Menuju konten utama
Manuel Estiarte

Mengenal Manuel Estiarte: Bekas Atlet Polo Air, Pelindung Guardiola

Guardiola dikelilingi orang hebat yang membantunya selama 11 tahun terakhir, salah satunya Manuel Estiarte, bekas atlet polo air yang pernah jadi juara olimpiade.

Mengenal Manuel Estiarte: Bekas Atlet Polo Air, Pelindung Guardiola
Josep Guardiola dari Manchester City berjalan bersama rekannya Manel Estiarte. Instagram/ manel.estiarte •

tirto.id - Barcelona, Bayern Munchen, dan kini Manchester City. Ke mana pun Pep Guardiola meniti karier sebagai seorang manajer, dia tak pernah sendirian. Guardiola dikenal punya tim yang selalu kompak membantunya meracik taktik dan mengambil berbagai keputusan penting.

Wajah demi wajah berganti dalam tim itu, tapi beberapa sosok selalu dipertahankan Guardiola sebagai tangan kanannya selama hampir 11 tahun terakhir. Satu di antaranya adalah pria berusia 57 tahun bernama Manuel Estiarte.

Bersamaan dengan merapatnya Guardiola ke City pada 2016, Estiarte diberi jabatan sebagai Head of Player Support and Protocol di klub berjuluk The Citizens itu. Namun, dalam sebuah wawancara di serial dokumenter Manchester City: All or Nothing (2018), Guardiola mengaku tidak pernah menganggap Estiarte bawahannya. Bagi Guardiola, jabatan yang pantas disandang Estiarte cuma satu: teman.

"Dia adalah temanku. Ya, jabatannya adalah… teman. Sesederhana itu. Manajer adalah jabatan yang lekat dengan kesendirian. Sangat, sangat, sangat sendirian. Jadi, senang rasanya ketika aku memiliki Manel [sapaan akrab Guardiola untuk Estiarte] di sampingku," tutur Guardiola.

Txiki Begiristain, kawan dekat Guardiola yang kini menjabat Direktur Sepakbola City, juga membenarkan kedekatan emosional antara Guardiola dan Estiarte.

"Sebelum Guardiola masuk ke lapangan dalam sebuah pertandingan, Estiarte akan selalu menunggunya di depan lorong. Dia adalah orang terakhir yang akan berpelukan dan menyemangati Guardiola sebelum kick off," ucap Direktur Sepakbola City itu dalam dokumenter yang sama.

Bukan cuma Guardiola yang menganggap Estiarte sosok spesial. Hal yang sama juga berlaku sebaliknya. Saking pentingnya sosok Guardiola, dalam buku autobiografinya berjudul All My Siblings (2009), Estiarte memberikan kehormatan bagi pelatih asal Spanyol itu untuk menulis sambutan.

"Jika malaikat memang ada, dan malaikat pelindung manusia ada, aku yakin Estiarte adalah salah satunya," tulis Guardiola dalam lembaran tersebut.

Terlepas dari ikatan emosional mereka, Guardiola dan Estiarte sebenarnya punya latar belakang yang jauh berbeda. Jika Guardiola muda menghabiskan waktunya untuk menekuni karier sebagai pesepakbola profesional, Estiarte menggeluti olahraga yang jauh berbeda: polo air.

Estiarte, bahkan dikenal sebagai pahlawan polo air Spanyol. Dia membawa Timnas Polo Air Spanyol menjuarai Olimpiade Atalanta 1996, menjadi runner-up di Olimpiade Barcelona 1992, serta menjadi semifinalis dalam tiga edisi olimpiade lain (1980, 1984, dan 2000).

Dalam kejuaraan dunia Polo Air, Estiarte juga sempat mengantar Spanyol meraih juara pada 1998 dan runner-up pada 1991 serta 1994. Kesuksesan ini kemudian bikin dia kerap dijuluki Maradona del Agua (Maradona versi polo air) oleh para pencinta polo air di Negeri Matador.

Lantas, bagaimana ceritanya seorang atlet polo air bisa menjadi orang kepercayaan salah satu pelatih sepakbola terbaik dunia sepanjang masa?

Perkenalan Guardiola dengan Estiarte

Sebagai orang yang lahir dan tumbuh di Catalonia, Estiarte punya sesuatu yang hampir pasti dimiliki orang Catalonia pada umumnya: kegandrungan terhadap FC Barcelona. Di sela-sela kesibukan berlatih, Estiarte muda acap menyempatkan hadir di tribun Stadion Camp Nou untuk mendukung Blaugrana.

Kebiasaan inilah yang kemudian membuatnya kenal dengan Guardiola. Di era kepelatihan Johan Cruyff, Guardiola menjadi salah satu kepingan penting Blaugrana. Dia ikut mengantarkan Barcelona menjuarai enam gelar La Liga, dua Copa Del Rey, empat Super Copa, satu Piala Eropa, satu Piala Winners, dan dua Piala Super Eropa.

Pada 1991, Estiarte yang sudah berstatus atlet polo air terbaik Spanyol mendapat kesempatan turun menyelamati para pemain Barcelona usai mengunci gelar La Liga musim 1990/1991 di Camp Nou. Saat itulah, dia pertama kalinya berinteraksi langsung dengan Guardiola.

Setahun kemudian, saat Barcelona menjadi tuan rumah Olimpiade 1992, Guardiola dan Estiarte kembali dipertemukan. Mereka jadi dua dari segelintir atlet yang dipercaya membawa obor tuan rumah olimpiade dan menjadi ambassador seremonial pembukaan di Camp Nou. Sejak saat itu, keduanya dikabarkan rutin berdiskusi soal olahraga dan menjalin kontak.

Belasan tahun berlalu sejak gelaran Olimpiade, Guardiola mendapat kesempatan melatih Tim Barcelona B pada 2007. Pada sisi lain, pada medio 2000-2006, Estiarte aktif menjabat sebagai anggota Komite Internasional Olimpiade.

Walau berada di lingkungan kontras, keduanya masih sering berdiskusi dan saling memberi masukan.

"Sudah saatnya orang-orang hebat saling berbagi pandangan, untuk tim ini," kata Guardiola seperti dilansir These Football Times.

Setahun kemudian karier Guardiola melejit dan dia diangkat sebagai pelatih tim senior Barcelona. Saat itulah, Guardiola menyadari kalau dirinya perlu bantuan langsung dari Estiarte. Maka, per 2008, dia menarik sang legenda polo air untuk berkecimpung dalam struktur tim Barcelona. Hanya saja, saat itu manajemen Blaugrana ogah berjudi dan cuma memberikan jabatan humas bagian eksternal untuk Estiarte.

Untungnya jabatan itu tidak membatasi interaksi keduanya. Guardiola yang kemudian mengakui kalau dia mendapat banyak masukan dari Estiarte selama berada di dalam dan luar lapangan.

"Dia sangat membantuku memahami sepakbola, karena dia selalu bisa memandang olahraga dari atas, perspektif itu membuat pandanganku semakin lengkap," tutur Guardiola.

Keduanya kemudian berhasil mempersembahkan berbagai gelar untuk Blaugrana, mulai dari La Liga (tiga kali), Copa Del Rey (dua kali), Super Copa (tiga kali), Piala Super Eropa (dua kali), Piala dunia antar klub (dua kali), sampai yang paling fenomenal yakni dua trofi Liga Champions.

Saat Guardiola memutuskan tidak memperpanjang kontraknya di Camp Nou pada 2012, Estiarte ikut mundur.

Kemudian ketika Guardiola menerima pinangan Bayern dua tahun berselang, Estiarte juga menjadi satu dari segelintir orang yang dibawa Guardiola dalam tim kepelatihannya. Di Munchen, Estiarte kemudian mendapat jabatan yang lebih dekat dengan Guardiola, yakni sebagai asisten pribadi si pelatih.

Baru kemudian ketika di Manchester City, Estiarte mendapat wewenang yang lebih bersinggungan langsung dengan para pemain, yakni Head of Player Support and Protocol.

Memfilter Perkataan Guardiola

Sejak mendaratkan kaki di sepakbola Inggris, Estiarte bukan cuma membantu Guardiola bersikap terhadap timnya. Dia juga menjadi pemilter terakhir perkataan Guardiola di hadapan media. Pengalamannya menjadi Humas di Barcelona bikin Estiarte menyadari kalau di Inggris, Guardiola tidak boleh asal ceplas-ceplos di hadapan media.

"Manel membantuku memahami kapan harus membuat keputusan tentang pemain sampai level yang tinggi. Sebelum tiba di konferensi pers, dia juga kerap memperingatkanku untuk tidak mengatakan sesuatu yang tidak sepantasnya," tutur Guardiola seperti dilansir Goal.

Hal yang sama diakui Sam Lee, mantan jurnalis Goal yang kini bekerja untuk The Athletic. Sebelum konferensi pers, menurut penuturan Lee, Estiarte akan mengumpulkan wartawan yang hadir dan memastikan hal-hal apa saja yang mungkin dikatakan media. Jika suatu pertanyaan dianggap bisa mencederai suasana ruang ganti City atau bahkan melukai perasaan Guardiola, Estiarte tidak akan segan untuk memperingatkan seorang wartawan.

"Estiarte juga yang akan memilih siapa pemain [yang mendampingi Guardiola] untuk berbicara ke media sebelum dan setelah pertandingan. Dia juga yang memutuskan apakah para pemain boleh berinteraksi dengan wartawan di mixed-zone," imbuh Lee.

Kesadaran Estiarte menjaga imej Guardiola dan para pemainnya bukan semata didasari tanggung jawabnya selaku Head of Player Support and Protocol Manchester City. Estiarte menyadari betapa pentingnya melindungi orang-orang terdekatnya, terutama Guardiola, pasca-tragedi yang dia alami pada 1980-an.

Jauh sebelum menjadi seorang atlet dan bekerja di City, Estiarte pernah melewati pengalaman pilu karena kehilangan kakak perempuan yang merawatnya sejak kecil. Tepatnya pada medio 1985, kakak perempuan Estiarte bunuh diri dengan melompat dari lantai empat apartemen di Manresa, Catalonia. Dalam peristiwa tersebut, Estiarte bahkan jadi orang pertama yang menemukan jenazah kakaknya.

Pengalaman memilukan itu disimpan Estiarte selama berpuluh-puluh tahun. Konon ketika muda Estiarte cuma menceritakan traumanya pada Jesus Rollan, sahabat karibnya yang juga anggota Timnas Polo Air Spanyol. Trauma dan luka yang dia alami karena kehilangan seorang kakak, baru bisa diceritakan Estiarte kepada publik dengan lebih gamblang lewat autobiografinya pada 2009.

"Buku itu sejujurnya aku publikasikan bukan untuk kepuasan orang lain, tapi untuk kelegaan diriku sendiri," aku Estiarte.

Bukan tanpa alasan Estiarte akhirnya meminta Guardiola memberikan kata sambutan dalam autobiografi tersebut. Guardiola, yang belasan tahun lebih muda dari Estiarte, dianggapnya sebagai seorang adik. Dan seperti halnya seorang kakak bagi adik laki-lakinya, Estiarte tampaknya akan terus mendampingi Guardiola sampai karier kepelatihannya selesai.

Baca juga artikel terkait LIGA INGGRIS atau tulisan lainnya dari Herdanang Ahmad Fauzan

tirto.id - Olahraga
Penulis: Herdanang Ahmad Fauzan
Editor: Mufti Sholih