Menuju konten utama

Menganggur Sambil Beramal: Asyiknya Jadi Pangeran Inggris

Keluarga kerajaan Inggris dikabarkan menghabiskan £300 juta setiap tahunnya di saat 517.000 pemuda berusia 16-24 menganggur.

Menganggur Sambil Beramal: Asyiknya Jadi Pangeran Inggris
Harry Windsor berpose dengan Meghan Markle di Sunken Garden of Kensington Palace, London (27/11/2017). REUTERS/Toby Melville.

tirto.id - Beberapa hari lalu dunia disuguhkan berita seputar pertunangan antara aktris Amerika Meghan Markle dengan Harry Windsor, putra pasangan Charles dan mendiang Diana Windsor.

Jagat media sosial pun tak ketinggalan. Foto kemesraan Harry dan Meghan yang mengumumkan pertunangannya pada Rabu (27/11/2017) tersebar luas di berbagai akun media sosial, yang langsung dibanjiri ucapan selamat. Sampai saat ini, Meghan belum memamerkan fotonya bersama Harry di akun-akun media sosialnya.

Tak hanya soal pertunangan yang kemudian menjadi sorotan, perempuan yang dianggap mampu menaklukkan hati “si bad boy” Harry itu pun dibahas tuntas mulai dari keluarga, pendidikan hingga kariernya. Tak luput juga, kisah pertemuan perdananya dengan Harry hingga akhirnya menjadi kekasih dan kemudian memutuskan untuk melangkah ke jenjang pelaminan.

Selama film-film animasi seperti Cinderella dan Anastasia masih diproduksi, nampaknya segala pemberitaan tentang keluarga kerajaan akan terus memiliki daya tarik bagi banyak orang.

Baca juga: Kepada Meghan Markle, Si Bandel Pangeran Harry Jatuh Hati

Hal serupa terjadi sebelum pernikahan Pangeran William dan Kate Middleton yang sudah gencar diberitakan bahkan 3 bulan sebelum ijab kabul. Masyarakat Amerika Serikat adalah salah satu yang sangat menyukai kisah kehidupan seputar keluarga kerajaan termasuk keluarga kerajaan Inggris. Saking tingginya animo warga Paman Sam, saluran televisi Lifetime langsung merilis dokumenter berdurasi 1,5 jam berjudul William and Kate yang mengangkat romansa hubungan Willliam dan Kate tepat 11 hari sebelum hari pernikahan mereka.

Selain itu, demi memenuhi keinginan fans keluarga kerajaan, BBC Amerika juga membuat sebuah program khusus berseri tentang pernikahan kerajaan. Tak hanya itu, liburan Pengeran Willian dan Kate ke tempat-tempat eksotik seperti Maladewa juga terus diangkat.

Hidup dari Pajak

Ketika sebagian besar warga AS hingga dunia terbuai dengan kisah romantis pertunangan ningrat Inggris dengan seorang perempuan berdarah Afro-Amerika-Yahudi yang tak punya titel bangsawan, jurnalis Joana Ramiro melancarkan kritik pedas.

Dalam artikel berjudul "Stop Romanticising the Royal Family", Ramiro mengkritik perayaan media massa atas pernikahan keluarga istana ketika Britania sedang di ambang krisis konstitusional pasca-Brexit.

Menjual romansa keluarga kerajaan di saat Inggris diguncang Brexit, menurut Joana, hanya akan menyamarkan karut-marutnya situasi politik hari ini, termasuk gonjang-ganjing dalam kabinet Theresa May. Bahkan jika jaminan kesehatan Inggris NHS dilanda krisis tahunan lagi, tulis Ramiro, "dapat dipastikan bahwa harian Daily Mail akan berspekulasi soal tamu-tamu resepsi yang diseleksi ratu."

Baca juga: Mengingat Kembali Lady Diana

Inti dari kritik Ramiro: pernikahan kerajaan diongkosi pajak negara. Kemewahan dan kemeriahan pesta pernikahan itu pada akhirnya akan ditanggung rakyat. Pendapatan Ratu Elizabeth tahun ini dinaikkan menjadi £82 juta per tahun merias istana. Padahal tahun lalu jumlahnya cuma £42,8 juta dan £29,1 juta pada 2012—semuanya, lagi-lagi, bersumber dari pajak yang dibayar tiap warga negara Inggris.

Selain untuk merenovasi istana, anggaran £82 juta itu juga digunakan untuk membayar biaya perjalanan keluarga kerajaan, hingga menggaji pegawai istana. Ongkos untuk memenuhi kebutuhan lainnya datang dari aset kerajaan, di antaranya properti yang disewakan untuk bisnis perumahan, dagang, hingga perkebunan.

Keluarga kerajaan bahkan dikabarkan menghabiskan sekitar £300 juta setiap tahun untuk menghidupi istana, di saat 517.000 pemuda berusia 16-24 tahun menganggur selama periode Juli-September 2017. Jumlah penganggur itu mencapai 11,9 persen dari populasi dengan usia yang sama.

Tahun lalu, ketika William dan Kate berkunjung ke India, jurnalis Anushay Hossain menulis kritik yang tak kalah keras. Ia mengajak pembacanya untuk berhenti meromantisasi kunjungan keluarga istana. Hossain bahkan meminta William dan Kate menonton pidato mantan diplomat India Shashi Tharoor di Oxford University yang menyerukan Inggris agar membayar reparasi ke India atas kolonisasi di masa lalu.

Menurut Shashi Tharoor, tanpa kolonialisme di India, Inggris takkan pernah berjaya hingga 200 tahun. "Menjelang akhir abad ke-19", ucap Tharror, "India adalah sapi perah terbesar Inggris, konsumen nomor satu barang-barang ekspor Inggris, dan sumber pendapatan para pegawai negeri Inggris yang digaji tinggi."

Baca juga: Kegamangan UK Setelah Perceraian dengan Uni Eropa

Infografik Pangeran Harry dan Meghan Markle

Harry Beruntung Mendapatkan Meghan

Kenyataan bahwa Istana hidup dari pajak juga mendatangkan sindiran dari kolumnis Guardian Nooruddean Chaodry.

Tulisan Chaodry yang berjudul "Successful Actress Meghan Markle to Wed Former Soldier" sebetulnya bak berita pertunangan pesohor belaka. Tulisan tersebut memuat empat paragraf tentang sederet CV dan prestasi Meghan, mulai dari dunia keartisannya hingga dunia sosial dengan sejumlah proyek humanitarian, dan satu paragraf terakhir tentang Harry.

"[Harry] Windsor adalah bekas tentara berusia 33 tahun, pernah bertugas di Helmand, Afghanistan, bersama Army Air Corps. Saat ini dia menganggur tapi sibuk melakukan kegiatan amal," tulis Chaodry.

Walhasil, status "bekas tentara" boleh jadi satu-satunya karir Harry yang bisa dibanggakan. Pada caption foto Meghan, di laman yang sama tertulis: “Sang tunangan [Meghan] adalah laki-laki yang beruntung.”

Dikutip dari situs kerajaan Princehenryofwales.org, sebelum terjun ke kegiatan amal, Harry sempat bergabung ke Angkatan Bersenjata Inggris selama 10 tahun dan pernah mengikuti dua operasi militer di Afganistan. Namun pada 2015, istana mengumumkan rencana Harry gantung seragam. Ia disebut-sebut bakal mendampingi Elizabeth dalam kegiatan-kegiatan amal. Tak jauh beda dari William, keluar dari militer untuk membantu eyangnya beramal.

Baca juga: Theresa May, antara Brexit dan "Bregre"

Situs royal.uk mencatat keberadaan 3.000 lembaga amal milik keluarga kerajaan di berbagai tempat.

Para pangeran juga disebut-sebut menghadiri pertemuan atau kegiatan yang tak dapat dihadiri Elizabeth. Sebab setiap tahunnya istana kedatangan sekitar 70.000 tamu dan membalas 100.000 pucuk surat.

Namun, tak semua sibuk membantu kegiatan amal sang ratu. Beberapa bangsawan istana melakoni pekerjaan sebagaimana rakyat biasa. Edward, adik dari Charles Windsor, misalnya. Edward pernah bekerja sebagai asisten panggung Really Useful Theatre Company milik Andrew Lloyd Webber, sedangkan istrinya mengurus perusahaan PR. Anak dari Andrew bekerja di sebuah instansi pemerintah. Sedangkan Anne, adik Charles, adalah atlet berkuda yang masuk Olimpiade.

Salah satu tugas Edward di Really Useful Theatre Company adalah membuatkan teh untuk para kru teater. Sementara orang-orang teater itu tak bisa menukar posisinya dengan Edward lantas gemar berderma, para pangeran bisa melakoni pekerjaan apa pun (atau bahkan menganggur) sambil beramal. Toh sebagian uang dari pajak warga Inggris akan terus mengalir ke istana.

Baca juga artikel terkait PERNIKAHAN atau tulisan lainnya dari Yantina Debora

tirto.id - Politik
Reporter: Yantina Debora
Penulis: Yantina Debora
Editor: Windu Jusuf