Menuju konten utama

Mengapa Jokowi Harus Menjadi Orang Pertama yang Divaksin COVID-19

Jokowi semestinya jadi contoh dengan divaksin terlebih dulu. Dengan demikian masyarakat dapat diyakinkan bahwa program ini aman.

Mengapa Jokowi Harus Menjadi Orang Pertama yang Divaksin COVID-19
Presiden Joko Widodo mengungkapkan kerja Kejaksaan Agung menjadi wajah pemerintah di bidang hukum.ANTARA/HO-Biro Pers Setpres/am.

tirto.id - Pernyataan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan bahwa Presiden Joko Widodo akan vaksinasi COVID-19 berbarengan dengan masyarakat dipertanyakan sejumlah kalangan. Jokowi diminta jadi orang pertama yang mengikuti program ini.

Pernyataan Luhut terlontar dalam webinar yang diadakan oleh sebuah perusahaan layanan jual beli online, Sabtu (12/12/2020) lalu.

“Ada yang bilang ini [vaksinasi] nanti bisa sakit, presidennya dulu disuntik. Presiden kemarin bilang, 'saya nanti disuntik ramai-ramai saja dengan rakyat',” kata Luhut. “Kalau presiden mau disuntik duluan, hari ini juga bisa. Tapi presiden enggak mau duluan atau melanggar aturan.”

Pengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada (UGM) Achmad Munjid mengatakan Jokowi semestinya vaksin terlebih dulu sebelum rakyat untuk menunjukkan jiwa kepemimpinan. “Apalagi vaksin yang kita punya masih banyak pertanyaan: apa nanti efektif atau tidak, ada masalah atau tidak,” kata Munjid saat dihubungi reporter Tirto, Selasa (15/12/2020).

Dengan jadi orang pertama, maka sama saja Jokowi menjawab pertanyaan dan keraguan tersebut. “Yang namanya seorang pemimpin itu, kalau menghadapi segala sesuatu, mestinya dia paling depan, supaya yang di belakang itu yakin. Kalau yakin dan mendukung, ya, berhasil programnya,” kata Munjid.

Berdasarkan survei Koalisi Warga LaporCovid19.org bersama Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, sebagian besar responden masih ragu bahkan tak mau menerima vaksin dalam waktu dekat. Sebanyak 32 persen responden menyatakan enggan menerima vaksin buatan Sinovac dan Biofarma jika terinfeksi COVID-19, sementara 27 persen masih ragu. Responden yang setuju hanya 31 persen.

Sementara survei dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan UNICEF menyebut 7,6 persen masyarakat Indonesia tidak mau divaksinasi. Sebanyak 64,81 persen menjawab setuju, lalu 27,6 persen belum tahu.

Dorongan agar Jokowi jadi orang pertama yang divaksin juga datang dari dosen sosiologi bencana dari Nanyang Technological University asal Indonesia Sulfikar Amir. Jokowi semestinya mengambil sikap seperti pemimpin negara lain yang menyatakan bakal menjadi orang pertama yang divaksin, katanya, seperti Perdana menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson.

Di belahan dunia lain, tiga mantan Presiden Amerika Serikat Barack Obama, George W Bush, dan Bill Clinton bahkan berjanji bakal divaksinasi dengan disiarkan di televisi. Tujuannya tidak lain untuk mempromosikan keamanan vaksin.

Menurutnya, jika Jokowi tak melakukan itu, maka program bisa tak maksimal karena masyarakat menjadi ragu untuk divaksin. “Dalam perang, pemimpin paling depan menghunus senjata, bukan di belakang dorong-dorong orang,” kata Sulfikar kepada reporter Tirto, Selasa.

Dia juga bilang pernyataan Luhut malah menunjukkan bahwa pemerintah kurang percaya terhadap vaksin yang mereka promosikan.

Sejauh ini vaksin yang sudah pasti bakal dipakai di Indonesia adalah Sinovac, yang dibuat oleh perusahaan biofarmasi asal Cina. Tak kurang dari 1,2 dosis tiba di Indonesia pada Minggu 6 November lalu.

Vaksin belum dapat digunakan langsung. Ketua Komite Percepatan Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional Airlangga Hartarto bilang vaksin “masih harus melewati tahapan evaluasi dari Badan POM untuk memastikan aspek mutu keamanan dan efektivitasnya” juga “menunggu fatwa MUI untuk aspek kehalalannya.” Dua organisasi tersebut sejauh ini masih mempersiapkan itu.

Program vaksinasi nasional ini akan dibagi dua kategori. Pertama gratis, kedua bayar alias mandiri. Jumlah vaksinasi mandiri mendominasi, persentasenya 70 persen dari target vaksinasi sebanyak 107 juta penduduk.

Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Daeng Faqih juga menyatakan penting bagi Jokowi untuk memberikan contoh karena masyarakat kita itu paternalistik yang sulit mengikuti anjuran verbal. “Masyarakat paternalistik itu biasanya harus diberikan contoh oleh orang-orang yang dianggap pemimpinnya,” kata Deang dalam keterangan pers melalui daring di Jakarta, Senin (14/12/2020).

Jika Jokowi telah menyatakan bakal menjadi orang pertama yang disuntik vaksin, Daeng bilang “IDI juga bersedia menjadi salah satu yang siap pertama dilakukan penyuntikan.”

Baca juga artikel terkait VAKSIN COVID-19 atau tulisan lainnya dari Irwan Syambudi

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Irwan Syambudi
Penulis: Irwan Syambudi
Editor: Rio Apinino