Menuju konten utama

Menelusuri Jejak Jamur Zombi The Last of Us

Film The Last of Us membuka diskusi tentang jamur mematikan. Ini adalah jamur Ophiocordyceps yang telah teridentifikasi ratusan tahun lalu.

Menelusuri Jejak Jamur Zombi The Last of Us
Header Mozaik Semut Zombie. tirto.id/Fuad

tirto.id - Dengan air muka serius Dr. Neuman menjelaskan bahwa ancaman mematikan yang dapat menghabisi miliaran manusia bukanlah virus atau bakteri, melainkan jamur. Infeksi jamur menjadi lebih mengerikan karena tidak ada obat yang dapat memberantasnya. Hal tersebut dibantah oleh Dr. Schoenheiss. Dia mengingatkan bahwa jamur tidak dapat menjadikan manusia sebagai inang mengingat suhu tubuh mereka terlalu tinggi.

Dr. Neuman membenarkan bahwa jamur memang tidak mampu bertahan di atas 34 derajat Celsius (suhu normal manusia 36-37 derajat Celcius). Tapi, katanya, bagaimana jika suhu rata-rata bumi naik dan jamur berhasil beradaptasi sehingga dapat berinang pada makhluk hidup dengan suhu tubuh tinggi? Semua hadirin di studio yang menyaksikan langsung acara bincang-bincang pada 1968 itu terdiam, membayangkan kengerian bilamana nubuat Dr. Neuman tersebut mewujud.

Demikianlah adegan pembuka episode pertama film serial The Last of Us yang sedang tayang di HBO. Film serial tersebut diadaptasi dari gim Playstation yang dirilis pada 2013 lalu. Ceritanya sama, yakni upaya bertahan hidup di dunia yang hampir seluruh penduduknya terinfeksi penyakit mematikan dan berubah menjadi zombi kanibal. Mereka terinfeksi jamur sebagaimana yang diramalkan Dr. Neuman dalam acara televisi puluhan tahun silam.

Pencipta gim The Last of Us menyatakan bahwa dia terinspirasi dari tayangan Cordyceps: attack of the killer fungi. Dalam video tahun 2006 tersebut, narator David Attenborough menjelaskan secara rinci bagaimana jamur dari genus Cordyceps menginfeksi serta menginvasi tubuh dan otak semut.

Ketika episode tersebut tayang di Planet Earth BBC, jamur tersebut memang masih diklasifikasikan dalam genus Cordyceps. Namun, sebuah studi pada 2007 merevisi posisinya dalam taksonomi dan menempatkan seluruh jamur parasit serangga dalam genus baru, yakni Ophiocordyceps.

Di video tersebut terlihat ada semut yang menunjukkan gejala aneh di tengah koloni yang sedang bekerja menggotong makanan. Jalannya sempoyongan tanpa arah. Semut yang sehat kemudian menyeret semut terinfeksi menjauh dari koloni. Setelah tiga minggu, di kepala semut tadi, yang tentu sudah mati, tumbuh jamur bagai sungut ketiga. Begitu pertumbuhan selesai, maka spora jamur siap meletus dan menginfeksi seluruh koloni semut serta serangga lain di sekitarnya.

Semut Zombi Mati, Lahirlah Jamur

Perubahan perilaku pada semut yang terinfeksi jamur digambarkan dengan sangat detail oleh David P. Hughes yang berbulan-bulan meneliti Camponotus leonardi di hutan hujan tropis Thailand. Pada 2006-2007, Hughes dkk mengamati perubahan perilaku semut pekerja yang telah dimanipulasi oleh jamur parasit.

Dua tahun kemudian, Hughes menjadi konsultan ahli pengembangan gim The Last of Us.

Begitu terinfeksi jamur Ophiocordyceps, semut akan berperilaku seperti zombi. Istilah “zombi” digunakan untuk menjelaskan bahwa semut itu sudah tidak mampu mengendalikan tubuhnya. Jamurlah yang sudah menguasai tubuh semut. Semut zombi berjalan seperti pemabuk yang berkali-kali terjatuh dan sempoyongan.

Semut zombi berupaya mencari sehelai daun muda. Semut zombi selalu mencengkeram bagian tulang, bukan pada helai maupun ujung daun, dengan sepasang mandibula atau rahangnya. Tujuannya agar tubuh sekaratnya dapat menempel kuat, tidak terjatuh, kendati kekuatan otot melemah. Menggigit tulang daun sama sekali bukanlah perilaku semut sehat.

Begitu semut menggigit daun, dimulailah proses pertumbuhan jamur. Proses reproduksi jamur hanya bisa terjadi setelah tangkai jamur tumbuh di kepala semut yang kemudian diikuti oleh pelepasan spora. Proses tumbuhnya batang jamur di kepala sampai pelepasan spora membutuhkan waktu.

Proses ini hanya terjadi di luar koloni karena semut rajin menyingkirkan teman satu sarang yang mati atau sakit.

Dari seluruh proses ini, sulit memastikan kapan persisnya semut itu mati. Memang masih ada pergerakan otot, tapi bisa jadi itu kelakuan jamur, bukan si semut.

Daun seperti apa yang dipilih semut zombi sebelum mati? Apakah memiliki kriteria khusus atau sembarang? Lalu, mengapa hanya bergerak dan menggigit tulang daun di siang hari? Apakah ini ada hubungannya dengan sinar matahari, kelembapan, dan suhu udara?

Banyak sekali yang belum diketahui tentang jamur Ophiocordyceps ini, padahal kemampuan mengambil alih tubuh semut sekaligus memanipulasinya telah diidentifikasi lebih dari 150 tahun lalu.

Alfred Russel Wallace, penggagas teori evolusi dan penemu Garis Wallace, diduga menjadi pengamat pertama semut yang terinfeksi Ophiocordyceps pada 1859 di hutan hujan tropis Sulawesi. Hutan ini karakternya serupa dengan hutan yang dijelajahi David Hughes pada abad ke-21. Sayangnya, dalam buku Kepulauan Nusantara yang Wallace tulis untuk merekam penjelajahan sepanjang 1854-1862, terutama bagian kisah di Sulawesi, tidak ditemukan catatan terkait semut zombi akibat terinfeksi jamur.

Namun, menurut catatan William Fawcett pada 1886, “Di koleksi British Museum, Cordyceps unilateralis juga ditemukan pada [semut] Camponotus atriceps dari Brasil serta pada Echinopora melanarctos dan Polyrhachis merops. Keduanya merupakan koleksi Mr. A. R. Wallace di Tondano, sebuah desa di Sulawesi.” Sayangnya catatan tersebut tidak memiliki referensi.

Wallace juga pernah menghadiri pertemuan Entomological Society di London yang memamerkan “Entomogenous Fungi” sebagai bagian dari genus Cordyceps (nama awal Ophiocordyceps). Tetapi, menurut Susan Goldhor, Wallace tidak membuat komentar apa pun, apalagi mengklaim temuannya.

Ancaman Jamur Itu Nyata

Masih misteri apakah Wallace memang naturalis pertama yang mengidentifikasi Ophiocordyceps di Tondano, Sulawesi pada abad ke-19. Tapi, jika itu benar, maka cerita tentang infeksi jamur yang mengubah manusia menjadi zombi di film The Last of Us bermula di Indonesia menjadi kebetulan yang menarik. Jamur tersebut pertama kali diidentifikasi oleh seorang ahli mikologi dari Universitas Indonesia, yaitu Ibu Ratna yang diperankan oleh Christine Hakim.

Bagaimanapun, Cordyceps–atau kini Ophiocordyceps–tidak akan menginfeksi manusia. Untuk dapat menginfeksi manusia, Ophiocordyceps harus dapat hidup pada suhu di atas 36-37 derajat Celcius dan melewati sistem imunitas manusia. Lagi pula, Ophiocordyceps sejauh ini ditemukan hanya menyerang serangga.

“Tetapi yang harus dikhawatirkan adalah besarnya jumlah populasi manusia yang mengalami gangguan imunitas. Mereka rentan terkena infeksi dan bisa menjadi inang bagi jamur. Misalnya, jamur Candida yang semestinya hanya menyebabkan infeksi ringan, bisa bagi penderita HIV/AIDS, tapi dapat menyebabkan infeksi berat dan penderitaan berkepanjangan. Demikian juga penderita diabetes yang gulanya tidak terkontrol, mudah terkena infeksi,” ujar Profesor Retno Wahyuningsih, ahli mikologi kedokteran yang kendati sudah pensiun masih aktif mengajar di Universitas Indonesia dan Universitas Kristen Indonesia, dalam wawancara melalui telepon pada Jumat, 10 Februari 2023.

Infografik Mozaik Semut Zombie

Infografik Mozaik Semut Zombie. tirto.id/Fuad

Kekhawatiran Retno terkonfirmasi lewat laporan WHO fungal priority pathogens list to guide research, development and public health action pada Oktober 2022. Untuk pertama kalinya badan kesehatan dunia itu membuat daftar jamur patogen yang menjadi ancaman besar bagi kesehatan manusia. Jamur patogen menjadi ancaman serius karena jumlah populasi dengan gangguan imunitas semakin besar dan semakin resistan terhadap pengobatan saat ini, padahal obat antijamur jumlahnya terbatas.

Orang-orang dengan kondisi gangguan imunitas seperti penderita kanker, orang dengan HIV/AIDS, penerima transplantasi organ tubuh, penderita penyakit pernafasan kronis, dan penderita tuberkulosis adalah populasi yang rentan. Insiden kejadian semakin kerap dan dalam geografi yang meluas akibat pemanasan global dan meningkatnya perjalanan internasional.

Untungnya Cordyceps maupun Ophiocordyceps tidak termasuk dalam 19 jamur berbahaya. Setidaknya untuk saat ini kita bisa bernapas lega karena tidak akan menjadi zombi pemakan sesama.

“Tapi Dr. Neuman benar. Jamur bisa beradaptasi jika suhu rata-rata bumi meningkat,” pungkas Retno.

Baca juga artikel terkait JAMUR atau tulisan lainnya dari Uswatul Chabibah

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Uswatul Chabibah
Penulis: Uswatul Chabibah
Editor: Rio Apinino