Menuju konten utama

Mendikbud Sebut Konsep Teaching Factory Indonesia Mengacu Jerman

Sekjen Kemendikbud, Didik Suhardi menyebutkan sejak 2016 hingga 2019 tercatat sudah ada 2.700 SMK yang bekerjasama dengan dunia usaha dan dunia industri (DUDI) yang merupakan bagian dari revitalisasi SMK.

Mendikbud Sebut Konsep Teaching Factory Indonesia Mengacu Jerman
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy (kiri). ANTARA FOTO/Sahrul Manda Tikupadang/kye/18

tirto.id - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Muhadjir Effendy mengatakan konsep teaching factory yang diberlakukan pada Sekolah Menengah Kejuruan di Indonesia, terinspirasi dari konsep yang sama seperti diterapkan oleh Jerman.

"Di Jerman industrinya sudah bekerjasama dengan sekolah. Prosesnya siswa ke industri dulu, nanti didaftarkan ke sekolah yang sudah bekerja sama. Sehingga hasil produk dari sekolah itu sama dengan hasil industrinya," ujarnya di kantor Kemendikbud, Jakarta Selatan, Kamis (21/3/2019).

Sehingga para peserta didik yang sekolahnya sudah bekerjasama dengan industri, bisa akan langsung bekerja di industri tersebut dengan kompetensi yang sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh industri bersangkutan.

Namun menurutnya, ada banyak kendala jika memang harus sepenuhnya mengikuti konsep yang Jerman terapkan.

Termasuk soal perbedaan kondisi industri dan fasilitas pendidikan antara Indonesia dengan Jerman.

"Jerman itu memang sudah memiliki sejarah industri yang kuat. Jumlah industri di sana lebih banyak daripada SMKnya. Berbalik dengan di sini, SMK banyak tapi industrinya sedikit," ujarnya.

Pada kesempatan yang berbeda, Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kemendikbud, Didik Suhardi menyebutkan sejak 2016 hingga 2019 tercatat sudah ada 2.700 SMK yang bekerjasama dengan dunia usaha dan dunia industri (DUDI) yang merupakan bagian dari revitalisasi SMK.

Revitalisasi ialah metode mensinkronisasikan jurusan yang ada di SMK dengan kebutuhan DUDI. Sehingga diharapkannya tidak ada lagi jurusan yang mandul.

"Misalnya jurusan administrasi perkantoran, akuntansi, bisnis, sehingga SMK tidak memproduksi lagi kebutuhan SDM yang jenuh tetapi beralih ke jurusan yang dibutuhkan lapangan pekerjaan," ujarnya.

Baca juga artikel terkait SMK atau tulisan lainnya dari Alfian Putra Abdi

tirto.id - Pendidikan
Reporter: Alfian Putra Abdi
Penulis: Alfian Putra Abdi
Editor: Nur Hidayah Perwitasari