Menuju konten utama
Informasi Kesehatan

Mengenal Narkolepsi & Risiko Gangguan Tidur Kronis Menurut Riset

Narkolepsi merupakan gangguan tidur kronis yang menyebabkan penderitanya bisa tertidur secara tiba-tiba.

Mengenal Narkolepsi & Risiko Gangguan Tidur Kronis Menurut Riset
Ilustrasi. Tertidur disela-sela pekerjaan. Foto/iStock

tirto.id - Narkolepsi adalah gangguan tidur kronis yang amat langka. Menurut Kemenkes, hanya 1 dari 2000 orang yang bisa terpengaruh oleh kondisi yang mengganggu sistem saraf ini.

Orang dengan narkolepsi akan mengalami kesulitan untuk tetap terjaga dalam jangka waktu yang lama.

Dikutip Mayo Clinic, mereka bisa tertidur tiba-tiba, sehingga dapat menyebabkan beragam masalah serius dalam rutinitas keseharian mereka.

Selain itu, narkolepsi juga menyebabkan hilangnya tonus otot secara tiba-tiba, yang dikenal sebagai cataplexy. Ini bisa dipicu oleh emosi yang kuat, terutama tertawa.

Gejala Narkolepsi

Beberapa gejala narkolepsi dapat muncul dalam beberapa minggu atau selama bertahun-tahun. Berikut adalah beberapa gejala narkolepsi secara umum, sebagaimana dilansir laman Yamkes Kemenkes.

  • Rasa kantuk berlebihan, dan sulit untuk terjaga dan berkonsentrasi terutama pada siang hari.
  • Mengalami serangan tidur di mana saja dan kapan saja, secara tiba-tiba, jika sudah sangat parah, serangan tidur bahkan bisa berlangsung selama beberapa kali dalam sehari.
  • Otot melemah secara tiba-tiba, dan ini ditandai dengan tungkai terasa lemas, penglihatan ganda, kepala lunglai, dan rahang turun, termasuk bicara menjadi cadel, kondisi ini bisa terjadi selama beberapa detik hingga beberapa menit.
  • Ketindihan atau sleep paralysis, atau kondisi di mana seseorang tidak bisa bergerak atau berbicara saat hendak terbangun atau mulai tidur.
  • Berhalusinasi, seperti melihat atau mendengar hal-hal yang tidak nyata saat akan tidur atau bangun tidur.
  • Gangguan ingatan.
  • Sakit kepala.
  • Depresi.
  • Keinginan makan secara berlebihan.
  • Merasa sangat lelah terus menerus, dan selalu merasa kekurangan energi.

Faktor Risiko Narkolepsi

Ilustrasi Kelelahan Bekerja

Ilustrasi pekerja kelelahan karena jam tidur yang tidak teratur. Getty Images/iStockPhoto

Sementara itu faktor risiko narkolepsi ini di antaranya, seperti dilansir dari Mayo Clinic adalah:

  • Usia, yang biasanya dimulai pada usia antara 10 hingga 30 tahun.
  • Sejarah keluarga, yang berarti, risiko Anda terkena narkolepsi akan lebih besar 20 hingga 40 kali bila ada keluarga dekat Anda yang terkena narkolepsi.

Penyebab Narkolepsi

Dalam riset yang dilakukan situs NHS, narkolepsi bisa terjadi pada seseorang karena kurangnya kimia otak hipokretin yang juga dikenal sebagai orexin, kimia otak inilah yang mengatur seseorang untuk selalu terjaga.

Sedangkan penyebab lainnya kemungkinan besar terjadi karena:

  • Sistem kekebalan tubuh secara keliru menyerang sel yang memproduksi hipokretin atau menyerang reseptor yang memungkinkan hipokretin bekerja.
  • Perubahan hormonal, yang dapat terjadi selama masa pubertas atau menopause.
  • Mengalami tekanan psikologis yang amat besar.
  • Terkena infeksi, seperti flu babi, atau akibat penggunaan obat yang digunakan untuk vaksinasi flu babi (Pandemrix).

Cara Mengobati Narkolepsi

Sayang sekali, menurut NHS, saat ini tidak ada obat untuk menyembuhkan narkolepsi.

Namun, ada beberapa cara yang bisa dilakukan oleh orang yang terkena narkolepsi agar dapat meminimalisir dampak dari narkolepsi itu dalam kehidupan sehari-hari.

Beberapa cara yang bisa dilakukan oleh penderita narkolepsi, di antaranya adalah:

  1. Usahakan sering tidur siang dengan durasi singkat dalam jarak yang sama, tujuannya agar dapat mengatasi rasa kantuk yang teramat sangat di siang hari.
  2. Selain tidur siang, Anda juga harus menjaga rutinitas tidur setiap malam dengan ketat.
  3. Mengonsumsi obat-obatan resep dokter yang dapat membantu mengurangi rasa kantuk di siang hari, sehingga dapat mencegah serangan cataplexy, dan meningkatkan kualitas tidur di malam hari.

Baca juga artikel terkait NARKOLEPSI atau tulisan lainnya dari Lucia Dianawuri

tirto.id - Kesehatan
Kontributor: Lucia Dianawuri
Penulis: Lucia Dianawuri
Editor: Dhita Koesno