Menuju konten utama

Mendag: Perjanjian Dagang Pengaruhi Rendahnya Ekspor Indonesia

“Salah satu penyebab kita kalah bersaing karena negara-negara tujuan itu mengalihkan impor mereka dari negara yang sudah bebas bea, sudah ada perjanjiannya,” ungkap Enggartiasto.

Mendag: Perjanjian Dagang Pengaruhi Rendahnya Ekspor Indonesia
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita didampingi Direktur Utama Perum Bulog Djarot Kusumayakti. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

tirto.id - Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita bertekad untuk meningkatkan ekspor Indonesia di tahun ini. Adapun strategi yang bakal ditempuh ialah dengan membuka pangsa pasar baru untuk ekspor.

Komitmen Enggartiasto tersebut tak lain untuk menjawab teguran yang disampaikan Presiden Joko Widodo saat membuka Rapat Kerja Kementerian Perdagangan 2018 di Istana Negara, Jakarta pada Rabu (31/1/2018) pagi. Jokowi menilai ada yang salah dengan ekspor Indonesia sehingga bisa kalah saing dengan sejumlah negara lain di Asia Tenggara.

“Dari sisi ekspor di 2017, kita memperoleh capaian tertinggi surplus. pertumbuhan juga tinggi. Tapi kalau dibandingkan negara-negara lain, pertumbuhannya secara relatif rendah,” kata Enggartiasto.

Lebih lanjut, Enggartiasto mengatakan bahwa pilihan untuk membuka pasar-pasar ekspor baru juga ditawarkan oleh Jokowi. Dengan demikian, maka upaya menjalin kerja sama dengan beberapa negara prospektif akan lebih dipercepat.

Enggartiasto sendiri menilai kemampuan untuk mempertahankan kinerja Kementerian Perdagangan sebagaimana dilakukan tahun lalu tidak mudah. Oleh karena itu, dengan menciptakan pangsa pasar baru sesuai arahan Presiden, diharapkan peningkatan ekspor yang lebih signifikan dapat terjadi.

“Hampir 10 tahun kita tidak ada perjanjian perdagangan. Semua masih dalam proses yang berlarut, lama sekali, dan lalu berhenti. Ini yang harus dipacu supaya segera selesai. Kita tertinggal sekali di sini,” ucap Enggartiasto.

Indonesia sendiri memang baru menyelesaikan perjanjian dagang dengan Chili yang tertuang dalam Indonesia-Chile Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA). Sedangkan di 2018 ini, Kementerian Perdagangan menargetkan Indonesia-Australia CEPA dan Indonesia-European Free Trade Association (EFTA) bisa rampung.

Masih dalam kesempatan yang sama, Enggartiasto mengklaim bahwa perjanjian dagang merupakan faktor yang memengaruhi rendahnya laju ekspor Tanah Air.

“Salah satu penyebab kita kalah bersaing karena negara-negara tujuan itu mengalihkan impor mereka dari negara yang sudah bebas bea, sudah ada perjanjiannya,” ungkap Enggartiasto.

“Vietnam begitu agresif, Malaysia begitu luar biasa dengan Thailand, sekarang menyusul Kamboja yang membuka diri. Kita sudah hampir 10 tahun, baru satu di Chili. Kendala inilah yang harus ditembus,” tambahnya.

Berdasarkan data yang disampaikan Jokowi, ekspor Indonesia di 2017 yang sebesar 145 miliar dolar AS masih kalah ketimbang Thailand yang mencapai 231 miliar dolar AS, Malaysia sebesar 184 miliar dolar AS, dan Vietnam yang mencapai 160 miliar dolar AS.

“Negara sebesar ini kalah dengan Thailand. Dengan resources dan sumber daya manusia yang sangat besar, kita kalah. Ini ada yang keliru dan harus ada yang diubah,” ucap Jokowi saat membuka Rapat Kerja Kementerian Perdagangan 2018.

Baca juga artikel terkait EKSPOR atau tulisan lainnya dari Damianus Andreas

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Damianus Andreas
Penulis: Damianus Andreas
Editor: Yantina Debora