Menuju konten utama

Mengapa Klub Peserta Piala Presiden dan Piala Indonesia Beda Nasib?

Piala Presiden nyaris tanpa masalah keuangan. Tapi tidak demikian dengan Piala Indonesia. Semua karena masalah dukungan dan perbedaan sponsor.

Mengapa Klub Peserta Piala Presiden dan Piala Indonesia Beda Nasib?
Presiden Joko Widodo (kanan) menyerahkan piala kepada pemain Persija Jakarta Bambang Pamungkas (kiri) dan Ismed Sofyan (tengah) usai laga final Piala Presiden melawan Bali United di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Sabtu (17/2). Persija berhasil menjadi juara setelah menang dengan skor 3-0. ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/pd/18

tirto.id - Jelang dimulainya turnamen pramusim Piala Presiden 2019, 2 Maret mendatang, klub-klub masih punya hak yang belum dipenuhi federasi. Salah satunya adalah soal pembayaran match fee Piala Indonesia.

"Sudah masuk 16 besar pembayaran match fee belum juga dibayarkan," aku Sekretaris Umum Persipura, Rocky.

Persipura tidak sendiri. Klub-klub lain juga mengalami situasi serupa. Persinga Ngawi misalnya. Kendati sudah tidak lagi bermain di Piala Indonesia, Persinga belum juga mendapat match fee hingga keikutsertaan mereka di babak 32 besar.

Setali tiga uang dengan Persipura dan Persinga, PSM Makassar juga belum menerima sepeser pun match fee.

"Kemarin Pak Appi [Munafri Arifuddin, CEO PSM] juga bicara soal itu. Informasinya akan ada pembayaran di bulan Maret. Tapi entah apakah itu pembayaran match fee Piala Indonesia atau subsidi liga," kata Sulaiman selaku media officer PSM Makassar kepada reporter Tirto.

"Kalau match fee Piala Indonesia belum ada sama sekali. Sebagai catatan, PSM sudah main lima kali," imbuhnya.

Berdasarkan kesepakatan awal, match fee untuk babak 128 besar dan 64 besar adalah Rp100 juta dan Rp125 juta, yang dibagi 60 persen untuk tim kandang dan 40 persen tim tandang. Dengan asumsi single match untuk babak 128 dan 64 besar, total dana yang belum dikeluarkan untuk 128 besar adalah Rp6,4 miliar, sementara untuk babak 64 besar adalah Rp4 miliar.

Sementara untuk babak 32 besar yang memakai format kandang-tandang, setiap klub mendapat match fee Rp150 juta. Artinya, ada sekitar Rp4,8 miliar uang yang perlu disetorkan PSSI ke klub-klub peserta.

Sedangkan untuk babak 16 besar yang match fee-nya menyentuh Rp200 juta, ada sekitar Rp3,2 miliar yang belum disetor.

Jika ditotal, dari 128 besar hingga 16 besar, ada match fee sekitar Rp18,4 miliar yang belum dibayarkan PSSI ke klub-klub.

Angka ini wajib untuk segera dilunasi. Jika tidak, jumlahnya akan terus bertambah karena klub-klub yang nantinya lolos ke babak delapan besar masing-masing akan diberi match fee Rp250 juta (total Rp2 miliar).

Belum lagi semifinal hingga final, saat empat klub mesti diberi Rp3 miliar (juara), Rp2 miliar (runner-up), Rp1 miliar (juara 3), dan Rp500 juta (juara 4).

Jika sampai turnamen Piala Indonesia berakhir PSSI tak kunjung membayar match fee, total tagihan mereka yang saat ini Rp18,4 miliar akan terus bertambah dan bisa membumbung tinggi sampai Rp27,1 miliar.

Faktor Dukungan

Jadi, apa yang membuat PSSI tetap optimistis bakal lancar menggelar Piala Presiden 2019 meski tagihan mereka di Piala Indonesia belum lunas? Jawaban mudahnya: sponsor.

Piala Presiden punya sponsor-sponsor yang berbeda dari Piala Indonesia. Perbedaan sponsor ini membuat Piala Presiden nyaris tidak pernah sampai menunggak kompensasi, hak siar, apalagi match fee.

Dengan demikian, kesulitan finansial yang terjadi dalam pembayaran match fee Piala Indonesia hampir pasti tidak akan terulang dalam Piala Presiden.

Dalam konferensi pers di Hotel Sultan, Selasa (19/2/2019) kemarin, Ketua OC Piala Presiden 2019 yang juga Plt Ketua Umum PSSI, Iwan Budianto, menyebut besaran Rp200 juta untuk match fee setiap pertandingan di Piala Presiden.

Ini belum termasuk tambahan uang transportasi bagi tim tamu senilai Rp100 juta. Tim yang mau jadi tuan rumah fase grup masing-masing diimbali subsidi Rp800 juta.

Setiap kesebelasan yang menang akan diberi imbalan Rp 125 juta; tim yang bermain imbang diberi Rp100 juta; dan kesebelasan yang kalah tetap diberi duit Rp75 juta setiap pertandingan.

Belum cukup sampai di situ, juara Piala Presiden 2019 akan diberi hadiah Rp3,3 miliar; runner up dapat Rp2,2 miliar; dan semifinalis yang kalah mendapat Rp750 juta.

Irzan, sosok yang pernah jadi Bendahara OC pada Piala Presiden edisi 2018 lalu, menyebut bahwa match fee selalu dibayarkan sehari setelah pertandingan selesai.

"Kebetulan sponsor sudah bekerja sama dengan kami dalam tiga edisi terakhir. Jadi, sudah tahu treatment-nya. Kecuali kalau pertandingannya Jumat, baru bisa kami selesaikan Senin pekan berikutnya," imbuhnya.

Fakta ini menarik sebab sepintas tidak ada perbedaan mencolok dari dua turnamen ini. Keduanya sama-sama kompetisi yang dioperatori langsung oleh PSSI.

Direktur Media dan Promosi PSSI, Gatot Widakdo tidak menampik saat disebut PSSI lebih dimudahkan saat melaksanakan Piala Presiden ketimbang Piala Indonesia.

"Ya iya, Piala Indonesia ini kan PSSI cari sponsor sana-sini sendiri," tandasnya.

Baca juga artikel terkait PIALA PRESIDEN 2019 atau tulisan lainnya dari Herdanang Ahmad Fauzan

tirto.id - Olahraga
Penulis: Herdanang Ahmad Fauzan
Editor: Rio Apinino