Menuju konten utama

Mengapa El Clasico Seharusnya Tidak Perlu Ditunda

El Clásico akhirnya ditunda dengan dalih keamanan, padahal wali kota Barcelona Ada Colau menyatakan "situasi relatif aman."

Mengapa El Clasico Seharusnya Tidak Perlu Ditunda
Seorang anak kecil memberikan Bendera Catalunya kepada Messi. FOTO/REUTERS

tirto.id - La Liga dan federasi sepakbola Spanyol, RFEF, tengah pekan lalu mengumumkan penundaan pertandingan Barcelona vs Real Madrid yang seharusnya dihelat Ahad (27/10/2019) dini hari waktu Indonesia. Laga bertajuk El Clásico ini bakal diundur hingga Desember.

Keputusan ini ditempuh karena kedua organisasi menilai situasi Catalunya tidak kondusif. Sejak vonis penjara yang dijatuhkan Mahkamah Agung Spanyol terhadap sembilan aktivis kemerdekaan Catalunya pekan lalu, gelombang demonstrasi besar-besaran terus terjadi di berbagai titik strategis. Dikhawatirkan situasi ini bisa membikin keamanan dan kelancaran pertandingan terganggu.

Kekhawatiran ini bahkan bukan cuma muncul dari La Liga maupun RFEF, tapi juga Dewan Olahraga Spanyol.

“Melihat situasi yang tak menentu, kami percaya, bahwa tidak masuk akal untuk melaksanakan pertandingan ini sesuai rencana awal,” ucap seorang sumber dalam dewan, seperti dilansir jurnalis Marca, Alfredo Matilla.

Kendati demikian, sejumlah media Eropa meragukan dasar pernyataan tersebut. Media asal Inggris, The Independent, menduga penundaan semata karena otoritas Spanyol--termasuk La Liga serta RFEF--takut jika sepanjang pertandingan banyak suporter yang "membentangkan Senyera."

Senyera adalah lambang kemerdekaan Catalunya. Ia biasa dijadikan bendera dan dikibarkan orang-orang yang mau Catalunya merdeka dari Spanyol. Jika fenomena banjir Senyera terjadi, citra Spanyol sebagai negara yang bisa mempertahankan kesatuannya tentuk bakal tercoreng.

“Sangat jelas bahwa La Liga dan RFEF, yang punya markas di ibukota Spanyol, takut jika pertandingan itu didominasi suporter yang membawa Senyera,” tulis koresponden The Independent, Dermmot Corrigan.

Penonton El Clásico bukan hanya mereka yang datang ke stadion. Pertandingan ini akan menjadi pusat perhatian dunia lewat layar kaca. Dengan hak siar yang dimiliki La Liga saat ini, kemungkinan besar pertandingan tersebut bakal disaksikan lebih dari 500 juta pemirsa dari seluruh dunia.

“Otoritas Spanyol, aku rasa, akan malu jika para suporter menunjukkan suara mereka di depan pemirsa yang banyak itu,” imbuh Corrigan.

Situasi Sebenarnya 'Relatif Aman'

Dugaan Corrigan diperkuat dengan pernyataan Menteri Dalam Negeri Spanyol, Fernando Grande-Marlaska Gómez, Jumat pekan lalu. Ia tidak spesifik meminta pertandingan diundur, hanya saja yang terpenting “keamanannya dijamin.”

Di sisi lain, baik Barcelona maupun Real Madrid juga tidak keberatan seandainya pertandingan tetap dihelat sesuai jadwal.

Pelatih Madrid, Zinedine Zidane, seperti dilansir Marca, mengatakan “jika harus bermain pada 26 Oktober, kami akan berangkat,” Sedangkan pelatih Barcelona, Ernesto Valverde, percaya orang-orang Catalunya bukan gerombolan bandit yang berniat menyakiti pemain lawan. “Kita harus belajar percaya bahwa orang-orang Catalan adalah orang-orang yang baik,” katanya.

Wali Kota Barcelona, Ada Colau, pun menyayangkan keputusan penundaan El Clásico. Sejak awal dia menjamin pertandingan itu akan berlangsung lancar. Komitmen ini masih terjaga hingga sekarang.

“Aku ingin orang-orang berpandangan bahwa kami baik-baik saja. Kegiatan seperti sepakbola harusnya tetap berjalan sebagaimana mestinya,” tandasnya.

Federasi dan Operator Malah Ribut Sendiri

Alih-alih antara Catalunya dengan Spanyol, Ernesto Valverde lebih khawatir dengan konflik yang sedang terjadi antara RFEF dan La Liga.

RFEF dan La Liga memang kerap berselisih paham, termasuk perihal menentukan jadwal tunda El Clásico. Dua organisasi ini sama-sama menolak usulan tanggal dari Barcelona dan Real Madrid, namun juga belum kunjung menemukan titik temu.

RFEF menyarankan El Clásico dihelat pada 18 Desember 2019 dan sudah disetujui kedua klub. Namun, usulan ditanggapi dengan pedas oleh La Liga. Presiden La Liga, Javier Tebas, tidak setuju lantaran tanggal tersebut bertepatan dengan hari Rabu.

Menghelat pertandingan pada hari Rabu, menurut Tebas, tidak akan menguntungkan. Sebab salah satu segmen prioritasnya adalah penonton Asia, dan orang-orang Asia kemungkinan besar tidak akan menyaksikan siaran langsung pertandingan jika dihelat pada tengah pekan.

“Semua operator TV tahu, perjanjian awal kami adalah agar El Clásico pertama musim ini disegmentasikan untuk penonton Asia. Pasar Asia. Oleh sebab itu jadwal awalnya adalah pada akhir pekan. Jika itu dihelat pada tengah pekan, orang-orang Asia lebih memilih tidur,” tutur Tebas dalam wawancara dengan ABC.

Dalam pernyataan terbarunya, La Liga "mempertimbangkan" untuk menempuh jalur banding ke komite arbitrase olahraga guna menggagalkan usulan RFEF. Ini artinya, kendati kubu Real Madrid dan Barcelona sudah menyetujui usulan RFEF untuk melaksanakan laga pada 18 Desember, bisa jadi keputusan tersebut bakal direvisi lagi.

"Kami mengira keputusan itu belum sepenuhnya layak, karena diambil dalam rentang waktu yang serba mendadak pula," imbuh pihak La Liga seperti dilansir Football Espana.

Atas alotnya perdebatan kedua organisasi, pada Rabu (23/10/2019) Ernesto Valverde cuma bisa geleng-geleng kepala sambil mengutarakan satu reaksi: "Semoga peperangan antara kedua organisasi ini tidak mempengaruhi penampilan klub kami."

Baca juga artikel terkait LIGA SPANYOL atau tulisan lainnya dari Herdanang Ahmad Fauzan

tirto.id - Olahraga
Penulis: Herdanang Ahmad Fauzan
Editor: Rio Apinino