Menuju konten utama

Mendag Jelaskan Alasan Digelarnya Pasar Murah Saat Ramadan

Enggartiasto mengatakan sejumlah pengusaha telah diajak bekerjasama dalam pelaksanaan pasar murah yang digelar di halaman kantor Kementerian Perdagangan.

Mendag Jelaskan Alasan Digelarnya Pasar Murah Saat Ramadan
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita. ANTARA FOTO/Zabur Karuru.

tirto.id - Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita menekankan pasar murah di bulan Ramadan yang digelar di halaman kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta, bukan untuk mengendalikan harga, melainkan upaya untuk dekat dengan masyarakat berpenghasilan rendah.

“Dengan demikian, maka masyarakat yang memerlukan bisa mendapatkan (harga) lebih rendah lagi. Itu tujuan yang kita lakukan, dan ini dilakukan di 34 provinsi,” ujar Enggartiasto seusai membuka acara Pasar Murah Ramadan, Rabu (7/6/2017) pagi.

Enggartiasto pun sempat menanggapi soal ketidaksetujuannya terhadap pelaksanaan pasar murah pada 9 Desember 2016 lalu. Dalam jumpa pers yang saat itu diadakan di kantornya, Enggartiasto mengatakan pasar murah tidak efektif dalam memecahkan persoalan fluktuasi harga dan ketersediaan bahan pokok.

“Yang ini berbeda. Kalau ini dilakukannya di depan pasar (tradisional), maka itu yang tidak bisa kita lakukan. Dengan harga yang berbeda. Ini di luar pasar (tradisional), itu perbedaannya,” ucap Enggartiasto.

Enggartiasto sendiri mengatakan sejumlah pengusaha telah diajak bekerjasama dalam pelaksanaan pasar murah ini.

“Jadi mereka (para pengusaha) kita sentuh untuk diajak berbagi. Selain itu, kita juga dapatkan kehormatan kunjungan dari Gubernur Bank Indonesia, karena saya mau menunjukkan kepada Pak Gubernur, dengan kondisi ini maka inflasi usaha kita bersama terjaga. Beliau bahkan meminta agar bagaimana bulan ini ada kontribusi deflasi,” ungkap Enggartiasto.

Dalam pidatonya saat membuka acara, Enggartiasto mengatakan pelaksanaan pasar murah ini merupakan mandat langsung dari Presiden Joko Widodo (Jokowi). “Perintah Presiden kepada kami untuk menjaga pasokan ketersediaan bahan pokok, dan kemudian harga harus stabil,” ujar Enggartiasto.

Selain itu, tradisi kenaikan harga bahan pokok jelang hari raya pun tengah diusahakan untuk dihilangkan karena hanya dinikmati segelintir orang. “Sehingga (harga) tidak hanya diturunkan. Itu agar masyarakat secara keseluruhan tidak terbebani biaya hidup yang seharusnya dipikul,” kata Enggartiasto.

“Kami telah berbicara dengan asosiasi sampai di hilirnya, seperti para retailer dan pedagang pasar. Kami menyentuh hati dan perasaan mereka agar bisa bersama-sama memberikan harga kepada masyarakat,” tambah Enggartiasto.

Sementara itu, Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Tjahja Widayanti menjelaskan murahnya harga yang bisa ditemukan di pasar murah merupakan dampak dari pemotongan jalur distribusi. “Ini jalan pintas dari jalur distribusi pada biasanya. Tahun lalu, pasar murah dapat sambutan cukup antusias,” ucap Tjahja saat menyampaikan pidato pembukaannya.

Menurut pantauan Tirto di lokasi, sejumlah bahan pokok memang dijual lebih miring dibandingkan harga di pasaran. Untuk beras pandan wangi misalnya, dijual Rp74.000 per 5 kg, minyak goreng dijual di kisaran Rp8.000-Rp11.000 per liter, bawang putih dan bawang merah seharga Rp25.000 per kg, daging sapi seharga Rp80.000 per kg, hingga telur seharga Rp40.000 per 30 butir dan Rp20.000 per 15 butir.

Baca juga artikel terkait RAMADHAN 2017 atau tulisan lainnya dari Damianus Andreas

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Damianus Andreas
Penulis: Damianus Andreas
Editor: Alexander Haryanto