Menuju konten utama

Mengenal Lima Tahap dalam Kesedihan, dari Marah hingga Depresi

Mengenal tahapan mengalami depresi, mulai dari penolakan (denial) dan menarik diri, hingga penerimaan (acceptance).

Mengenal Lima Tahap dalam Kesedihan, dari Marah hingga Depresi
Ilustrasi depresi karena skripsi. Getty Images/iStockphoto

tirto.id - Kesedihan mendalam bisa disebabkan oleh berbagai hal, seperti kehilangan orang terkasih, kehilangan pekerjaan, atau kegagalan mencapai sesuatu. Situasi menyedihkan memang tidak dapat dihindari dalam kehidupan.

Namun, siapa sangka bahwa rasa sedih yang dialami ternyata mengalami beberapa fase tertentu.

Dikutip dari Healthline setiap orang berduka dengan cara yang berbeda. Beberapa orang akan menangis, marah, menarik diri dan merasa kosong.

Tetapi ada beberapa kesamaan dalam tahapan dan urutan perasaan yang dialami dalam kesedihan.

Menurut Psychcentral, setidaknya ada lima tahap kesedihan yang normal dihadapi banyak orang, yakni penolakan (denial) dan menarik diri, marah (anger), penawaran (bergaining), depresi (depression), dan penerimaan (acceptance).

Tahapan ini pertama kali dicetuskan oleh Elisabeth Kubler-Ross di bukunya berjudul “On Death and Dying” (1969).

Penolakan dan menarik diri (Denial)

Seseorang yang baru saja mengalami kejadian menyedihkan akan berpikir “ini tidak mungkin terjadi.”

Reaksi penolakan ini adalah sebuah reaksi yang normal dilakukan banyak orang yang sedang dipenuhi dengan emosi.

Penolakan atau denial merupakan salah satu mekanisme pertahanan yang biasa dilakukan orang untuk melindungi hal yang ia percayai.

Orang yang sedang berada dalam tahap ini belum bisa mempercayai peristiwa yang ia alami sekaligus menarik diri dari semua orang.

Tahap ini adalah respons sementara yang membawa seseorang pada gelombang rasa sakit yang pertama

Marah (Anger)

Memudarnya efek penyangkalan dan isolasi akan diiringi dengan rasa sakit yang belum bisa diterima seseorang.

Seseorang dengan rasa sakit rentan terpicu emosi untuk melampiaskan rasa sakitnya lewat kemarahan.

Rasa marah kadang diarahkan pada orang yang berkaitan dengan peristiwa yang dialami seseorang.

Seperti membenci orang yang sudah meninggal, atasan yang memecat mereka, dan sebagainya.

Namun, bukan tidak mungkin rasa marah ini dilampiaskan kepada orang yang tidak berkaitan seperti psikiater atau rohaniawan yang mencoba membantu mereka.

Penawaran (bergaining)

Setelah kemarahan mulai pudar, mulai timbul perasaan bersalah diiringi dengan pikiran “kalau saja...” seperti “kalau saja saya memanggil dokter lebih cepat....” atau “kalau saja saya sadar sebelumnya...” dan sebagainya.

Pada fase ini seseorang diam-diam akan membuat kesepakatan dengan Tuhan sebagai upaya melindungi diri dari rasa sakit.

Fase ini adalah fase pertahanan yang paling lemah dalam melindungi seseorang dari kenyataan yang menyakitkan. Pada fase ini, seseorang mulai percaya terhadap apa yang sudah menimpanya.

Depresi (depression)

Menurut Psyhcentral, ada dua jenis depresi yang dapat timbul dari kesedihan. Depresi pertama adalah reaksi yang berkaitan dengan kerugian.

Depresi ini berisi kesedihan, kekhawatiran, dan penyesalan. Fase ini dapat berakhir ketika seseorang mendapatkan klarifikasi dan jaminan yang dapat meyakinkan bahwa hidup mereka akan baik-baik saja.

Sementara depresi kedua lebih tidak terlihat dan memiliki arti tertentu. Depresi ini bisa jadi sebuah persiapan untuk melepas dan menerima seluruh keadaan. Fase ini dapat berkurang dengan afeksi berupa pelukan dan pujian.

Penerimaan (Acceptance)

Dikutip dari Healthline, penerimaan tidak selalu menjadi tahap yang membahagiakan atau membangkitkan semangat.

Tahap ini tidak berarti seseorang telah melewati kesedihan. Seseorang mungkin akan merasakan perubahan besar dalam hidupnya.

Perasaan kurang puas dalam fase ini dapat diminimalisir apabila seseorang sudah bisa bahwa masalah ini tidak akan terlalu berat jika dibandingkan hal buruk lainnya yang untungnya tidak mereka alami atau berhasil mereka lewati sebelumnya.

Baca juga artikel terkait TAHAPAN DEPRESI atau tulisan lainnya dari Yonada Nancy

tirto.id - Kesehatan
Kontributor: Yonada Nancy
Penulis: Yonada Nancy
Editor: Yandri Daniel Damaledo