Menuju konten utama

Menerka Maksud Jokowi Utus Luhut Bertemu Prabowo

Jokowi mengutus Luhut bertemu Prabowo bukan sebatas menjaga tali silaturahmi. Di sana pasti ada pembicaraan soal politik praktis, termasuk soal jabatan.

Menerka Maksud Jokowi Utus Luhut Bertemu Prabowo
Menteri Koordinator bidang Kemaritiman Luhut Panjaitan di Istana Kepresidenan Jakarta, Senin (20/11/2017). ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari

tirto.id - Joko Widodo mengutus seseorang untuk berkomunikasi dengan Prabowo Subianto. Ini dilakukan beberapa hari setelah hari pemilihan presiden yang, menurut hasil hitung cepat, dimenangkan (lagi) oleh Jokowi.

Jokowi belum bilang siapa orang yang akan dia tugaskan bertemu Prabowo dan tim. Tapi Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN), Abdul Kadir Karding, mengatakan orang itu adalah Menko Maritim Luhut Binsar Panjaitan.

Luhut adalah senior Prabowo di ABRI. Baik Luhut dan Prabowo sama-masa memulai karier di Korps Baret Merah alias Kopassus sebagai Komandan Peleton Para Komando. Saat itu Kopassus masih bernama Komando Pasukan Sandi Yudha (Kopassandha).

Keduanya juga sama-sama pernah dikirim bertugas ke Timor-Timur.

Karding tak menjelaskan secara spesifik apa agenda pertemuan, atau apa yang akan dibicarakan Luhut dengan juniornya itu. Ia hanya bilang kalau ini menyangkut persatuan dan kepentingan bangsa.

"Pak Jokowi merangkul Pak Prabowo karena kami harus menghormati yang kalah. Dan mengajak Pak Prabowo agar, ayo, membangun bangsa bersama," ujarnya di The Pallas, SCBD, Jakarta Selatan, Minggu (21/4/2019).

Sementara Jokowi sendiri bilang Luhut dikirim agar tali perkawanan antara dia dan Prabowo tak putus. Jokowi ingin tetap menjaga hubungan baik dengan Prabowo.

"Persahabatan kami ini jangan sampai putus hanya gara-gara pilpres. Silaturahmi kami juga jangan sampai putus gara-gara pilpres. Tadi siang saya sudah mengutus seseorang untuk bertemu dengan beliau [Prabowo-Sandi]," kata Jokowi, di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, juga pada Minggu.

Namun alasan menjaga silaturahmi atau agar bangsa Indonesia tetap bersatu terlampau klise bagi Direktur Eksekutif Indonesia Political Review, Ujang Komarudin. Ia menduga Jokowi mengutus Luhut atas alasan yang sangat politis: menawarkan posisi tertentu di kabinet nanti.

"Menawarkan bargaining position. Bisa buat Pak Prabowo atau yang lainnya, seperti orang kepercayaannya yang akan mendapatkan posisi di dalam pemerintah. Bisa jadi," kata Ujang kepada reporter Tirto.

Menawarkan/memberi jabatan untuk lawan politik bukan hal tabu. Ujang memberi contoh Amerika Serikat, saat Barack Obama memberikan jabatan Menteri Luar Negeri (2009-2013) untuk Hillary Clinton, lawannya di Partai Demokrat.

"Yang penting win win solution. Butuh pertemuan antara kedua tokoh itu, butuh persatuan, agar ke depan Pak Jokowi bisa membangun bangsa," katanya.

Efek lain yang diharapkan muncul jika misalnya Jokowi dan Prabowo benar-benar bertemu adalah perdamaian antar pendukung. Sejak Pilpres 2014, masyarakat terpolarisasi sedemikian rupa, antara yang mendukung Jokowi dan yang ingin Prabowo jadi presiden. Itu masih terasa hingga sekarang.

"Rekonsiliasi antar tokoh penting agar bisa diikuti oleh pendukungnya," pungkas Ujang.

Prabowo Belum Bisa Bertemu

Sayangnya keinginan Jokowi, apa pun itu, belum bisa terealisasikan dalam waktu dekat. Juru bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Nizar Zahro mengatakan Prabowo belum bisa bertemu Luhut karena masih fokus mengawal formulir C1 yang ada di tiap Tempat Pemungutan Suara (TPS) seluruh Indonesia.

Nizar meminta kubu Jokowi bersabar dulu.

"Biarkan Pak Prabowo fokus mengawal C1. Jadi semua tim 02 fokus mengamankan C1 di setiap desa seluruh indnesia," ujarnya kepada reporter Tirto.

Jika utusan atau bahkan Jokowi sekalipun ingin bertemu Prabowo, Nizar meminta agar mereka menunggu sampai KPU menetapkan pemenang pilpres, yakni 22 Mei.

"Pak Prabowo dan BPN lebih fokus mengamankan C1. Untuk membuktikan siapa pemenang [Presiden-Wakil Presiden] yang sesunguhnya. Karena C1 menurut kami adalah dasar kalau nanti ada kecurangan," katanya.

Prabowo dan tim memang masih yakin kalau mereka menang. Prabowo bahkan sudah tiga kali melakukan pidato kemenangan di hadapan masyarakat dan wartawan. Dua di antaranya tanpa didampingi wakilnya, Sandiaga.

Kubu Prabowo yakin kalau seluruh hasil hitung cepat dari puluhan lembaga survei--yang memenangkan Jokowi--adalah tipu-tipu. Sebaliknya dia yakin akan hitung cepat tim internal yang menunjukkan hasil sebaliknya.

Karding sendiri mengaku tak masalah dengan penolakan ini. Menurutnya yang penting sekarang masyarakat tahu kalau capres nomor urut 01 sekaligus petahana ini sudah punya niat baik untuk menjalin komunikasi.

"Bahwa Pak Jokowi dalam posisi menang pun masih bersifat bijak, legowo, negarawan. Karena mementingkan bangsa," kata Karding.

Baca juga artikel terkait PILPRES 2019 atau tulisan lainnya dari Riyan Setiawan

tirto.id - Politik
Reporter: Riyan Setiawan
Penulis: Riyan Setiawan
Editor: Rio Apinino