Menuju konten utama
Antropologi

Mengenal Hubungan Antarbudaya: Akulturasi dan Asimilasi

Mengenal hubungan antarbudaya di Indonesia: akulturasi budaya dan Asimilasi budaya.

Mengenal Hubungan Antarbudaya: Akulturasi dan Asimilasi
Sejumlah anggota Paguyuban Warga Ponorogo menampilkan tarian Reog Ponorogo saat mengikuti pawai keberagaman budaya dan deklarasi damai di Jalan Brigjen Katamso, Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Rabu (14/10/2020). ANTARA FOTO/Makna Zaezar/foc.

tirto.id - Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan yang memiliki kekayaan budaya serta tradisi.

Hal ini dikarenakan Indonesia memiliki lebih dari 17 ribu pulau yang dihuni lebih dari 360 suku bangsa.

Masyarakat yang berbeda dan saling berinteraksi akhirnya membuat adanya hubungan antarbudaya.

Menurut Koentjaraningrat, perubahan kebudayaan dapat dipengaruhi oleh proses evolusi kebudayaan, proses belajar kebudayaan dalam suatu masyarakat, serta adanya proses penyebaran kebudayaan yang melibatkan adanya proses interaksi atau hubungan antarbudaya.

Masyarakat menyadari kekurangan dari kebudayaannya, sehingga mereka mengadakan inovasi agar kebutuhannya terpenuhi.

Inovasi besar yang yang terdapat dalam kehidupan masyarakat merupakan hasil dari pengaruh atau masuknya unsur kebudayaan asing dalam kebudayaan suatu masyarakat.

Mengutip dari buku Khazanah Antropologi 1, hubungan antarbudaya memiliki peran yang penting bagi keragaman budaya di Indonesia.

Hal ini karena dengan kontak kebudayaan antarmasyarakat yang berbeda-beda akan menimbulkan keadaan yang saling memengaruhi satu sama lain.

Koentjaraningrat mengungkapkan bahwa masa penjajahan dan kolonialisme merupakan salah satu bentuk hubungan antarkebudayaan yang memberikan pengaruh terhadap perkembangan budaya lokal.

Proses saling memengaruhi budaya tersebut terjadi melalui proses akulturasi serta asimilasi budaya.

Akulturasi kebudayaan

KERJASAMA SENI BUDAYA ACEH  DAN KOREA

Penari tradisional dari Provinsi Jeju Korea Selatan dan penari tradisional Aceh berbincang seusai menampilkan kesenian dan budaya dari daerah masing-masing di Taman Bustanussalatin, Banda Aceh, Aceh, Jumat (24/1/2020). ANTARA FOTO/Irwansyah Putra/pd.

Salah satu unsur perubahan budaya adalah karena adanya hubungan antarbudaya, yaitu hubungan budaya lokal dengan budaya asing.

Koentjaraningrat menyebutkan, akulturasi merupakan proses sosial yang timbul apabila suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan pada unsur-unsur kebudayaan asing sedemikian rupa sehingga unsur kebudayaan asing tersebut lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kebudayaan lokal itu sendiri.

Proses akulturasi kebudayaan dapat terjadi apabila suatu masyarakat atau kebudayaan dihadapkan pada unsur kebudayaan asing.

Masa penjajahan serta media massa memiliki peran yang penting dalam akulturasi kebudayaan.

Penjajahan Belanda di Indonesia membuat unsur budaya asing seperti mode pakaian, gaya hidup, makanan, dan ilmu pengetahuan dan teknologi masuk ke Indonesia.

Sementara media massa seperti televisi, surat kabar, dan internet menjadi sarana untuk akulturasi budaya asing di masyarakat.

Memerlukan waktu yang lama agar proses akulturasi berlangsung. Hal ini karena unsur kebudayaan asing yang diserap akan diseleksi dan ada unsur budaya yang ditolak, sehingga proses perubahan kebudayaan melalui akulturasi masih mengandung unsur budaya lokal yang asli.

Terdapat bentuk kontak kebudayaan yang menimbulkan proses akulturasi, di antaranya:

    • Kontak kebudayaan dapat terjadi pada seluruh, sebagian, atau antarindividu dalam masyarakat.
    • Kontak kebudayaan dapat terjadi antara masyarakat yang memiliki jumlah yang sama ataupun berbeda.
    • Kontak kebudayaan dapat terjadi antar kebudayaan maju dan tradisional.
    • Kontak kebudayaan yang terjadi antara masyarakat yang menguasai serta masyarakat yang dikuasai, baik secara politik ataupun ekonomi.
Sementara itu dalam proses akulturasi akan menyebabkan perubahan dalam beberapa unsur, di antaranya :

    • Substitusi
Penggantian unsur kebudayaan lama yang digantikan unsur kebudayaan yang baru yang lebih bermanfaat untuk kehidupan masyarakat.

    • Sinkretisme
Percampuran unsur kebudayaan yang lama dengan unsur kebudayaan yang baru sehingga membentuk sistem budaya yang baru.

    • Adisi
Perpaduan unsur-unsur kebudayaan yang lama dengan unsur kebudayaan baru, sehingga memberikan nilai tambah bagi masyarakat.

    • Dekulturasi
Proses hilangnya unsur-unsur kebudayaan yang lama digantikan dengan unsur kebudayaan baru.

    • Originasi
Masuknya unsur budaya yang sama sekali baru dan tidak dikenal, sehingga menyebakan perubahan sosial budaya dalam masyarakat.

    • Rejeksi
Proses penolakan yang muncul karena proses perubahan sosial yang sangat cepat, sehingga dampak negative dapat muncul karena sebagian anggota masyarakat tidak siap menerima perubahan.

Asimilasi kebudayaan

PENTAS BARONGSAI DI SEKOLAH

Atraksi barongsai menghibur siswa pada peringatan Tahun Baru Imlek di SD Warga, Solo, Jawa Tengah, Selasa (21/1/2020). ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha/foc.

Asimilasi, menurut Koentjaraningrat, merupakan proses sosial yang ada karena adanya golongan-golongan manusia yang memiliki latar kebudayaan yang berbeda.

Mereka saling bergaul dengan intensif dengan waktu yang lama, sehingga sifat kebudayaannya berubah dan wujudnya yang khas menjadi unsur budaya campuran.

Sedangkan Richard Thomson menyatakan, asimilasi merupakan suatu proses di mana individu dari kebudayaan asing atau minoritas memasuki suatu keadaan yang mana terdapat kebudayaan dominan.

Terjadi perubahan perilaku individu untuk menyesuaikan diri dengan kebudayaan dominan.

Asimilasi dapat terjadi apabila terdapat masyarakat pendatang yang menyesuaikan diri dengan kebudayaan setempat, sehingga kebudayaan masyarakat pendatang akan melebur dan tidak tampak unsur kebudayaan yang lama.

Proses asimilasi di Indonesia terjadi karena banyaknya unsur kebudayaan daerah dari berbagai suku bangsa.

Serta adanya unsur budaya asing yang dibawa oleh masyarakat pendatang, seperti warga keturunan Tioghoa dan Arab yang telah tinggal turun-temurun di Indonesia.

Contoh dari asimilasi di Indonesia adalah masyarakat Batak dan Tionghoa di Sumatera Utara.

Para pedagang Tionghoa yang tinggal di Tapanuli belajar bahasa Batak karena mereka merupakan pendatang.

Melalui pemahaman bahasa Batak dan kebudayaannya dianggap menguntungkan bagi usaha perdagangan mereka.

Sedangkan masyarakat Batak Toba yang tinggal di Medan akan menyesuaikan diri dengan kebudayaan etnik Tionghoa setempat.

Mereka belajar bahasa Cina karena dianggap berguna dalam proses transaksi perdagangan dengan warga keturunan Tionghoa.

Baca juga artikel terkait HUBUNGAN ANTARBUDAYA atau tulisan lainnya dari Endah Murniaseh

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Endah Murniaseh
Penulis: Endah Murniaseh
Editor: Dhita Koesno