Menuju konten utama

Mengenal Katarak pada Anak yang Dialami Bayi Asri Welas

Ada beberapa hal yang menyebabkan anak mengalami katarak, di antaranya campak Jerman dan toksoplasma.

Mengenal Katarak pada Anak yang Dialami Bayi Asri Welas
Asri Welas Pramawati berfoto dengan bayi dan perawat Rumah sakit. Instagram/@Asri_Welas

tirto.id - “Saran kepada yang baru menikah, mau segera punya momongan dan yang sedang hamil, cek tokso, rubela, [TORCH], supaya janin sehat.”

Asri Welas memberi saran tersebut di akun Instagramnya, @asri_welas. Tampak di foto Asri Welas sedang menggendong anak yang baru saja selesai dioperasi mata kanannya. Rayyan Gibran Ridharaharja masih berusia lima bulan saat ini. Namun, Rayyan divonis menderita katarak di kedua matanya.

Mulanya, dokter melakukan tindakan operasi di mata kanan Ibran. Dua minggu kemudian, gantian mata kirinya yang harus menerima tindakan. Kini, bayi itu harus memakai kacamata +16 untuk membantu retinanya berkembang baik. Di unggahan selanjutnya, Asri memperlihatkan video Ibran yang menggerak-gerakan kedua bola mata saat pertama kali mencoba kacamata.

Katarak merupakan penyakit mata yang dapat membuat penderitanya mengalami kebutaan. Penyakit ini disebabkan oleh keruhnya lensa mata sehingga menghalangi cahaya masuk ke retina. Lazimnya, katarak diderita oleh orang berumur di atas 50 tahun. Karena faktor usia, kemampuan lensa mata untuk mempertahankan kejernihan jadi berkurang.

Baca juga: Penanganan Katarak Jauh dari Cukup

Namun, katarak juga bisa diderita anak-anak bahkan bayi yang baru lahir seperti kasus yang menimpa bayi Asri Welas. Awalnya, Asri mengira anaknya rewel. Lalu, setelah diperhatikan, ternyata nampak bintik putih kecil pada pupil Ibran. Ia pun langsung memeriksakan kondisi tersebut ke dokter.

Katarak pada anak, seperti ditulis WEB MD dapat dideteksi dengan beberapa ciri. Orangtua harus waspada jika melihat satu mata anaknya memiliki noda merah maupun putih di bagian pupil. Atau, ketika bola mata anak tidak seimbang. Pemeriksaan harus segera dilakukan bila bayi tidak melihat secara langsung atau merespons wajah serta benda besar berwarna pada usia 2 sampai 3 bulan.

Gejala lain yang lazim ditemui adalah anak cenderung rewel. Karena cahaya menyakiti mata, mereka sering menyipitkan mata atau melindungi mata dari sinar matahari. Untuk mencegah kebutaan pada anak, biasanya dokter akan melakukan pembedahan mata. Namun, ada juga sebagian kecil penderita katarak anak yang tak perlu merasakan meja operasi.

Sebab, penglihatan mereka akan normal dan berkembang dalam waktu singkat. Namun, perawatan tetap diberikan pada mata dengan memperlebar pupil mereka menggunakan tetes mata. Tujuannya adalah meningkatkan jumlah cahaya yang masuk ke mata. Tetes mata juga membantu "menunda" kebutaan pada anak, sebelum operasi dilakukan.

Penanganan Katarak pada Anak

Terdapat tiga jenis katarak pada anak. Jenis pertama, adalah katarak yang memerlukan penanganan segera karena titik pengaburannya besar dan padat. Katarak tipe ini terdapat di tengah lensa dan hanya memengaruhi satu mata, tetapi cenderung menyebabkan kebutaan. Karenanya, perlu diagnosis dini agar tindakan operasi cepat dilakukan.

Kedua, adalah katarak kecil yang tidak menyebabkan kebutaan. Perawatannya dapat dilakukan dengan membuat mata melebar menggunakan tetes mata. Gunanya meningkatkan jumlah cahaya masuk. Terakhir, katarak bawaan lahir. Pada katarak jenis ini, pengeruhan hanya terjadi di sebagian lensa dan tak menyebabkan kebutaan. Namun, kasus ini kerap menyerang kedua mata anak. Agar tak memburuk, butuh pemeriksaan intensif dan kontrol berkelanjutan dari dokter.

Menurut dr. Ni Retno Setyoningrum, SpM(K), MMedEdu, spesialis oftalmologi pedriatik dan strabismus di Jakarta Eye Center (JEC), terdapat beberapa penyebab katarak pada anak. Di antaranya adalah bayi yang lahir prematur. Ibu yang terkena rubella atau toksoplasma juga memperbesar kemungkinan bayi lahir katarak.

Baca juga: Risiko Masa Depan Bayi Prematur

Rubella atau campak Jerman adalah infeksi virus yang ditandai dengan ruam merah pada kulit, sedangkan toksoplasma merupakan infeksi pada manusia yang ditimbulkan oleh parasit Toxoplasma gondii. Biasanya, ia dibawa oleh kucing. Kedua penyakit ini jika mengenai ibu hamil dapat membawa cacat fisik pada anak.

Baca juga: Imunisasi MR Tolak Campak dan Rubella

“Pada pasien anak, prosedur operasi katarak menjadi lebih rumit dibandingkan pasien dewasa," jelas dokter Retno.

infografik katarak anak

Operasi dilakukan dengan anastesi umum untuk menjamin kelancaran dan kenyamanan. Pasien juga harus menjalani pemeriksaan pra-operasi terlebih dahulu. Tujuannya untuk mengetahui kondisi awal sebelum operasi, tingkat katarak yang diderita, serta kondisi keseluruhan pasien agar benar-benar siap menjalani operasi katarak.

"Kita lihat, bisa tidak pasien ditanam lensa intraokuler sampai dengan pemeriksaan," lanjut Retno.

Lensa intraokuler merupakan lensa pengganti yang ditanam pada mata setelah melakukan prosedur pengangkatan lapisan katarak. Lensa ini terbuat dari akrilik atau silikon, seperti plastik bening dengan “daya optik” untuk memperbaiki penglihatan.

Baca juga: Industri Alat Kesehatan Butuh Dukungan Asing

Setelah operasi, anak perlu melakukan terapi amplyopia. Terapi ini berguna agar anak beradaptasi dengan kondisi mata yang baru. Caranya dengan patching, yaitu menutup mata yang normal. Atau menggunakan tetes atropin pada mata yang normal. Jika anak perlu menggunakan kacamata, ia harus memakainya sepanjang hari, kecuali saat mandi dan tidur.

Prinsip dasar patching adalah memberikan kesempatan mata untuk "berlatih" melihat sampai memperoleh peluang mengembangkan daya penglihatan normal. Waktu melakukan patching bervariasi, mulai dari mingguan, bulanan, bahkan tahunan. Pemulihan akan semakin baik bila patching dilakukan sedini mungkin.

Baca juga artikel terkait KATARAK atau tulisan lainnya dari Aditya Widya Putri

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Aditya Widya Putri
Penulis: Aditya Widya Putri
Editor: Maulida Sri Handayani