Menuju konten utama

Mengenal Microtransaction dan Dampaknya pada Industri Game

Microtransaction identik dengan istilah "Pay to Win". Mereka yang membayar akan dengan mudah meningkatkan level permainan.

Mengenal Microtransaction dan Dampaknya pada Industri Game
Fortnite, salah satu game yang mengadopsis sistem microtransactions. FOTO/wikipedia

tirto.id - Kemunculan internet telah menciptakan budaya baru yang salah satunya adalah transaksi secara online dan kini sudah merambah ke dunia game.

Sekarang, tak perlu lagi meninggalkan rumah untuk membeli game, gamer bisa lakukan hal itu melalui ritel digital yang tersedia seperti Steam, Playstation Network, Nintendo eShop, App Store, dan Google Play Store.

Kebangkitan ritel game digital ini juga telah memperkenalkan pembelian dalam game atau microtransactions. Sebuah sistem yang memungkinkan gamer untuk membeli kebutuhan lain dengan uang asli di dalam game, seperti item, kostum, peningkatan, fitur premium, dan lainnya.

Microtransactions kini telah menjadi budaya baru yang diterapkan dalam banyak game terbaru, mulai dari aplikasi seluler gratis hingga game blockbuster dari pengembang studio terkenal.

Namun, penggunannya seringkali kontroversial dan menjadi pokok diskusi di sejumlah komunitas game. Sebab, microtransactions disebut cenderung mengubah mekanisme permainan secara mendasar.

Banyak pengembang game yang melakukan pembatasan akses atau menampilkan iklan untuk mendesak para pemain agar melakukan transaksi mikro tersebut.

Perubahan mekanisme ini juga berlaku dalam hal yang lebih besar. Banyak pengembang memperlambat progres permainan, membuat kelangkaan item tertentu atau membatasi areanya, yang secara tidak langsung mendesak pemain untuk melakukan pembelian secara terus menerus.

Para gamer menyebut jenis microtransaction ini dengan istilah "Pay to Win". Mereka yang membayar lebih akan dengan mudah untuk meningkatkan kemampuan atau level yang lebih baik.

Namun, bukan berarti semua game dengan microtransactions itu buruk dan tidak disukai oleh gamer. Ada beberapa dari sistem ini yang tidak mempengaruhi gameplay untuk mempermudah kemenangan.

Misalnya game bergenre battle royale, Fortnite. Game ini sepenuhnya gratis di semua platform dan dapat diakses oleh semua orang di segala usia.

Semua pendapatannya murni dihasilkan melalui microtransactions model cosmetic, yang berarti pemain tidak membayar untuk mendapat keuntungan dalam permainan.

Mereka hanya membayar untuk kostum, tarian dan hal-hal lain yang mengubah tampilan avatar.

Semua pemain memiliki keahlian sendiri karena game ini tidak dibayar untuk memberikan keuntungan gameplay yang lebih baik.

Beberapa game online lainnya, seperti Dota 2, Counter-Strike: GO, dan Overwatch juga memiliki model microtransactions serupa yang lebih disukai banyak gamer.

Baca juga artikel terkait GAME atau tulisan lainnya dari Adrian Samudro

tirto.id - Teknologi
Kontributor: Adrian Samudro
Penulis: Adrian Samudro
Editor: Ibnu Azis