Menuju konten utama

Mengapa Danau Toba Termasuk Destinasi Wisata Prioritas?

Danau Toba adalah danau vulkanik terbesar di dunia

Danau Toba. (FOTO/Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Samosir)

tirto.id - Sitor Situmorang, sastrawan yang tak ragu memberi judul buku autobiografinya dengan frasa “Penyair Danau Toba”, menganggap danau tersebut sebagai khazanah inspirasi yang begitu kaya bagi proses kreatifnya. Dalam puisi “Tamasya Danau Toba”, misalnya, Sitor menampilkan rekonstruksi kisah terbentuknya Danau Toba secara ilmiah. Danau Toba, menurut Sitor, terbentuk "ketika perut bumi/memuntahkan ke langit/batu berapi lahar mendidih/jadi gunung-gunung gundul." Sementara dalam puisi “Danau Toba”, nostalgia dan citraan-citraan lokal menimbulkan kesan romantik di benak pembaca.

Aku rindu pada bunyi seruling gembala/Bergema di bukit memenuhi lembah/Pada permainan di gua-gua batu/penuh lebah/Kala api panen mengusik hewan/di tengah sawah.”

Danau Toba adalah danau vulkanik terbesar di dunia dengan luas kawah mencapai 1.145 kilometer persegi. Jurnal penelitian Michael Rampino dan Stephen Self (1993) menunjukkan bahwa magma yang dimuntahkan letusan Gunung Toba sekitar 74 ribu tahun lalu jumlahnya mencapai 2800 kilometer kubik. Debu vulkanik yang dimuntahkan letusan tersebut menyebar ke separuh wilayah bumi, menyebabkan perubahan cuaca sehingga mengubah lanskap peradaban dunia.

Di tengah danau yang dikelilingi 7 kabupaten ini, berdiam Pulau Samosir yang luasnya nyaris sama dengan Singapura. Jika Danau Toba adalah kaldera hasil letusan, maka Pulau Samosir adalah pulau vulkanik di tengah kaldera. Pulau Samosir tak sendirian, di tengahnya terdapat "danau di atas danau", yakni Danau Sidihoni dan Danau Aek Natonang.

Keajaiban alam Tao Toba menyuguhkan pesona pegunungan hijau memanjakan mata, udara yang menyejukkan hati, hamparan air jernih yang menyegarkan pikiran, serta keajaiban lain yang hanya bisa ditemukan saat kaki kita tiba di sana. Itulah mengapa danau dengan panjang 100 km dan lebar 30 km tersebut begitu mudahnya mencuri hati, menjadi salah satu dari 10 destinasi wisata prioritas di Indonesia.

Selain dianugerahi keindahan alam dan sejarah yang kaya, Danau Toba juga ditinggali masyarakat yang dengan penuh kesungguhan menganggapnya sebagai bagian tak terpisahkan dari kehidupan. Kelompok masyarakat inilah yang berperan penting dalam merawat khazanah kultural di sekitar Danau Toba, mulai dari sistem sosial, bahasa, hingga gastronominya.

Infografik Advertorial Danauku Yang Kucinta

Infografik Advertorial Danauku Yang Kucinta. tirto.id/Mojo

Terbentang Seribu Jalan

Berpelesir ke Danau Toba kini lebih mudah dengan adanya pilihan jalur udara, laut, dan darat. Jika merasa nyaman menggunakan pesawat, ada dua bandara yang menyediakan rute menuju Danau Toba, yakni Bandara Silangit dan Kualanamu. Sementara perjalanan laut bisa ditempuh via Pelabuhan Belawan, Kuala Tanjung, dan Tanjung Balai Asahan; jalur darat bisa dilalui lewat tol dan jalan lingkar luar Danau Toba sepanjang 360 kilometer.

Di Samosir sendiri ada jalan lingkar Pulau Samosir sepanjang 145 kilometer. Pelancong yang ingin berkeliling (tanpa mampir) bisa menggunakan jalan tersebut.

“Jalanan bagus sekarang. Sekitar tahun 2007–2008, mengelilingi Samosir bisa sehari. Sekarang mengelilingi Samosir bisa setengah sehari,” kata Ita Siregar, wisatawan lokal yang pernah berwisata ke Danau Toba.

Perjalanan menuju Pulau Samosir bisa ditempuh melalui enam jalur penyeberangan danau. Dari sisi mana saja, tersedia fasilitas penyeberangan seperti feri, kapal penumpang umum, dan speed boat.

KMP Tao Toba I (khusus hari libur nasional) dan KMP Tao Toba II (beroperasi setiap hari) dari Ajibata di Parapat menuju Tomok menyeberang tiap 1 jam dengan durasi perjalanan sekitar 30 menit. Selain dari Parapat, Pulau Samosir juga bisa dijangkau via Dermaga Muara-Sepinggan di Nainggolan, menggunakan KMP Sumut II dengan waktu tempuh 50 menit. Namun tak seperti KMP Tao Toba II, kapal ini hanya beroperasi pada Sabtu dan Minggu. Khusus pelancong dari Medan, Anda akan lebih dekat bila menyeberang dari Pelabuhan Tigaras menuju Pelabuhan Simanindo menggunakan KMP Sumut II.

Masih ada 9 kapal penumpang umum lain yang beroperasi di dermaga-dermaga kecil, seperti Balige, Ajibata, Haranggaol dan Tiga Raja, dengan tujuan Onan Runggu, Nainggolan, Mogang, Simanindo, Pangururan, dan Tomok (Lopo Parindo). Jadwalnya sangat variatif—mulai 1 hingga 10 kali dalam sehari. Tambahkan ongkos beberapa ribu rupiah jika ingin menyeberang dengan kapal wisata dari Ajibata menuju Tomok (14 kali perjalanan sehari) atau dari Tiga Raja menuju Tuktuk (8 kali perjalanan sehari).

Opsi terakhir ke Samosir adalah dengan menggunakan speed boat. Walau terbilang mahal dengan goncangan ombak yang lebih terasa dibandingkan menggunakan kapal besar, speed boat patut dicoba untuk pelancong yang ingin lebih puas menjelajahi sekeliling Danau Toba.

Pemerintah telah benar-benar membenahi Danau Toba. Semua komponen utama pariwisata—atraksi, amenitas, dan aksesibilitas—dari kelas standar hingga premium adalah bagian tak terpisahkan dari eksistensinya. Ditambah pelayanan yang nyaman, kita berharap kekayaan alam, sejarah, dan budaya Danau Toba makin dikenal hingga ke pelosok dunia.

Jadi, kapan Anda berkunjung ke sana?

(JEDA)

Penulis: Tim Media Servis