Menuju konten utama

Mendag Deteksi Sinyal Bahaya di Balik Surplus Neraca Dagang $21,7 M

Nilai impor sebesar 141,57 miliar dolar AS, 70,2 persen di antaranya merupakan bahan baku dan bahan penolong.

Mendag Deteksi Sinyal Bahaya di Balik Surplus Neraca Dagang $21,7 M
Pekerja melakukan bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Jumat (15/5/2020). ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/wsj.

tirto.id - Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mendeteksi sinyal bahaya di balik surplus neraca perdagangan RI di 2020 yang mencapai $21,7 miliar. Ia mendapati 70,2 persen barang yang diimpor Indonesia merupakan bahan baku dan bahan penolong. Jika impor berkurang, ada potensi sektor-sektor produksi di dalam negeri akan mengalami pelemahan.

"Jadi kalau impor turun 17,3 persen saya takut akan terjadi pelemahan terhadap sektor-sektor produksi yang dikonsumsi di dalam negeri," kata dia dalam acara diskusi Bisnis Indonesia Business Challenges 2021 Akselerasi Pemulihan Ekonomi, Selasa (26/1/2021).

Ia menjelaskan konsumsi berkontribusi lebih dari 50 persen Produk Domestik Bruto (PDB). Sehingga, jika konsumsi dan produksi terganggu, maka pertumbuhan ekonomi di 2021 juga akan mengalami tekanan.

Maka dari itu, saat ini ia akan memastikan seluruh arus barang masuk ke Indonesia bisa kembali normal dari tahun sebelumnya. Selain menjaga untuk kembali ke situasi normal ia pun akan memperbaiki tata kelola di perdagangan untuk memastikan bahwa 70,3 persen barang impor tersebut siap melayani industri.

"Kita perlu menyiapkan supaya konsumsi berjalan. Saya bicara tidak cuma sektor perdagangan tapi juga perindustrian dan keuangan. Karena kita membutuhkan insentif-insentif, bukan hanya berupa finansial tapi insentif kepercayaan kepada pasar untuk orang membeli lagi," ujar Lutfi.

Selain itu, pembatasan sosial yang sudah dilakukan di 2020 sudah begitu berpengaruh pada sektor perdagangan. Sektor perdagangan turun 5,3 persen secara tahunan pada kuartal III 2020, serta transportasi dan pergudangan juga turun 16,7 persen.

"Artinya perdagangan terganggu, stocking terganggu, kemudian penyedia akomodasi dan makanan dan minuman turun 11,86 persen. Ini menunjukkan orang tidak ke mana-mana. Pembatasan sosial sukses, tapi perdagangan turun,” terang dia.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia di sepanjang tahun 2020 mengalami surplus $21,74 miliar. Nilai ini merupakan yang tertinggi dalam 9 tahun yang terakhir atau sejak tahun 2011.

Berdasarkan data paparan, surplus neraca dagang berasal dari total ekspor Indonesia sebesar $163,31 miliar kemudian impornya hanya sebesar $141,57 miliar.

Baca juga artikel terkait NERACA DAGANG INDONESIA atau tulisan lainnya dari Selfie Miftahul Jannah

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Selfie Miftahul Jannah
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Restu Diantina Putri