Menuju konten utama

Mengapa Kita Perlu Asuransi?

Meski sebagian orang sadar akan perlunya perlindungan, ada beragam alasan yang membuat mereka belum mau membeli asuransi.

Mengapa Kita Perlu Asuransi?
Ilustrasi Perlindungan Asuransi. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Ahmad Kusdinar, warga Dayeuhkolot, Bandung, punya semacam kecemasan tahunan tiap kali musim hujan datang. Pasalnya, seperti yang diketahui bersama, pada musim itu volume air Citarum meluap, menyebabkan banjir di beberapa titik di kabupaten Bandung hingga Karawang.

Pada 2015, salah satu momen banjir yang paling diingat bapak satu anak ini, air Citarum meluap ke jalanan dengan volume melebihi pinggang orang dewasa. “Kafe yang saya buka di depan rumah terendam. Begitu juga dengan mobil dan sejumlah perabotan. Barang-barang yang mudah diangkut kami ungsikan ke lantai 2.”

Saat Banjir Citarum kembali terjadi pada 2017, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Jawa Barat Sigit Udjwalaprana menyebut angka kasar dari kerugian yang ditimbulkannya mencapai 45 miliar rupiah. “Di Karawang diperkirakan menembus Rp20 miliar, sedangkan di Kabupaten Bandung mencapai lebih dari Rp25 miliar. Kenyataannya berapa, itu yang sedang kita hitung,” katanya.

Bagi Kusdinar sendiri, kerugian yang ia alami tahun 2015, dalam taksirannya menembus angka 50 juta rupiah. “Kalau pakai asuransi mungkin agak mendingan, ya,” sesalnya. Kusdinar mengakui, sikap abainya terhadap asuransi timbul karena minimnya informasi soal produk perlindungan tersebut. “Kalaupun ada yang ngomongin soal asuransi, pasti nadanya miring, karena itulah pas ada rezeki saya pilih buka kafe,” pungkasnya.

Dalam “Selami Asuransi Demi Proteksi Diri: Segenap Informasi tentang Asuransi” (Penerbit Buku Kompas: 2015), Joice Tauris Santi & Nurul Qomariyah menyebut asuransi diperlukan oleh setiap pekerja yang masih produktif dan memiliki tanggungan—tak terkecuali lajang dan ibu rumah tangga—tetapi belum memiliki aset atau pendapatan pasif yang dapat menggantikan pendapatan aktif.

“Risiko selalu mengintai, datang tidak disangka-sangka bagai pencuri. Seumpama pencari nafkah meninggal atau cacat tetap sehingga tidak ada lagi yang menafkahi keluarga, dana yang didapat dari uang pertanggungan asuransi dapat digunakan sebagai pengganti pendapatan yang hilang.”

Persoalannya, sebagaimana yang dirasakan Kusdinar, Joice & Nurul menyebut meski sebagian orang sadar akan perlunya rasa aman dan perlindungan, juga pernah mendengar dan membicarakan asuransi, mereka belum tentu mau membeli proteksi tersebut. “Alasannya beragam: tidak percaya kepada perusahaan asuransi, tidak paham produk asuransi, takut sulit ketika mengajukan klaim, dan lainnya.”

Sekarang, terlebih bagi kalangan milenial, semua persoalan di atas bisa diselesaikan dengan Asuransi Umum Adira. “Adira Insurance ini merupakan salah satu asuransi umum terbesar di Indonesia, jadi produk dan pelayanannya tidak diragukan lagi,” kata Ellena, pekerja swasta.

Infografik Advertorial Asuransi Adira 2

Infografik Advertorial Adira Insurance Melawan Stereotip. tirto.id/Mojo

Pelayanan Prima, Klaim Mudah & Cepat

Ellena membeli polis asuransi kendaraan mobil di Autocillin, salah satu produk Adira Insurance. Saat ditanya alasan mengapa memilih Autocillin ketimbang asuransi lain, perempuan yang bekerja di Jakarta ini menyebut brand Adira sendiri sudah lebih dari cukup untuk meyakinkannya. Dengan kata lain, alasan bahwa orang tidak percaya kepada perusahaan asuransi terbantahkan oleh pengalaman Ellena.

“Adira ini kan perusahaan besar, punya asuransi (Adira Insurance) dan layanan keuangan non-bank (Adira Finance). Melihat brand-nya saja saya tidak khawatir,” katanya.

Ellena sudah tiga tahun memegang polis Autocillin. Sepanjang pengalamannya, tak ada kendala apa pun tiap kali mengajukan klaim. “Servisnya bagus, proses klaim cepat dan pelanggan juga dilayani dengan baik,” katanya.

Senada dengan Ellena, Fachrizal, pekerja swasta, juga menyatakan hal yang sama. Pria yang tinggal di Bekasi ini menjadi pelanggan asuransi syariah Adira sejak tahun 2013. “Awalnya waktu kredit mobil, saya dipilihkan polis yang paling sesuai dengan kondisi saat itu. Tapi sekarang, meski kredit sudah selesai, saya masih menggunakan Adira Insurance,” katanya.

Fachrizal juga tidak ragu untuk merekomendasikan asuransi umum ini kepada kolega-koleganya. Alasannya, pelayanannya enak, klaim mudah, bahkan bisa lewat aplikasi. “Daftar premis dan polis juga prosesnya cepat,” sambungnya.

Ellena dan Facrizal bicara soal perlindungan dasar yang diberikan Adira Insurance. Meski demikian, untuk mengantisipasi hal-hal yang dialami Kusdinar—terkena banjir atau tertimpa bencana alam lain seperti angin topan, badai, hujan es, longsor, gempa bumi, tsunami, letusan gunung—pelanggan juga bisa mendapatkan perlindungan dengan skema menambahkan jaminan perluasan. Tidak hanya itu, untuk memitigasi risiko dari huru-hara dan kerusuhan pelanggan bisa menambahkan jaminan perluasan.

Selain Autocillin (asuransi mobil), Adira Insurance juga menyediakan asuransi motor (Motopro), asuransi perjalanan (Travellin), asuransi kesehatan (Medicillin), asuransi harta benda, asuransi alat berat, asuransi properti, asuransi pengangkutan, dan lain sebagainya. Pendeknya, semua elemen yang perlu dilindungi, Adira Insurance menyediakan asuransinya sendiri-sendiri.

Di Indonesia, akar perusahaan asuransi sudah ada sejak zaman Hindia Belanda. Untuk memproteksi kerugian barang yang dibawa kapal-kapal Belanda, pada 1953 berdiri Bataviasche Zee End Brand Asrantie Maatschappij. Berselang 6 tahun kemudian, tepatnya pada 31 Desember 1859, Nederlandsch Indiesche Levensverzekering en Liffrente Maatschappij van 1859 berdiri dan tercatat sebagai perusahaan asuransi jiwa pertama di negeri ini.

Sekarang, seluruh jenis asuransi yang beragam itu—yang berkembang seiring perubahan zaman—bisa Anda temukan di bawah satu bendera: Adira Insurance.

“Pada dasarnya kami ingin memberikan perlindungan yang lengkap dan menyeluruh kepada seluruh pelanggan,” kata Julian Noor, Chief Executive Officer Adira Insurance.

Kalangan milenial kerap mewarisi perdebatan panjang dan membingungkan saat dihadapkan pada pilihan untuk menentukan prioritas antara investasi atau membeli asuransi. Pertanyaannya, bagaimana bisa tenang berinvestasi jika tiba-tiba berada dalam kondisi darurat dan tak terduga kita justru tak punya perlindungan diri?

Untuk menjawab pertanyaan itu, jurnalis senior The Hindu Meera Srinivasan sudah mengingatkan: "Dengan biaya yang sama buat sesekali beli pizza atau makan malam, orang dapat menutupi biaya premium—untuk perlindungan yang langgeng—dengan asuransi."

(JEDA)

Penulis: Tim Media Servis