Menuju konten utama
Periksa Data

Mengapa Elektabilitas Prabowo Tertinggi di Kalangan Gen Z?

Survei elektabilitas Litbang Kompas dan Indikator Politik Indonesia menunjukkan kebanyakan responden Gen Z memilih Prabowo dibanding Anies dan Ganjar.

Mengapa Elektabilitas Prabowo Tertinggi di Kalangan Gen Z?
Header Periksa Data Prabowo Populer. tirto.id/fuad

tirto.id - Menteri Pertahanan Prabowo Subianto menjadi salah satu nama yang kian menonjol dan erat dikaitkan dengan titel calon presiden 2024. Meski belum ada deklarasi resmi pencalonan Prabowo bersama dengan koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KIR), nama Prabowo kerap muncul di survei elektabilitas pada bursa Pilpres 2024, bersaing dengan dua nama bakal capres lainnya, mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.

Berdasar survei yang dilakukan Litbang Kompas pada Mei 2023, berdasarkan rata-rata dari berbagai kelompok usia pemilih, Prabowo memimpin dengan total dipilih 24,5 persen responden, diikuti Ganjar dengan 22,8 persen, dan Anies 13,6 persen.

Namun, temuan yang tidak kalah menarik adalah kian populernya nama Prabowo di kalangan Generasi Z (Gen Z). Adapun mereka yang masuk kategori Gen Z dalam survei ini adalah mereka yang berusia antara 17-26 tahun.

Tercatat proporsi Gen Z yang memilih Prabowo mencapai 32,7 persen, terbesar jika dibandingkan dengan kelompok umur lainnya. Artinya, menurut temuan survei ini, saat ini pendukung Prabowo kebanyakan dari kalangan Gen Z.

Jika dibandingkan dengan proporsi suara Gen Z untuk bakal capres lain seperti Anies dan Ganjar, Prabowo bisa dibilang unggul cukup jauh. Proporsi Gen Z yang memilih Ganjar sebesar 24,5 persen, sementara Anies 10 persen. Mereka yang memilih belum tahu juga hanya sekitar 15,2 persen, paling kecil di antara kelompok umur lainnya.

"Dukungan dari Gen Z tersebut menguntungkan bagi Prabowo yang cenderung belum cukup menarik simpati dari generasi lainnya, khususnya baby boomers," begitu cuplikan analisis artikel yang ditulis Arita Nugraheni yang dipublikasikan di Harian Kompas pada 24 Mei 2023.

Pada kelompok usia lain, memang proporsi pemilih Prabowo tidak sebanyak proporsi pemilih kelompok Gen Z. Pada kelompok Generasi Milenial (Gen Y, 27-41 tahun) misalnya, Prabowo masih unggul dengan proporsi pemilih 23,9 persen, tetapi Ganjar di bawahnya hanya berselisih sangat sedikit dengan proporsi pemilih 23,1 persen. Sementara Anies dipilih 5,1 persen responden Milenial. Sementara mereka yang memilih "tidak tahu" angkanya masih lebih besar, 24,9 persen.

Sementara di kelompok usia 42-55 tahun (Gen X), Ganjar unggul dengan proporsi pemilih 22,5 persen, diikuti Prabowo, 20,5 persen, dan Anies 15,6 persen. Persentase mereka yang menjawab "tidak tahu" pada Gen Z sebesar 25,6 persen.

Untuk generasi Baby Boomers (56-76 tahun), kembali Ganjar lebih unggul dengan proporsi 18,4 persen, diikuti Prabowo (16,3 persen), dan Anies (12,8 persen). Namun, di kelompok usia ini potensi suara mengambang yang bisa digarap juga masih besar, mencapai 44 persen.

"Dapat ditarik kesimpulan awal bahwa ketiga nama sosok tersebut belum cukup menarik bagi generasi yang semakin matang. Masih ada setidaknya separuh lebih suara yang tersebar ke tokoh lainnya maupun berada pada ceruk kebimbangan," tulis Arita lagi seperti dilansir dari artikel di Harian Kompas.

Survei Litbang Kompas diselenggarakan antara 29 April - 10 Mei 2023, lewat wawancara tatap muka dengan 1.200 responden yang tersebar di 38 provinsi di Indonesia.

Survei Indikator

Senada dengan temuan Litbang Kompas, survei yang dilakukan Indikator Politik Indonesia, juga menunjukkan populernya Prabowo di kalangan pemilih muda.

Survei dilakukan terhadap 1.230 orang responden dengan metode random digit dialing (telepon acak) pada kurun waktu 26-30 Mei 2023. Survei Indikator ini juga membagi responden berdasarkan kelompok umur.

Pada kelompok umur di bawah 22 tahun, Prabowo unggul dalam simulasi tiga nama bakal calon presiden. Jabarannya, Prabowo mengumpulkan persentase pemilih 43,6 persen, diikuti Ganjar dengan 33,4 persen, dan Anies 16,1 persen. Hanya ada 6,9 persen responden yang menjawab "tidak tahu".

Di kelompok umur berikutnya, 22-25 tahun, Ganjar unggul dengan dipilih 41,4 persen responden, sementara Prabowo 33 persen dan Anies 22 persen, dengan 3,3 persen responden yang menjawab belum tahu.

Sedikit berbeda dengan survei Litbang Kompas, di survei Indikator Politik, Prabowo unggul juga di kelompok usia 26-40 tahun (Milenial), dan 41-55 tahun (Gen X). Pada kelompok Milenial, Prabowo (37,6 persen) bersaing dengan Ganjar (31,9 persen), sementara Anies (22,2 persen) masih tertinggal. Sementara pada kelompok usia Gen X, Prabowo unggul jauh dengan proporsi responden yang memilihnya sebanyak 45,5 persen, diikuti Ganjar 29,5 persen, dan Anies 17,5 persen.

Namun, analisis Litbang Kompas yang menyebut kepopuleran Prabowo kalah di generasi Baby Boomers, juga ditemukan di survei ini. Di kelompok usia responden di atas 55 tahun, Ganjar kian populer dengan persentase pemilih 44,3 persen, sementara Prabowo 24,7 persen dan Anies 13,3 persen.

"Pemilih Generasi Z banyak yang lari ke Pak Prabowo. Saya kira ini sama dengan Kompas. Apakah karena mereka lahir pasca Orde Baru, yang membuat mereka cenderung ke Pak Prabowo atau apa? Tapi poinnya pemilih usia 17-21 tahun lebih banyak lari ke Pak Prabowo," ujar Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi saat mempresentasikan survei bertajuk "Saling Salip Elektabilitas Capres Cawapres Jelang Pemilu 2024".

Mengapa Prabowo Populer di Kalangan Anak Muda?

Menjawab pertanyaan dari Burhanuddin, juga mungkin kebanyakan orang, terkait populernya Prabowo di kelompok anak muda, analis komunikasi politik dari Universitas Padjadjaran (Unpad) Kunto Adi Wibowo mengatakan, hal ini terkait dengan kejadian masa orde baru yang tidak relevan dengan konteks anak muda, alias Gen Z.

"Ini wajar karena mereka lahir setelah reformasi. Mereka tidak tahu atau tidak pernah mengalami secara langsung, sehingga tidak merasa isu itu relevan," terangnya ketika dihubungi Tirto pada Rabu (7/6/2023).

Nama Prabowo memang kerap dikaitkan dengan penculikan aktivis tahun 1998 dan keberadaan Tim Mawar. Isu ini pun selalu menjadi batu sandungan bagi Prabowo dalam tiap pemilu.

Pihak Prabowo pun tidak bosan-bosan membantah klaim-klaim ini dan kukuh mengatakan kalau mantan Danjen Kopassus itu tidak pernah terbukti bersalah.

Namun, menurut Kunto, untuk Pemilu 2024 mendatang, kalaupun isu ini kembali diangkat, ada kemungkinan bahwa hal ini tidak akan banyak berdampak terhadap popularitas Prabowo di kalangan pemilih muda.

"Menurut saya akan berbeda dengan 10 tahun lalu ketika anak-anak mudanya –mungkin– masih menganggap reformasi relevan. Anak muda sekarang tidak begitu. Ini tidak relevan dengan apa yang mereka pikirkan tentang Pak Prabowo," tambah Kunto lagi.

Lebih lanjut, Kunto juga menyoroti perubahan persona Prabowo yang ditandai dengan aktivitasnya di media sosial.

Misalnya, di salah satu unggahannya di akun Twitter dan Instagram-nya, Prabowo nampak mengenakan hoodie putih dengan latar belakang langit, seperti di puncak gunung. Foto ini menjadi populer dan memantik diskusi di kedua platform tersebut, terutama di kalangan anak muda.

"Pak Prabowo mau mengubah cara penampilannya. Tidak lagi pakai baju safari atau jas. Dia pakai hoodie putih Gerindra dan itu terlihat lebih fresh dan muda," kata Kunto lagi. "Mahasiswa saya bilangnya anak muda banget dan lebih menggemaskan bagi anak muda. Ketika bapak-bapak kemudian pakai hoodie, berpenampilan lebih muda dan santai, anak muda jadi melekatkan sifat muda itu ke Pak Prabowo."

Tidak hanya soal penampilan, persona Prabowo yang muda dan segar juga dapat dilihat dari media sosialnya dan media sosial Gerindra, partai asuhannya, yang lebih cair dengan audiens mereka.

Konten giveaway, berbalas komentar, hingga sapaan 'tweeps' di kanal Twitter, menjadi hal yang umum ditemukan di akun media sosial Gerindra. Bahkan, kucing peliharaan Prabowo, Bobby The K4T juga punya akun media sosial sendiri yang kerap mendapat panggilan "Tuan Muda" oleh akun Gerindra.

Menurut Kunto, strategi bermedia sosial ini juga yang memudahkan anak muda untuk mulai mengenal Prabowo dan Partai Gerindra. Hasil yang dirasakan juga bersifat timbal balik.

"Karena wajah dari Partai Gerindra adalah Pak Prabowo. Jadi kalau Gerindra-nya luwes dan muda, dalam hal ini karakteristik dan personalitinya, maka anak muda di media sosial dapat mengasosiasikan langsung ke Pak Prabowo yang dekat dengan mereka," katanya.

Menurut Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gajah Mada (UGM) Kuskridho Ambardi, ketenaran yang didapat Prabowo di kelompok muda adalah hasil dari strateginya dan Gerindra untuk mendekatkan diri ke mereka.

Dodi, sapaan Kuskridho, menjelaskan kalau dia melihat Gerindra telah banyak melakukan kegiatan maupun interaksi di media sosial sejak Pemilu 2014 yang dilanjutkan di Pemilu 2019.

“Strategi media sosial Prabowo cukup sukses. Bahwa media sosial akan menggantikan media konvensional, itu sejak awal Tim Prabowo sudah menyadari itu, sehingga mereka lebih cepat mulai dan berkembang strateginya,” terangnya pada Tirto, Rabu (7/6/2023).

Dia juga menyebut kalau, sepengetahuannya, Gerindra dan Prabowo punya tim digital khusus yang memang berisikan anak-anak muda.

”Jadi mereka menjalankan (di) kanal yang pas dan timnya juga diisi anak muda, sehingga mereka mudah untuk mengkoneksikan dengan bahasa mereka,” tambah Dodi lagi.

Sementara Kunto, Analis Politik Unpad, berpendapat persona berbeda yang dibawa Prabowo jadi kunci. Selain itu kampanye-kampanye di media sosial yang dilakukan Prabowo maupun Gerindra juga terkesan memang menyasar kelompok anak muda ini.

“Kalau bandingkan Pak Ganjar cenderung begitu-begitu saja dan lebih menyasar ke audiens luas, ‘wong cilik’, yang memang jadi konstituen PDIP. Sementara Pak Anies walaupun menyasar anak muda tapi lebih ke yang urban, dan berpendidikan tinggi, jadi kelas sosial yang di atas. Pak Anies juga tidak berusaha mengubah penampilannya agar lebih dekat dengan anak muda,” ujar Kunto menjabarkan.

Dia menambahkan dalam mendekati anak-anak muda, membawa isu saja tidak cukup, butuh pendekatan visual, persuasif, dan nonpersuasif. “Jadi lebih fun, juga fresh.”

Anak Muda, Prabowo, dan Media Sosial

Menurut temuan Centre for Strategic and International Studies (CSIS) dari hasil survei yang mereka lakukan pada tahun 2022, didapatkan kalau 59 persen anak muda mengaku menjadikan media sosial sebagai sumber informasi utama.

Jumlah itu cukup melesat dibandingkan tahun 2018, kala itu hanya 39,5 persen anak muda yang mengakses informasi dari media sosial, dan televisi mengambil porsi besar (41,3 persen) sebagai sumber informasi bagi anak muda.

"Media sosial pada level tertentu diprediksi akan mempengaruhi perubahan perilaku anak muda dalam memilih capres dan partai politik," ucap Arya saat diwawancarai Tirto pada Maret 2023 lalu.

Melihat dari jumlah pengikutnya di media sosial –setidaknya untuk mengukur kepopuleran, ketiga capres cenderung setara di platform Twitter dan Instagram. Anies unggul dibanding kedua pesaingnya.

Di Instagram, Anies punya 5,9 juta followers, diikuti Ganjar dengan 5,6 juta followers, dan Prabowo 5,3 juta followers. Di Twitter Anies punya 4,9 juta followers, disusul Prabowo dengan 4,6 juta followers, dan Ganjar 3,3 juta followers.

Sementara di media sosial Facebook, Prabowo unggul jauh dibanding kedua pesaingnya dengan 10 juta pengikut, sementara Anies 1,9 juta pengikut. Untuk akun resmi Ganjar tidak ditemukan di platform produkan Meta tersebut. Namun, perlu diingat Facebook juga punya banyak sekali halaman grup yang berisikan basis-basis kecil dari tiap bakal capres.

Terkait dengan jumlah massa di media sosial, Lingkaran Survei Indonesia (LSI Denny JA) sempat melakukan survei yang dilakukan dengan melakukan wawancara tatap muka terhadap 1.200 responden antara 3-14 Mei 2023. Mereka melihat kepemilikan akun media sosial dari masing-masing responden dan dikaitkan dengan bakal capres dukungannya.

Hasilnya, responden yang memilih akun Facebook paling besar jumlahnya adalah pemilih Prabowo (32,2 persen), diikuti Ganjar (30,5 persen), dan Anies (27,8 persen).

Sementara untuk responden yang punya akun Instagram, paling banyak adalah pendukung Ganjar (34,7 persen), disusul Prabowo (30,5 persen), dan Anies (28,7 persen).

Lalu di Twitter, paling banyak responden pendukung Anies (39,1 persen), kemudian Ganjar (32 persen), dan Prabowo (27,2 persen).

LSI Denny JA juga melakukan monitor di platform TikTok, dengan persentase responden pemilih Ganjar paling banyak (33,1 persen), diikuti Prabowo (29,8 persen), dan Anies (25,9 persen).

Selain media sosial, pemetaan responden juga dibagi berdasarkan kepemilikan akun email. Paling banyak pemilih Prabowo (31 persen), dilanjutkan oleh pemilih Anies (30,7 persen), dan Ganjar (29 persen) yang memiliki akun e-mail.

“Jadi dari media sosial yang ada bisa kita ambil kesimpulan Pak Prabowo menang di Facebook dan e-mail, Pak Ganjar menang di Instagram dan TikTok, dan Anies menang di Twitter," ujar peneliti LSI Denny JA Ardian Sopa dalam Konferensi Pers bertajuk "4 Pertarungan Pilpres 2024", Senin (29/5/2023).

Meski tidak unggul di semua media sosial, terlihat kalau Prabowo punya massa yang cukup besar di tiap-tiap kanal media sosial.

Lebih lanjut Tirto coba menelusuri kata kunci yang paling banyak dikaitkan dengan Prabowo di Twitter. Memanfaatkan perangkat Meltwater, didapatkan kata kunci paling banyak dikaitkan dengan Prabowo selama kurang lebih setengah tahun ini (antara 1 Januari-8 Juni 2023).

Berdasarkan analisis data, kata kunci yang banyak melekat dengan nama Prabowo mayoritas soal pemilu ataupun hasil survei politik. Hampir tidak ada kata kunci yang terkait dengan isu pribadinya, kecuali kata 'track record'. Menariknya terdapat dua kata kunci juga yang mengindikasikan kedekatan Prabowo dengan kaum muda yakni kata "Indo Youth" dan "Melek TikTok".

Mengapa Suara Anak Muda Penting di Pemilu 2024?

Dodi Ambardi dari UGM menilai, strategi menjaring suara dari generasi muda akan memberi keuntungan tersendiri bagi bakal capres. Sebab dalam dua gelaran pemilu terakhir, terlihat kalau ada kecenderungan meningkat dalam partisipasi anak muda dalam memilih.

Jadi dengan membuat anak muda setidaknya kenal dengan bakal capres atau partai tertentu, diharapkan mereka nantinya akan memilih dari nama-nama yang akrab mereka temukan sehari-hari.

"Saya kira, paling tidak secara proporsional yang bisa dikonversi untuk menjadi suara, (nantinya juga) lebih besar," ujar dia.

Terkait dengan kenaikan partisipasi anak muda dalam pemilu juga tercatat dalam laporan CSIS. Berdasar catatan mereka, dari sekitar 85,9 persen pemilih muda yang mengaku berpartisipasi pada Pemilu 2014, jumlahnya naik menjadi 91,3 persen pada Pemilu 2019.

Sementara KPU memperkirakan pemilih berusia antara 17-40 tahun pada Pemilu 2024 dapat mencapai 107 juta orang atau mencapai 55-60 persen dari total pemilih.

Baca juga artikel terkait PERIKSA DATA atau tulisan lainnya dari Alfons Yoshio Hartanto

tirto.id - Politik
Penulis: Alfons Yoshio Hartanto
Editor: Farida Susanty