Menuju konten utama

Mengapa "Black Box" Pesawat Berwarna Oranye

Mengapa "Black Box" pesawat warnanya oranye dan bukan hitam atau warna lainnya?

Mengapa
Ilustrasi Black Box. foto/IStockphoto

tirto.id - Black Box atau perekam data penerbangan biasanya dipasang di ekor pesawat, Black Box adalah salah satu gadget terpenting untuk merekonstruksi peristiwa yang dapat menyebabkan kecelakaan pesawat.

Black Box pertama kali dikembangkan di awal tahun 1950-an di Australia. Pada tahun 1960, Australia menjadi negara pertama yang wajib memasang perekam penerbangan di pesawat.

Berdasarkan laporan dari National Geographic, pada tahun 2007, produsen pesawat ringan AS LoPresti Speed Merchants mengumumkan bahwa mereka berencana untuk mengintegrasikan Black Box dengan versi MP3.

Perangkat tersebut digunakan sebagai perekam data penerbangan pada semua pesawat piston Fury-nya.

Perusahaan percaya bahwa jika perangkat lunak yang sesuai digunakan maka MP3 akan mampu merekam lebih dari 500 jam data waktu penerbangan.

Menurut aturan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara (Ditjen Perhubungan Udara), mulai 1 Januari 2005, semua pesawat termasuk helikopter terutama di India, wajib membawa alat perekam suara kokpit dan Black Box untuk merekam komunikasi digital dengan Air Traffic Service (ATS). Kemudian, Black Box secara sederhana dicat warna hitam.

Mengapa "Black Box" Pesawat berwarna Oranye?

Bentuk asli Black Box adalah sebuah alat perekam yang dirancang dengan pita magnetik. Dilengkapi dengan mikrofon, yang secara acak ditempatkan di sekitar kokpit.

Alat itu terbungkus dalam sebuah kotak tahan api. Sementara itu, cat berwarna hitam itu sendiri berfungsi untuk melindungi logam polos, serta menghentikan karat.

Dilansir dari Hopes and Fears versi aslinya adalah perekam yang dirancang dengan pita magnetik fisik, dengan mikrofon ditempatkan secara acak di sekitar kokpit.

Itu terbungkus dalam kotak tahan api, dan cat itu sendiri digunakan di setiap industri untuk melindungi logam polos dan menghentikan karat. Itu hanya warna yang mereka lukis saat dikembangkan.

Pesawat modern memiliki dua alat perekam, yang pertama untuk memantau komunikasi. Kedua, sebagai instrumen penerbangan lainnya. Namun sekarang, Black Box berwarna oranye.

Sehingga apabila mengalami kecelakaan, maka Black Box akan lebih mudah untuk dideteksi keberadaannya.

Black Box ditemukan di bagian paling belakang pesawat, dan dianggap sebagai benda paling tahan kecelakaan.

Black Box juga dikenal dengan Flight Data Recorder (FDR) yang dilapisi baja dan dikelilingi oleh beberapa lapisan isolasi. Itulah yang menyebabkan Black Box terlindungi dari benturan, kebaran, maupun kondisi iklim yang ekstrim.

Dilansir dari India Today, alat ini dapat mencatat kondisi penerbangan yang sebenarnya, seperti ketinggian, kecepatan udara, heading, percepatan vertikal, maupun pitch pesawat.

Sementara itu, menurut laman India Today alat perekam suara kokpit (CVR) lainnya berfungsi untuk merekam transmisi radio dan suara pada kokpit, rekaman tersebut seperti suara pilot dan suara mesin.

Alat perekam suara kokpit (CVR) merekam transmisi radio dan suara di kokpit, seperti suara pilot dan suara mesin.

Dikutip dari Flight Radar 24, Black Box yang akan digunakan dalam penerbangan sebelumnya melalui proses pengujian terlebih dahulu.

Pengujian itu seperti, Black Box tidak bisa dihancurkan dalam beberapa ambang batas permukaan laut yang sangat tinggi.

Dikabarkan dari Aero Time Hub, Black Box juga akan diuji dengan diluncurkan di dinding beton dengan kecepatan 750 kilometer per jam.

Kemudian, alat itu juga harus dapat menahan beban seberat 2,25 ton setidaknya selama lima menit, suhu 1.100 derajat Celcius selama satu jam.

Tidak hanya tahan air, Black Box yang dipakai juga harus tahan tekanan berat. Tekanan berat itu seperti, diletakkan di kedalaman ribuan meter di bawah air.

Selain itu, perlu juga mempertimbangkan kasus pesawat jatuh lainnya. Kasus tersebut seperti jatuhnya penerbangan Air France 447 di Samudera Atlantik pada tahun 2009. Parahnya, Black Box tidak ditemukan selama hampir dua tahun.

Puing-puing berisi kotak-kotak itu ternyata terendam hampir 4.000 meter. Beruntungnya, data dan rekaman berhasil dipulihkan dan terbukti sangat berharga untuk membantu penyelidik memahami apa yang terjadi saat itu.

Namun begitu, seperti yang dilaporkan oleh News para ahli tidak menyebut alat tersebut dengan Black Box, meski kotak itu disukai oleh media.

Tidak hanya itu, hanya dua jam percakapan kokpit yang disimpan. Black Box memiliki memori penyimpanan yang cukup untuk 25 jam data penerbangan, namun hanya dua jam perekam suara kokpit yang direkam sendiri dalam satu lingkaran.

Kemudian, CVR akan melacak interaksi awak yang satu dengan yang lainnya. Lalu, CVR akan melakukan kontrol lalu lintas udara yang juga termasuk kebisingan latar belakang. Kebisingan itu dapat menjadi petunjuk yang penting bagi penyelidik.

Baca juga artikel terkait BLACK BOX atau tulisan lainnya dari Ega Krisnawati

tirto.id - Teknologi
Kontributor: Ega Krisnawati
Penulis: Ega Krisnawati
Editor: Dhita Koesno