Menuju konten utama

Mengenal Apa Itu Tourette Syndrome, Gejala dan Pengobatannya

Tourette syndrome terjadi ketika munculnya masalah di sistem saraf penderita yang membuatnya tak bisa mengendalikan gerakan atau suara yang dikeluarkan.

Mengenal Apa Itu Tourette Syndrome, Gejala dan Pengobatannya
Ilustrasi Sindrom tourette. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Ketika seseorang sering mengedip dengan tidak normal, menyentakkan kepala berkali-kali, atau mengangkat bahu tanpa sebab, bisa jadi ia menderita tourette syndrome.

Tourette syndrome sebenarnya tidak membahayakan penderitanya, namun dapat menimbulkan rasa tidak nyaman dan malu karena gerakan yang terjadi pada beberapa anggota tubuh tersebut tidak dapat dikendalikan.

Tercatat beberapa artis kenamaan diketahui mengidap sindrom tourette misalnya Billie Eilish, Lewis Capaldi dan Tora Sudiro.

Pengertian Tourette Syndrome

Tourette syndrome terjadi ketika munculnya masalah di sistem saraf penderita yang membuatnya tidak bisa mengendalikan gerakan atau suara yang dikeluarkannya. Gerakan berulang yang dilakukan itu disebut dengan istilah tics.

Contoh tics yang sering terjadi pada penderita sindrom tourette adalah:

Tics motorik:

  • Berkedip
  • Membuat gerakan wajah
  • Mulut berkedut
  • Mengangkat bahu
  • Menyentak lengan atau kepala
Tics suara/vokal:

  • Meniru suara binatang, misalnya anjing
  • Berteriak tiba-tiba
  • Membersihkan tenggorokan
  • Mendengus
  • Batuk
  • Memaki
  • Mengendus
Laman Webmd melansir, terdapat sekira 100.000 penderita tourette syndrome parah di Amerika, namun angkanya jauh lebih besar untuk penderita dengan gejala ringan. Sindrom ini umumnya dimulai sejak masa kanak-kanak dengan penderita berjenis kelamin pria yang mendominasi.

Gejala tics yang terlihat akan membaik saat anak-anak menjadi dewasa, bahkan dapat menghilang dengan perawatan dan terapi yang tepat.

Penyebab Tourette Syndrome

Penyebab dari sindrom tourette dikaitkan dengan kondisi beberapa area di otak yang bertugas mengontrol gerakan tubuh, bernama basal ganglia. Apabila terdapat perbedaan di bagian otak kiri dan kanan pada basal ganglia, maka dapat mempengaruhi kondisi senyawa kimia yang membawa pesan di antara kedua bagian otak itu.

Hingga kini peneliti masih memastikan apa penyebab pastinya, namun masalah di jaringan basal ganglia itu yang diduga kuat menjadi penyebab sindrom tourette.

Lantas, mengapa bisa terjadi masalah di bagian otak tersebut, gen dan keturunan diduga menjadi salah satu yang mempengaruhi. Jika ada anggota keluarga yang menderita sindrom tourette, maka keluarganya lebih mungkin mengalami juga walau dengan gejala tics berbeda.

Gejala Tourette Syndrome

Seperti disebutkan di atas, gejala utama yang muncul pada penderita tourette syndrome disebut dengan tics. Tics yang sering muncul adalah berupa tics motorik dan tics vokal (suara).

- Tics motorik misalnya berkedip, gerakan wajah tertentu, gerakan mulut, mengangkat bahu, dan menyentak lengan atau kepala.

- Tics suara/vokal misalnya mendengus, menggonggong, berteriak tiba-tiba, mengucap suku kata tunggal (misal "uh-uh-uh"), batuk, memaki, atau mengendus.

Tics bisa kambuh dan makin buruk saat penderita sedang stres, gembira, sakit, atau lelah berlebihan dan hal itu yang membuat kehidupan sosialnya menjadi terpengaruh.

Penderita juga beresiko mengalami anxiety (kecemasan), disleksia (ketidakmampuan belajar) dan OCD (gangguan obsesif-kompulsif).

Setengah dari jumlah penderita tourette syndrome disebutkan juga memiliki gejala dari ADHD (attention deficit hyperactivity disorder), yang dokter tidak mengetahui pasti apa penyebabnya.

Pengobatan Tourette Syndrome

Dilansir dari laman Cleveland Clinic, sindrom tourette ini sayangnya tidak bisa disembuhkan sepenuhnya. Tics ringan yang terjadi sebenarnya tidak membahayakan penderita, namun jika gejala yang muncul sudah memburuk, biasanya dokter akan memberikan beberapa resep obat seperti berikut ini:

Obat yang sering digunakan adalah:

  1. Haloperidol (Haldol) dan obat sejenis yang bersifat dopamin;
  2. Clonidine (Catapres) atau obat sejenis pengontrol tekanan darah tinggi;
  3. Fluoxetine (Prozac) atau obat antidepresan lain yang membantu meredakan kecemasan;
Konsultasi dengan pihak psikolog atau konselor dapat dilakukan untuk membantu mengatasi masalah sosial yang dialami. Penderita juga dapat melakukan terapi bicara untuk meredakan tics vokal seiring dengan konsumsi obat yang disarankan dokter.

Terapi perilaku atau pelatihan pembalikan kebiasaan membantu mengenali kapan tics biasanya kambuh dan cara menghentikannya.

Baca juga artikel terkait LIFESTYLE atau tulisan lainnya dari Cicik Novita

tirto.id - Kesehatan
Kontributor: Cicik Novita
Penulis: Cicik Novita
Editor: Nur Hidayah Perwitasari