Menuju konten utama

Mengapa Ukraina Tolak Saran Prancis Negosiasi dengan Rusia?

Berikut berita terkini terkait perang Rusia dan Ukraina, 20 Februari 2023. 

Mengapa Ukraina Tolak Saran Prancis Negosiasi dengan Rusia?
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy memegang telepon seluler yang ia gunakan untuk merekam dirinya sendiri saat ia berbicara di Kyiv, Ukraina, Senin (7/3/2022), dalam gambar yang diambil dari video. ANTARA FOTO/Ukrainian President Office/via Reuters TV/Handout via REUTERS/hp/cfo

tirto.id - Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskiy menolak tegas saran Perancis untuk mempertimbangkan negosiasi dengan Rusia. Sebelumnya, Presiden Prancis Emmanuel Macron menyatakan, pembicaraan damai bisa menjadi solusi terakhir dalam penyelesaian konflik kedua negara.

Seperti dikutip Reuters, Zelenskiy dalam wawancara dengan Corriere della Sera menganggap saran Emmanuel Macron merupakan upaya yang sia-sia.

"Itu akan menjadi dialog yang sia-sia. Faktanya Macron hanya membuang-buang waktu. Saya sampai pada kesimpulan bahwa kita tidak dapat mengubah sikap Rusia," tegas Zelenskiy.

Bagi Zelenskiy, keputusan sekarang berada di tangan Rusia dengan dasar sikap saling menghormati antar negara.

"Jika mereka memutuskan untuk mengisolasi diri dalam mimpi membangun kembali kekaisaran Soviet yang lama, kita tidak bisa berbuat apa-apa," lanjutnya.

"Terserah kepada mereka untuk memilih atau tidak bekerja sama dengan komunitas bangsa-bangsa atas dasar saling menghormati," sambung Zelenskiy.

Perancis Tidak Ingin Rusia Diserang: Negosiasi Menjadi Jalan Terakhir

Dalam pertemuan Munich Security Conference yang dihelat di Munich, Jerman, 17-19 Februari 2023, Emmanuel Macron menyampaikan pendapatnya terkait penyelesaian konflik Rusia-Ukraina.

Menurut Macron, sebagaimana dikutip BBC, ia menegaskan,"Saya ingin Rusia dikalahkan di Ukraina, dan saya ingin Ukraina mampu mempertahankan posisinya."

Oleh sebab itu, ia mendesak kepada negara Barat untuk meningkatkan dukungan kepada militer Ukraina dalam menghadapi perang tersebut. Di lain sisi, Emmanuel Macron juga tidak setuju dengan rencana perluasan perang ke wilayah Rusia.

Kepada Le Journal du Dimanche, Macron menyatakan:"Saya tidak berpikir, seperti yang dipikirkan beberapa pihak, bahwa kita harus mengalahkan Rusia secara total, menyerang Rusia di tanahnya sendiri."

"Para pengamat ingin menghancurkan Rusia. Itu tidak pernah menjadi posisi Perancis dan tidak akan pernah menjadi posisi kami," lanjutnya.

Dalam pandangan Macron, sekarang memang bukan saatnya untuk membuka dialog dengan Rusia. Namun demikian, ia menyebutkan pembicaraan damai bisa menjadi tujuan akhir dari penyelesaian konflik kedua negara.

Upaya militer Ukraina yang didukung sekutu, kata Macron, merupakan satu-satunya cara untuk memaksa Rusia kembali ke meja perundingan dan membangun perdamaian yang abadi.

Sementara itu, mengutip laporan Russia News Agency pada Senin, 20 Februari 2023, Emmanuel Macron telah melakukan pembicaraan via telepon Volodymyr Zelensky pada Minggu (19/2).

Kedua negara mendiskusikan komitmen Eropa dan NATO dalam memperkuat bantuan militer untuk Ukraina.

"Presiden Perancis menegaskan kembali komitmen pada rencana 10 poin Zelensky dan berjanji untuk mendukung inisiatif ini," ujar juru bicara Istana Elysee.

Selama perang Rusia-Ukraina, Perancis disebutkan telah mengirim 18 senjata artileri howitzer self-propelled Caesar dan 1 baterai sistem pertahanan udara Crotale.

Mereka sebelumnya juga sudah mengirim radar Ground Master 200 (GM200) ke Ukraina dan menyetujui pembelian 700 roket Aster 30. Tank AMX-10RC milik Perancis juga akan segera tiba di Ukraina pada pekan depan.

Baca juga artikel terkait AKTUAL DAN TREN atau tulisan lainnya dari Beni Jo

tirto.id - Politik
Kontributor: Beni Jo
Penulis: Beni Jo
Editor: Alexander Haryanto