Menuju konten utama

Mengaku Terlibat Kematian Yodi, Polisi Periksa Pengunggah Cuitan

Polisi meminta keterangan orang yang mengaku terlibat dalam peristiwa kematian editor Metro TV Yodi Prabowo. Ia mengunggah pernyataan itu di media sosial.

Mengaku Terlibat Kematian Yodi, Polisi Periksa Pengunggah Cuitan
Direskrimum Polda Metro Jaya Kombes Pol Tubagus Ade Hidayat (kedua kanan), Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Yusri Yunus (kedua kiri), Kapolres Metro Jakarta Selatan, Kombes Pol Budi Sartono (kiri) dan Wadirkrimum Polda Metro Jaya AKBP Jean Calvijn Simanjuntak (kanan) menunjukkan barang bukti saat menggelar rilis kasus pembunuhan Editor Metro TV di Polda Metro Jaya, Jakarta, Sabtu (25/7/2020). ANTARA FOTO/Reno Esnir/hp.

tirto.id - Polisi meminta keterangan orang yang mengaku terlibat dalam peristiwa kematian editor Metro TV Yodi Prabowo. Ia mengunggah pernyataan itu di media sosial.

"Ada yang mengunggah, dia ribut sama temannya (Yodi) dan kemudian unggah 'kamu tidak tahu siapa saya? saya yang terlibat dalam pembunuhan Yodi'," ujar Dirkrimum Polda Metro Jaya Kombes Pol Tubagus Ade Hidayat di Polda Metro Jaya, Kamis (10/9/2020). Lantas ada yang mengadukan cuitan itu ke orang tua almarhum, yang kemudian diberitahukan lagi ke polisi.

Kepolisian menelusuri perkara, dan meringkus si pengunggah di Riau. "Ternyata (pengakuan) memang tidak benar dan sudah diklarifikasi ke pihak Metro TV. Jadi, sampai sekarang kami masih menyimpulkan yang pernah saya sampaikan (Yodi bunuh diri)," kata Tubagus yang mengaku lupa inisial si pengunggah.

Motif unggahan itu karena ia bercanda saja. Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya menyimpulkan hasil penyelidikan kematian Yodi karena bunuh diri. Dugaan depresi maupun mengonsumsi zat amfetamin jadi temuan pihak kepolisian. Tak ada lebam di tubuh korban, tapi tusukan yang berbeda kedalaman di dada dan lehernya diduga jadi penyebab ketewasan.

Tanda perkelahian di sekitar tempat kejadian perkara pun nihil, penelusuran jejak digital komunikasi dan transaksi keuangan tiada mencurigakan bagi polisi. Jenazah Yodi ditemukan di pinggir Jalan Tol JORR Ulujami, Jakarta Selatan, 10 Juli 2020. Ia masih mengenakan jaket hijau, celana hitam, tas selempang hitam, sepatu, dan helm.

Anggota Asosiasi Psikologi Forensik Meity Arianty menilai adanya kejanggalan terkait simpulan pihak kepolisian bahwa Yodi tewas karena bunuh diri. Pertama, jasad yang masih mengenakan pakaian lengkap ketika ditemukan oleh anak-anak yang bermain di sekitar lokasi. Kedua, sebuah pisau ditemukan di sekitar korban dan sidik jarinya pun bukan pertanda Yodi bunuh diri.

Bisa saja, lanjut Meity, jejak tersebut sengaja ditinggalkan untuk meninggalkan kesan bunuh diri. Seolah terduga pelaku sudah merencanakan hal tersebut, namun ingin mengesankan bunuh diri. Ketiga, ihwal Yodi yang sempat berkonsultasi dengan dokter beberapa hari sebelum kematian. "Berdasar pemberitaan, ia belum sempat menerima hasilnya (konsultasi) artinya belum dapat disimpulkan dia depresi karena penyakitnya," jelas Meity, Minggu (26/7).

Keempat, korban dikenal sebagai pria introvert yakni seseorang yang pendiam dan bukan pribadi yang terbuka sehingga jika memiliki masalah cenderung menyimpannya sendiri. Kelima, bila korban mengalami depresi maka bisa ditelusuri penyebab gangguan jiwa.

Baca juga artikel terkait KASUS PEMBUNUHAN atau tulisan lainnya dari Adi Briantika

tirto.id - Hukum
Reporter: Adi Briantika
Penulis: Adi Briantika
Editor: Restu Diantina Putri