Menuju konten utama

Mengenal Istilah Orbiting dalam Hubungan dan Apa Dampaknya?

Orbiting kerap dilakukan seseorang saat sudah putus dari kekasihnya, namun masih memiliki rasa cinta yang kuat.

Mengenal Istilah Orbiting dalam Hubungan dan Apa Dampaknya?
Ilustrasi melakukan orbiting. Getty Images/iStockphoto

tirto.id - Sebuah hubungan asmara yang telah usai, kadang tidak benar-benar berakhir. Seseorang masih berhubungan dengan mantannya secara virtual. Salah satu dari mereka seolah masih memerlukan kehadiran sang mantan dalam hidupnya, sekali pun hanya berinteraksi melalui dunia media sosial.

Perilaku seperti ini dalam sebuah hubungan dinamakan orbiting. Sesuai penamaannya, seseorang masih "mengorbit" mantan kekasihnya lewat media sosial atau kehidupan sosial di saat mereka sudah putus. Orang tersebut tidak hanya mengintai saja, tetapi juga turut menyukai postingan mantannya atau bahkan mengomentarinya.

Orbiting ternyata bukanlah perilaku sehat. Saat perilaku tersebut dilakukan, seakan pelakunya sedang memanipulasi emosionalnya bahwa dirinya masih memiliki kuasa untuk mengendalikan atau memengaruhi kehidupan mantannya lewat jalur virtual. Saat hubungan telah berakhir, sudah saat mesti menetapkan batasan dalam hubungan termasuk cara berkomunikasi.

Mengutip Huffpost, saat seseorang telah terlalu jauh terjun dalam orbiting, sikapnya dapat melampaui batas. Tidak hanya menyukai dan berkomentar di akun media sosial sang mantan saja, dia juga mengirimkan pesan pribadi hingga memosting ulang status.

Di dunia maya, dirinya seakan masih memiliki hubungan khusus dengan mantan dan memantau aktivitasnya secara rutin sehingga menimbulkan ketidaknyamanan bagi yang diintai.

Apa penyebab orbiting?

Orbiting kerap dilakukan seseorang saat sudah putus dari kekasihnya, namun masih memiliki rasa cinta yang kuat. Mengutip Iris Dating, putusnya cinta ini juga memupuskan harapan tinggi untuk bisa hidup bersama dengan kekasihnya dalam ikatan yang lebih serius.

Sebagai alternatif, seseorang akan memantau mantannya lebih sering. Jalan yang paling memungkinkan saat ini lewat dunia maya seperti media sosial hingga aplikasi perpesanan. Di sisi lain, otak juga akan menyuplai hormon dopamin yang menjadikan aktivitas orbiting menjadi hal membahagiakan.

Orbiting juga dilakukan saat seseorang belum juga menemukan pengganti yang lebih baik dari mantannya dulu. Dalam hal ini, dirinya berusaha mencari perhatian sang mantan sembari berharap mungkin dapat membangun hubungan kembali dengannya.

Dampak orbiting

Dampak orbiting dapat bersifat seperti dua sisi mata uang dilihat dari pengaruhnya pada masing-masing pihak. Jika orbiting dilakukan secara kompulsif dan mendorong seseorang melakukan orbiting cukup kuat, maka menjadi tidak sehat.

Orang tersebut akan terlalu sibuk pikirannya untuk mantannya dan sulit melepaskannya. Bahkan, dorongan yang kuat untuk orbiting dapat mengganggu rutinitas harian. Di sisi lain, sang mantan justru terganggu karena merasa diganggu.

Di sisi lain, hal tersebut menjadi tidak terlalu bermasalah saat kedua pihak putus dengan cara baik dan tetap menjalin pertemanan satu dengan lainnya.

Jika masing-masing merasa nyaman untuk saling berbalas pesan di dunia maya, maka tidak lagi disebut orbiting. Sebab, istilah orbiting lebih dibatasi pada suatu perbuatan licik untuk memanipulasi mental mantan saat hubungan asmara sebenarnya telah berakhir.

Baca juga artikel terkait LIFESTYLE atau tulisan lainnya dari Ilham Choirul Anwar

tirto.id - Gaya hidup
Kontributor: Ilham Choirul Anwar
Penulis: Ilham Choirul Anwar
Editor: Nur Hidayah Perwitasari