Menuju konten utama
Berita Corona Hari Ini

Mengenal 'COVID Arm': Efek Samping yang Muncul Usai Divaksin Corona

'Covid arm', efek samping vaksin corona, tanda-tanda Covid arm usai divaksin.

Mengenal 'COVID Arm': Efek Samping yang Muncul Usai Divaksin Corona
Petugas kesehatan menyuntikkan vaksin COVID-19 ke salah satu pedagang di Pasar Ngemplak, Tulungagung, Jawa Timur, Rabu (24/2/2021). ANTARAFOTO/Destyan Sujarwoko/wsj.

tirto.id - Munculnya virus Corona jenis baru (COVID-19) membuat banyak ilmuwan dan profesional medis mencoba mempelajari virus tersebut dan memahami seluk-beluknya.

Penelitian pun kini mengarah pada pengembangan berbagai vaksin COVID-19 yang ada di seluruh dunia, dan kemunculan vaksin setidaknya membuat banyak orang mulai bisa bernapas dengan lega.

Meski demikian, efek samping yang menyertai vaksin juga telah menimbulkan banyak keraguan di masyarakat. Salah satu reaksi vaksin yang paling menonjol dan sering dibicarakan adalah 'COVID arm' atau lengan COVID.

Apa itu COVID Arm?

Bagi yang sudah mendapatkan vaksin COVID dan melihat ada ruam kulit bengkak di sekitar area yang disuntikkan, kemungkinan besar Anda telah terkena 'COVID arm'.

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), "COVID arm" adalah lengan dengan ruam yang mungkin muncul setelah menerima vaksin Covid-19.

Dalam istilah medis, kondisi ini juga disebut hipersensitivitas kulit tertunda, yang pada dasarnya berarti reaksi tertunda pada kulit.

Tanda-Tanda COVID Arm

Sementara 'COVID arm' dikaitkan dengan suntikan vaksin, kemungkinan besar tanda-tanda efek samping akan muncul setelah Anda menerima suntikannya.

Menurut para ahli, beberapa tanda yang diketahui dan umum dari 'COVID arm' adalah sebagai berikut seperti dilansir laman Times of India:

  • Kemerahan;
  • Pembengkakan;
  • Nyeri kulit di dekat area yang divaksinasi yang berkembang delapan hari atau lebih setelah mendapatkan vaksin.
Meski kondisinya terdengar tampak parah, menurut peneliti, COVID arm tidak seserius dan tidak berbahaya seperti yang dibayangkan.

Para peneliti yang mempelajari data uji klinis fase 3 untuk Moderna mRNA mengklaim bahwa reaksinya akan hilang dalam empat atau lima hari.

'COVID Arm' dikatakan sebagai respons yang tidak berbahaya terhadap vaksin. Menurut para ahli, ini adalah "fenomena yang diketahui" dan mungkin merupakan respons dari sistem kekebalan terhadap vaksin COVID.

Menurut laporan New England Journal of Medicine (NEJM), 12 pasien yang mendapat vaksin Moderna Covid-19 telah mengembangkan tanda-tanda 'COVID arm' termasuk ruam.

Diyakini bahwa ruam ini muncul 4 hingga 11 hari setelah dosis pertama vaksin Moderna Covid-19.

Para penulis mengklaim bahwa reaksi tempat suntikan tertunda dilaporkan pada 244 peserta setelah dosis pertama dan 68 peserta setelah dosis kedua.

Secara komparatif, pada orang yang menerima vaksin Pfizer, kasus tersebut relatif rendah.

Selain itu, reaksi terhadap vaksin COVID-19 lebih tinggi pada wanita daripada pria.

Sesuai pertemuan Komite Penasihat CDC untuk Praktik Imunisasi, 77% dari efek samping vaksin Moderna dilaporkan oleh perempuan, dengan usia rata-rata 43 tahun.

Namun telah dicatat bahwa hal itu bisa jadi karena keterlibatan perempuan yang lebih besar di sektor perawatan kesehatan.

Baca juga artikel terkait COVID ARM atau tulisan lainnya dari Dhita Koesno

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Dhita Koesno
Editor: Agung DH