Menuju konten utama

Mengenal Hoarding: Gangguan Menimbun Barang yang Tidak Diperlukan

Gangguan hoarding didefinisikan sebagai keinginan eksesif untuk mengoleksi, menimbun, atau menyimpan barang-barang yang dimilikinya.

Mengenal Hoarding: Gangguan Menimbun Barang yang Tidak Diperlukan
Ilustrasi Rumah Kotor. foto/istockphoto

tirto.id - Pernahkah Anda melihat seseorang yang hobi menimbun dan menyimpan barang yang tidak terpakai lagi? Jika pernah, maka orang tersebut bisa dikategorikan dalam istilah hoarding disorder.

Pada 2013 lagu, Asosiasi Psikiater Amerika secara resmi menuliskannya dengan sebutan gangguan hoarding (penimbunan kompulsif) atau hoarding disorder dalam edisi terbaru Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental (DSM-5) sebagai gangguan mental serius.

Orang dengan gangguan hoarding mengembangkan hubungan erat yang aneh dengan barang-barang yang ia miliki. Selain itu, gangguan hoarding didefinisikan sebagai keinginan eksesif untuk mengoleksi, menimbun, atau menyimpan barang-barang yang dimilikinya. Ia juga kesulitan untuk membuang barang-barang tersebut, kendati sudah tidak terpakai lagi.

Akibatnya, ruang tempat tinggalnya sesak dengan tumpukan barang-barang yang sudah tak lagi digunakan, misalnya mulai dari koran tua, setelan pakaian, furnitur, dan sebagainya. Dalam beberapa kasus, orang dengan gangguan hoarding bahkan mengoleksi hewan peliharaan, yang dapat menjadikan lingkungannya tidak nyaman ditinggali, kotor, dan tidak layak lagi.

Sebagaimana dilansir dari Psychology Today, terdapat tiga hubungan emosional yang dimiliki orang dengan gangguan hoarding.

Pertama, hubungan sentimental yang ia maknai sebagai simbol atau representasi pengalaman, ingatan akan seseorang penting, atau kenangan di masa lalu. Barang-barang yang tidak ingin dibuang itu diyakini sebagai pengganti jika ingin mengingat kenangan masa silam tersebut.

Kedua, hubungan estetik yang ia maknai bahwa barang-barang yang ia kumpulkan memiliki cita rasa keindahan. Karenanya, orang dengan gangguan hoarding kesulitan untuk membuangnya.

Ketiga, hubungan intrinsik yang ia maknai bahwa ia tidak ingin membuang barang dengan sia-sia. Orang yang memiliki hubungan intrinsik dengan suatu barang meyakini bahwa barang lama atau yang sudah rusak bisa didaur ulang atau diperbaiki kembali.

Kadangkala, ia memang kapabel dalam memperbaiki barang-barang tersebut, namun karena keengganan membuangnya, barang-barang yang ia miliki terus menumpuk dan memenuhi banyak ruang di rumah.

Orang yang memiliki gangguan hoarding seringkali membuat orang terdekatnya terganggu. Keinginan untuk mengoleksi dan terus menyimpan banyak barang menjadikan rumahnya penuh, kotor, dan menjadikan orang lain tidak betah tinggal di sana.

Berikut beberapa ciri-ciri dari gangguan hoarding sebagaimana dilansir dari laman Cleveland Clinic:

  1. Tidak mampu membuang dan menyingkirkan barang-barang, bahkan yang sudah tidak lagi digunakan.
  2. Merasa tertekan ketika membuang sesuatu.
  3. Merasa cemas terhadap kebutuhan memiliki suatu barang di masa depan.
  4. Merasa bingung dan tidak yakin ketika akan menempatkan suatu barang, misalnya dalam mengatur dan mengkategorikan barang-barang tersebut.
  5. Tidak percaya pada orang lain ketika menyentuh barangnya.
  6. Tinggal di tempat yang "tidak biasa" karena penuh dan berantakan.
  7. Menarik diri dari teman-teman dan keluarga, kehilangan ruang tinggal, isolasi sosial, kesulitan keuangan, dan memiliki risiko buruk kesehatan.

Baca juga artikel terkait HOARDING DISORDER atau tulisan lainnya dari Abdul Hadi

tirto.id - Kesehatan
Kontributor: Abdul Hadi
Penulis: Abdul Hadi
Editor: Alexander Haryanto