadat

Berdasarkan penelitian antropolog J.M Melalatoa, di Indonesia terdapat kurang lebih 500 suku bangsa menurut Zulyani Hidayah, di Indonesia terdapat kurang lebih 656 suku bangsa.

Suku terbesar dengan jumlah penduduk sebesar 90 juta jiwa adalah masyarakat suku Jawa dan adapun suku bangsa yang terdiri atas 981 jiwa, yaitu suku bangsa Bgu di pantai utara Provinsi Papua.

Budaya dan adat istiadat yang ada di Indonesia memiliki berbagai perbedaan di setiap suku-sukunya.

Hal ini dikarenakanya beberapa suku sudah bergaul dengan masyarakat luar dan bersentuhan dengan budaya modern.

Faktor pertama yaitu demografis atau jumlah penduduk. Terlihat kesenjangan jumlah penduduk di Pulau Jawa dan luar Jawa.

Secara demografis, jumlah penduduk di Pulau Jawa lebih dominan dibandingkan luar Jawa karena sebagian besar masyarakat Indonesia tinggal di Pulau Jawa.

Faktor lainnya adalah politis di mana dominan etnik tertentu dalam sebuah pemerintahan cenderung tidak adil oleh kebijakan-kebijakan pemerintah pusat yang menguntungkan golongan tertentu sehingga kelompok lain merasakan ketidakpuasan.

Dengan struktur sosial yang bersifat majemuk, maka masyarakat Indonesia selalu menghadapi permasalahan konflik etnik, diskriminasi sosial, dan terjadinya disintegrasi masyarakat.

Baca juga artikel terkait KEBERAGAMAN BUDAYA atau tulisan lainnya dari Versatile Holiday Lado

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Versatile Holiday Lado
Penulis: Versatile Holiday Lado
Editor: Dhita Koesno