Menuju konten utama

Mengapa Orang Bisa Ketergantungan pada Smartphone?

Menggunakan smartphone di hadapan teman dekat, anggota keluarga atau pasangan, bisa membuat mereka merasa diabaikan.

Mengapa Orang Bisa Ketergantungan pada Smartphone?
Ilustrasi notifikasi. Getty Images/iStockphoto

tirto.id - Hampir 50 persen orang dewasa melaporkan mereka tidak bisa hidup tanpa smartphone, demikian diungkap dalam sebuah penelitian yang dilakukan Pew Research Center.

Smartphone selalu dibawa kemana pun, baik di supermarket, di kantor, atau di tempat tidur. Orang bisa sangat tergoda untuk mengambil smartphone dan mulai mengamati media sosial atau pesan teks kapan saja.

Menggunakan smartphone di hadapan teman dekat, anggota keluarga atau pasangan, bisa membuat mereka merasa diabaikan. Hal ini mengindikasikan potensi gangguan akibat penggunaan smartphone terhadap interaksi sosial di dunia nyata.

Dalam jurnal Perspectives on Psychological Science, profesor psikologi University of Arizona David Sbarra dan rekan-rekannya di Wayne State University di Detroit memeriksa penelitian yang ada pada technoference.

Mereka mengusulkan penjelasan mengapa manusia begitu tertarik pada ponsel cerdas mereka, bahkan ketika perangkat itu membuat seseorang keluar dari interaksi sosial. Jawabannya karena sejarah evolusi manusia.

“Manusia terprogram untuk terhubung dengan orang lain. Dalam perjalanan sejarah evolusi, kita mengandalkan hubungan erat dengan jaringan kecil keluarga dan teman untuk bertahan hidup sebagai individu dan sebagai spesies," kata Sbarra.

"Hubungan ini didasarkan pada kepercayaan dan kerja sama, yang dibangun ketika orang mengungkapkan informasi pribadi tentang diri mereka sendiri dan responsif terhadap orang lain," tambahnya.

Ponsel cerdas membuka akses ke media sosial dan dunia maya menjadi lebih mudah, orang gampang untuk mengungkapkan informasi pribadi dan menanggapi orang lain di jejaring sosial. Hal ini begitu berbeda dengan yang dilakukan nenek moyang.

Smartphone terhubung ke bagian otak yang sangat penting bagi kelangsungan hidup, dan pusat di mana kita berinteraksi dan terhubung dengan orang lain. Peneliti melihat perilaku ini telah terjadi pada interaksi melalui telepon.

"Lihatlah bagaimana orang di Facebook tanpa berpikir panjang menekan tombol 'suka' ketika seseorang mencoba untuk menceritakan sebuah kisah kepadanya," kata Sbarra.

Sbarra dan rekan penulisnya mengungkap, ada kesesuaian evolusi antara smartphone dan perilaku sosial dalam membantu membentuk dan mempertahankan hubungan sosial yang erat.

"Smartphone menciptakan konteks baru untuk mengungkapkan informasi tentang siapa kita dan bagaimana sikap responsif kita terhadap orang lain. Koneksi virtual ini mungkin memiliki efek hilir yang tidak diinginkan pada hubungan. Ketika Anda dialihkan ke atau oleh perangkat, maka perhatian Anda terbagi," kata Sbarra.

Perhatian yang terbagi, kata Sbarra dan rekan-rekannya, dapat menyebabkan konflik hubungan. Misalnya, dar 143 wanita yang menikah, lebih dari 70 persen di antaranya melaporkan smartphone sering mengganggu hubungan mereka.

Tetapi Sbarra juga mengakui tidak selamanya smartphone itu buruk. Faktanya, ia dan rekan penulisnya mengakui perangkat itu menawarkan beberapa manfaat bagi kesehatan dan kesejahteraan, termasuk menghubungkan orang-orang dari jarak jauh.

Sbarra mengatakan diperlukan lebih banyak penelitian untuk memahami dampak koneksi virtual terhadap hubungan dunia nyata. Menurutnya, teknologi ada di mana-mana, tidak akan dan tidak boleh hilang.

"Dalam makalah ini, kami tertarik untuk menjawab dua pertanyaan dasar: mengapa perangkat smartphone tampaknya memiliki daya tarik yang kuat pada kita dan bagaimana sains memandang efek dari interaksi langsung dan dunia virtual," jelas Sbarra seperti dikutip UANews.

Baca juga artikel terkait INTERAKSI SOSIAL atau tulisan lainnya dari Febriansyah

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Febriansyah
Editor: Dipna Videlia Putsanra