Menuju konten utama

Mengenal Epilepsi pada Anak, Gejala Serta Cara Menanganinya

Mengenal epilepsi, gangguan neurologis yang bisa menyerang segala usia termasuk anak-anak.

Mengenal Epilepsi pada Anak, Gejala Serta Cara Menanganinya
Ilustrasi. Sejumlah petugas medis "National Hospital" melakukan aksi solidaritas dengan membawa poster ketika "Purple Day" memperingati Hari Epilepsi Sedunia di Hari Bebas Berkendara di Surabaya, Jawa Timur, Minggu (8/4). ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat

tirto.id - Epilepsi adalah gangguan neurologis yang menyebabkan kejang berulang yang disebabkan oleh aktivitas listrik abnormal di dalam otak. Epilepsi bukan hanya terjadi pada orang dewasa, tetapi juga pada anak-anak.

World Health Organization (WHO) merilis, sekitar 50 juta orang di seluruh dunia menderita epilepsi, menjadikan penyakit ini salah satu penyakit neurologis paling umum di dunia.

Hampir 80 persen penderita epilepsi tinggal di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Tiga perempat penderita epilepsi yang tinggal di negara berpenghasilan rendah tidak mendapatkan pengobatan yang mereka butuhkan.

Risiko kematian dini pada orang dengan epilepsi tiga kali lebih tinggi daripada populasi umum. Di banyak bagian dunia, orang dengan epilepsi menderita stigma dan diskriminasi.

Secara global, diperkirakan lima juta orang didiagnosis menderita epilepsi setiap tahun. Hal ini terutama terjadi pada negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.

WHO memperkirakan kemungkinan hal ini disebabkan oleh peningkatan risiko kondisi endemik seperti malaria atau neurocysticercosis, insiden kecelakaan lalu lintas jalan yang lebih tinggi, cedera terkait kelahiran, kurangnya ketersediaan program kesehatan preventif, dan perawatan yang dapat diakses.

Di Amerika Serikat, epilepsi adalah gangguan otak anak yang paling umum, hampir 3 juta orang Amerika memiliki kondisi ini di antaranya di bawah usia 17 tahun.

Anak-anak kerap mengalami epilepsi, terutama pada anak-anak dengan down syndrom dan autisme.

Dilansir dari Stanfordchildren, epilepsi pada anak terjadi karena selain disebabkan oleh ketidakseimbangan neurotransmiter, juga disebabkan karena genetika, tumor otak, stroke, kerusakan otak akibat penyakit atau cedera, termasuk saat lahir dan obat-obatan terlarang.

Anak-anak yang demam atau infeksi, memiliki cedera kepala, lahir prematur sangat bisa terkena epilepsi. Oleh karena itu perlu kewaspadaan mengetahui tanda dari penyakit kejang ini.

Gejala kejang ini bisa terdeteksi dengan melihat beberapa tanda peringatan. Misalnya, anak-anak akan mulai menyentakkan lengan dan kaki, mengalami sesak napas, jatuh tiba-tiba tanpa alasan yang jelas, tidak menanggapi kebisingan atau kata-kata untuk periode singkat, tampak bingung, mata berkedip cepat dan menatap, dan selama kejang bibir anak berwarna biru dan pernapasannya mungkin tidak normal.

Epilepsi pada anak-anak didiagnosis oleh ahli saraf pediatrik, dokter yang berspesialisasi dalam masalah otak, tulang belakang, dan sistem saraf.

Pengujian dapat meliputi tes darah dan tes urine, EEG atau electroencephalography untuk melihat gelombang otak atau aktivitas listrik di otak, VEEG atau video electroencephalography, EEG dengan perekaman video, CAT scan, MRI, dan PET untuk melihat ke dalam otak.

Bagaimana Epilepsi diobati dan dicegah?

Epilepsi biasanya diobati dengan memberikan beberapa obat anti-epilepsi (AED) atau obat antikonvulsan. Akan tetapi, jika obat masih tidak mempan biasanya dilakukan diet khusus, seperti diet ketogenik.

Diet ketogenik atau keto adalah diet ketat tinggi lemak, rendah karbohidrat dan kadang-kadang dapat mengurangi kejang.

Untuk kejang yang sulit dikendalikan, dokter biasanya merekomendasikan stimulasi saraf vagal (VNS), yang merupakan alat yang merangsang saraf vagal, atau pembedahan.

Selain dari dokter, kejang juga bisa diatasi oleh orang tua si anak. Sebagian besar anak-anak dengan epilepsi dapat menjalani hidup normal jika orang tuanya sigap.

Kids Health menjelaskan bahwa untuk menjaga anaknya yang epilepsi, orang tua dapat melakukan hal-hal seperti memastikan anaknya minum obat sesuai resep, menghindari anak dari pemicu seperti stres berlebihan dan kurang tidur, membantunya belajar atau berperilaku, rajin mengunjungi ahli saraf seperti yang direkomendasikan.

Epilepsi sangat bisa dicegah. Diperkirakan 25 persen kasus epilepsi dapat dicegah. Salah satu yang bisa dilakukan adalah mencegah anak dari cedera kepala. Cara ini adalah cara paling efektif untuk mencegah epilepsi pasca-trauma.

Pada daerah tropis seperti Indonesia, infeksi sistem saraf pusat adalah penyebab umum epilepsi.

Infeksi ini biasanya terjadi melalui kasus Sistiserkosis, infeksi jaringan tubuh yang disebabkan oleh larva cacing pita Taenia solium. Cacing ini biasanya menginfeksi jaringan otot dan otak.

Keberadaan cacing pita jenis ini biasanya ditemukan di daerah kotor seperti daerah dengan sanitasi buruk.

Oleh karena itu, perlu adanya pembersihan lingkungan dan pendidikan tentang cara menghindari infeksi dapat menjadi cara yang efektif untuk mengurangi epilepsi.

Baca juga artikel terkait MENGENAL EPILEPSI PADA ANAK atau tulisan lainnya dari Febriansyah

tirto.id - Kesehatan
Kontributor: Febriansyah
Penulis: Febriansyah
Editor: Yandri Daniel Damaledo