Menuju konten utama

Mengenal Aphantasia, Hidup Tanpa Imajinasi

Aphantasia adalah kelainan langka yang dialami 1 dari 50 orang di dunia.

Mengenal Aphantasia, Hidup Tanpa Imajinasi
Ilustrasi atlet depresi [Foto/Shuuterstock]

tirto.id - Duduklah di tempat yang tenang, lalu tutup mata dan bayangkan sesuatu, seperti sedang berjalan-jalan di suatu padang savana yang indah, melihat matahari terbit, sinarnya perlahan menyentuh tubuh. Suara burung-burung, tupai dan embun seolah-olah nyata. Di dalam imajinasi itu, rasanya bahagia dan merasa tenang.

Beberapa orang mungkin tak sulit membayangkan atau mengimajinasikan sesuatu. Sebab, setiap orang punya punya mata batin atau pikiran yang bisa membayangkan dan berimajinasi mengenai hal-hal tertentu.

Namun, ternyata ada beberapa orang yang terlahir tanpa mata batin. Mereka tidak mampu menggambarkan dengan jelas atau tidak bisa sama sekali mengimajinasikan sesuatu. Kondisi langka mungkin tidak disadari hingga pada suatu peristiwa seperti kehilangan seseorang atau sesuatu, tapi mereka tidak bisa lagi membayangkan wajahnya.

Ilmuwan menyebut kondisi seperti ini sebagai Aphantasia, di mana beberapa orang tidak dapat memvisualisasikan gambaran pikiran mereka. Penelitian berjudul The Mind's Eye Mapped onto the Brain's Matter menjelaskan, kondisi Aphantasia disebabkan kerusakan pada area korteks visual di otak.

Orang yang mengalami ini akan kesulitan membentuk gambaran dalam pikiran mereka. Ujungnya, kondisi ini bisa mengganggu hubungan antara gambaran visual secara nyata dengan penglihatan mental yang terjadi di dalam pikiran mereka.

Penelitian dari University of Exeter yang berjudul Lives without imagery – Congenital aphantasia mejelaskan, kondisi ini bisa dialami satu dari 50 orang di dunia. Akan tetapi, aphantasia bukan merupakan kecacatan tubuh.

Ada dua fokus dalam laporan penelitian ini. Adam Zeman, penulis penelitian mencoba membandingkan kehidupan dan pengalaman orang-orang dengan aphantasia dan hyperphantasia, kondisi di mana orang-orang yang dengan ekstrem dan meriah mampu menggambarkan dengan cepat sesuatu di dalam pikiran mereka.

Seseorang yang mengalami Hyperphatasia merasa selalu berlebihan dalam membayangkan sesuatu. Lauren Beard, salah seorang Iiustrator buku anak-anak yang diwawancara BBC mengatakan, ia selalu ingin menambahkan sesuatu pada karakter yang ia bayangkan.

“Saya pikir saya memiliki imajinasi yang kuat, sehingga saya dapat menciptakan dunia dan kemudian terus menambahkannya sehingga menjadi lebih besar dan lebih besar dalam pikiran saya dan karakter juga mereka semacam berevolusi,” jelas Beard kepada BBC.

Infografik SC Aphantasia

Infografik SC Aphantasia. tirto.id/Fuad

Zeman mengatakan, orang-orang yang mengalami dua kondisi berbeda ini sangat senang karena kondisi yang mereka alami telah diakui dan telah diberi nama.

Orang-orang ini dulu merasa bingung dan telah berusaha menjelaskan kepada orang lain selama bertahun-tahun tentang keanehan yang mereka rasakan sulit mereka temukan dan lakukan.

"Saya pikir itu membuat perbedaan yang cukup penting untuk pengalaman hidup mereka karena banyak dari kita menghabiskan hidup kita dengan menggambarkan diri kita melayang di suatu tempat di dalam imajinasi rasakan dari waktu ke waktu, itu adalah variabilitas pengalaman manusia," jelas Zeman.

Akan tetapi Ilmuwan masih terus mengembangkan penelitian terhadap fenomena yang dialami oleh orang-orang ini.

Masih banyak yang harus dipelajari, di antaranya sejauh mana hubungan antara pencitraan mental, persepsi, dan memori visual masih belum sepenuhnya dipahami.

Baca juga artikel terkait PENELITIAN KESEHATAN atau tulisan lainnya dari Febriansyah

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Febriansyah
Editor: Dipna Videlia Putsanra