Menuju konten utama

Mengenal Phantosmia: Halusinasi Mencium Bau yang Tidak Ada

Phantosmia adalah kondisi yang menyebabkan seseorang bisa mencium bau yang sebenarnya tidak ada. Apakah Phantosmia berbahaya, bagaimana cara mengatasinya?

Mengenal Phantosmia: Halusinasi Mencium Bau yang Tidak Ada
Ilustrasi indera penciuman. FOTO/Istockphoto

tirto.id - Mencium bau yang sebenarnya tidak ada bisa jadi disebabkan oleh phantosmia. Misalnya, dalam satu ruangan tiba-tiba tercium aroma asap rokok padahal tidak ada satu pun orang yang merokok, atau tiba-tiba mencium bau parfum seseorang.

Phantosmia adalah kondisi yang menyebabkan seseorang dapat mencium bau yang sebenarnya tidak ada, Sebagaimana dilansir dari Healthline. Para ahli sering menyebut kondisi ini sebagai "halusinasi penciuman."

Phantosmia biasa muncul sebagai bau-bau tidak sedap, seperti kabel terbakar, bahan kimia, hingga benda-benda busuk atau makanan basi. Kondisi ini bisa terjadi secara sekilas atau bahkan konstan, tergantung masing-masing orang.

Dalam artikelnya, Lorenzo Stanford, pengajar senior di Universitas Portsmouth menuliskan bahwa orang dengan phantosmia sering melaporkan kondisi yang berkaitan erat dengan "parosmia." Kondisi ini dapat membuat aroma yang sebenarnya dipersepsikan sebagai sesuatu sangat berbeda, contohnya bau mawar dianggap sebagai kayu manis.

Apakah Phantosmia Berbahaya?

Phantosmia mungkin sebenarnya tidak berbahaya. Namun Stanford berpendapat kondisi ini dapat merujuk pada gangguan psikologis tertentu. Dalam kasus ekstrem, phantosmia dapat dikaitkan dengan depresi dan keinginan untuk bunuh diri.

Hal ini karena phantosmia terjadi pada area otak periferal. Selain mengatur fungsi penciuman area otak periferal juga berkontribusi dalam mengatur pengendalian emosi.

Phantosmia bisa pula diakibatkan oleh masalah neurologis. Pada tingkat tertentu, orang yang sering mengalami phantosmia bisa memiliki masalah kesehatan tertentu seperti tumor atau neuroblastoma.

Biasanya, pengalaman pertama phantosmia terjadi antara 15 hingga 30 tahun. Para perempuan memiliki risiko lebih tinggi mengalami gejala phantosmia.

Kondisi ini juga ditemukan pada sejumlah populasi pasien berbeda, termasuk mereka yang mengalami depresi, migrain, epilepsi dan skizofrenia.

Cara Mengatasi Phantosmia

Bagi sebagian orang, pemberian obat yang mengandung antidepresan dan anti epilepsi dinilai cukup efektif dalam mengatasi phantosmia.

Sementara itu, dalam laporan Healthline disebutkan pula bahwa gangguan pada penciuman merupakan salah satu penyebab seseorang mengalami phantosmia.

Gangguan pada penciuman tersebut bisa disebabkan berbagai kondisi seperti masuk angin, alergi, infeksi sinus, iritasi akibat merokok atau kualitas udara yang buruk, polip hidung, masalah pada gigi, paparan neurotoksin (zat yang beracun bagi sistem saraf, seperti timbal atau merkuri), dan pengobatan radiasi untuk kanker tenggorokan atau otak.

Adapun untuk meredakan Phantosmia dapat dilakukan dengan beberapa cara, seperti:

  • Membilas hidung dengan larutan garam
  • Menggunakan semprotan oxymetazoline untuk mengurangi hidung tersumbat
  • Menyemprotan anestesi untuk mematikan sel-sel saraf penciuman

Baca juga artikel terkait GANGGUAN KESEHATAN atau tulisan lainnya dari Yonada Nancy

tirto.id - Kesehatan
Kontributor: Yonada Nancy
Penulis: Yonada Nancy
Editor: Addi M Idhom
Penyelaras: Ibnu Azis