Menuju konten utama

Mengapa Diwali Perlu Disahkan sebagai Hari Libur Nasional?

Di India dan di tempat-tempat dengan penduduk keturunan India, Diwali dirayakan secara meriah dengan festival cahaya.

Mengapa Diwali Perlu Disahkan sebagai Hari Libur Nasional?
Seorang gadis India menyalakan kraker api saat ia merayakan Diwali, festival lampu di taman bermain di Mumbai, India, Rabu, 7 November 2018. (AP Photo / Rajanish Kakade)

tirto.id - Umat Hindu khususnya di India baru saja bersukacita. Mereka merayakan hari besar bernama Diwali, sebuah festival cahaya yang diperingati setiap tahun dalam kalender Hindu. Tahun ini Diwali jatuh pada tanggal 7 November.

Diwali yang kadang disebut Dipavali, Deepawali atau Deepavali adalah sebuah festival lampu paling terkenal yang ditunggu-tunggu tiap tahunnya di India. Orang-orang berpartisipasi dalam acara ini dengan penuh sukacita.

Selama perayaan Diwali, para warga melakukan ritual pembersihan, mulai dari membersihkan dan menghias rumah, berkumpul untuk pesta-pesta khusus, bertukar hadiah, menyalakan kembang api,dan yang tak kalah penting, menyalakan banyak lampu minyak.

Tahun ini, India memecahkan rekor dunia Guinness dalam hal penyalaan lampu minyak. Di tepi Sungai Serayu yang membentang melalui kota suci Ayodhya di Uttar Pradesh, sebanyak 301.152 lampu dinyalakaan secara bersamaan selama lima menit yang memberikan pemandangan menakjubkan bagi ribuan penduduk kota dan pengunjung.

Perayaan Diwali di Ayodhya tahun ini terasa lebih istimewa saat ibu negara Korea Selatan, Kim Jung-sook menyempatkan hadir dalam perayaan. Kunjungan tersebut terasa bermakna lantaran putri kerajaan Ayodhya dahulunya pernah dikisahkan mengunjungi Korea.

Tak hanya di India, beberapa negara lain turut merayakan Diwali. Di Sri Lanka, festival ini sebagian besar dirayakan oleh komunitas Tamil yang tersebar di berbagai pulau, tetapi sebagian besar terkonsentrasi di utara. Diwali juga dirayakan oleh komunitas Hindu di Bangladesh, Nepal, Malaysia, Pakistan, dan lainnya.

Sukacita Diwali pun menjalar sampai ke Indonesia. Di Sumatra Utara khususnya di Medan, banyak bermukim orang-orang keturunan India. Mereka tinggal di ibukota Sumatra Utara itu secara turun temurun sejak pertengahan abad ke-19 dan telah menjadi bagian dari warga negara Indonesia. Dilansir dari Gatra, perayaan Diwali 2018 di Medan juga diramaikan oleh Pekan Kebudayaan India yang diadakan pada 1-7 November 2018.

Gatra melaporkan, kemeriahan Diwali di Medan paling meriah dapat disaksikan di Kampung Madras yang dijuluki sebagai "Little Town India". Aneka dekorasi warna-warni terlihat di jalan sepanjang kurang lebih satu kilometer itu.

Deretan ruko milik warga keturunan India, khususnya pemeluk agama Hindu, dihiasi ornamen lampu dengan aneka rupa dan warna yang indah. Semerbak aroma bunga dan rempah-rempah juga terasa saat melewati sepanjang Kampung Madras.

Apa itu Diwali?

Gemerlap lampu minyak dalam perayaan Diwali melambangkan kemenangan atas kegelapan. Cahaya adalah simbol pengetahuan dan kebijaksanaan, sementara kegelapan adalah mewakili segala hal buruk seperti kejahatan, kehancuran, kekerasan, nafsu, iri hati, ketidakadilan, keserakahan, penindasan, dan penderitaan.

Sebagaimana dicatat Independent, Latar belakang yang mengiringi Diwali adalah peringatan atas kemenangan Rama melawan iblis Rahwana dan kembalinya Rama ke kerajaannya di Ayodhya setelah 14 tahun dalam pengasingan. Seperti yang tercatat dalam epos Ramayana yang ditulis Walmiki, Rahwana menculik Shinta, istri Rama. Dengan bantuan Hanoman, Rama mengalahkan Rahwana. Setelah itu, para penduduk yang merindukan rajanya segera membersihkan rumah dan jalanan, dan pada malam hari menghiasi rumah dengan lampu dipa.

Diwali juga memberi penghormatan kepada Lakshmi, dewi kekayaan dan kemakmuran. Bagi sebagian orang, Diwali dipercaya jatuh pada hari ulang tahun sang dewi dan tanggal ketika ia menikahi Dewa Wisnu. Banyak orang di India membiarkan jendela dan pintu rumah mereka terbuka dan menyalakan lampu-lampu seterang-terangnya sebagai cara sarana menyambut Lakshmi ke rumah mereka.

Di India, beda daerah, beda pula tafsiran atas cerita Diwali. Jika di India utara Diwali menandai kembalinya Rama ke kota kuno Ayodhya, orang-orang India Selatan merayakannya sebagai hari ketika Krishna mengalahkan Narakasura sebagai iblis kegelapan. Di India barat, Diwali artinya perayaan atas ditandai dengan Wisnu yang memukul mundur iblis Bali.

Jika narasi semua daerah itu digabung—Rama kembali ke Ayodhya, Krishna membunuh Narakasura, dan Wisnu mengalahkan Raja Bali—Diwali akhirnya memang dirayakan sebagai hari kemenangan kebaikan melawan keburukan.

Diwali dirayakan selama lima hari berturut-turut. Hari pertama disebut Dhanteras, kedua Narak Chaturdasi, ketiga Lakshmi Puja, keempat Padwa, dan terakhir Bhai Duj. Masing-masing hari punya ritual yang berbeda.

Perayaan Diwali tiap tahunnya jatuh antara bulan Oktober atau November. Tanggal pastinya dapat berubah setiap tahunnya, mengingat Diwali dihitung berdasarkan kalender Hindu.

Selain Hindu, agama Sikh, Jain dan Buddha juga merayakan Diwali dengan pemaknaan dan ritual yang berbeda. Meski begitu, semua sepakat bahwa Diwali adalah hari kemenangan, ketika terang menang terhadap kegelapan.

Desakan Hari Libur Diwali di Indonesia

Di negara asalnya, India, Diwali ditetapkan sebagai hari libur nasional. Beberapa negara lainnya yang memiliki populasi keturunan India pemeluk Hindu ikut menetapkan hari Diwali sebagai libur nasional, misalnya Pakistan, Sri Lanka, Myanmar, Nepal, Singapura, dan Malaysia. Di luar Asia, negara seperti Fiji, Mauritius, Trinidad dan Tobago, Guyana dan Suriname juga menandai Diwali sebagai hari libur nasional.

Sedangkan di Indonesia, Diwali belum menjadi hari libur nasional. Padahal, ada cukup banyak warga Indonesia keturunan India dan yang beragama Hindu di sejumlah daerah.

Komunitas keturunan India di Indonesia menaruh harapan kepada pemerintah agar memasukkan Diwali dalam libur nasional. Salah satunya seperti yang disuarakan tokoh pemuda Indonesia keturunan India, KRT Abhiram Singh Yadav pada 2015 yang mengharapkan pemerintah Indonesia memberikan status hari libur nasional untuk Diwali sebagai simbol pengakuan terhadap etnis India.

"Bapak Presiden, setiap tahun, demi keadilan, kami selalu berharap Diwali bisa masuk dalam kalender resmi negara. Hampir setiap tahun juga kami anak muda menyuarakan hal ini. Mohon didengar suara kami," kata KRT Abhiram Singh Yadav menjabat Vice Chairman CAYC (Committee for ASEAN Youth Cooperation) selama tiga periode sebagai wakil Indonesia ini, dikutip dari Antara.

infografik diwali

Dilansir dari Liputan6, pada 31 Oktober 2013, pemerintah Provinsi DKI Jakarta menetapkan Diwali sebagai hari libur fakultatif melalui surat Dinas Tenaga kerja dan Transmigrasi DKI No 5666/-1.834.1. Libur fakultatif merujuk pada hari libur khusus yang diberikan kepada umat agama atau kelompok identitas tertentu saja. Pada era pemerintahan Gus Dur, hari raya Imlek mendapat status libur fakultatif sebelum akhirnya meningkat jadi hari libur nasional. Dalam kasus Diwali, status libur fakultatif dari daerah kemudian naik menjadi nasional pada 2017, meski belum berstatus libur nasional.

Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu Kementerian Agama RI, I Ketut Widnya menyatakan libur fakultatif perayaan Hari Suci Diwali hanya untuk umat Hindu etnis India yang ada di tanah air.

"Libur fakultatif (tidak diwajibkan) Diwali ini diajukan oleh Gemasadhana dan direkomendasikan oleh PHDI pusat. Suratnya itu ke presiden, baru kemudian presiden menginstruksikan kepada menteri agama untuk dikaji, dan menteri agama meminta Dirjen Hindu untuk mengkaji," kata Widnya.

Lebih lanjut Widnya menjelaskan, karena sudah mendapat rekomendasi dari Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI), maka pemerintah memberikan rekomendasi agar Diwali bisa menjadi hari libur fakultatif.

"Memang tidak ada sosialisasi karena libur fakultatif Diwali ini hanya bagi umat Hindu etnis India saja," kata Widnya.

Baca juga artikel terkait LIBUR NASIONAL atau tulisan lainnya dari Tony Firman

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Tony Firman
Editor: Windu Jusuf