Menuju konten utama

Mendag Akui 90 Persen Produk E-Commerce dari Impor

Produk e-commerce didominasi 90 persen dari impor, hanya 10 persen produk domestik, menurut Mendag Enggartiasto Lukita.

Mendag Akui 90 Persen Produk E-Commerce dari Impor
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita didampingi Direktur Utama Perum Bulog Djarot Kusumayakti mengikuti Rapat Kerja dengan Komisi VI DPR di kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (18/1/2018). ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan.

tirto.id - Menteri Perdagangan, Enggartiasto Lukita mengakui produk e-commerce didominasi 90 persen dari impor, hanya 10 persen produk domestik. Hal ini diketahuinya berdasarkan pengakuan dari market place Blibli.com.

Menurut Enggartiasto, produk domestik dari UKM/IKM masih belum banyak yang masuk market place karena pengetahuan pemasaran melalui digital platform masih rendah dan kurang ada kepedulian untuk memasarkan produk.

"Saya akan undang market place yang besar dulu agar mereka mengkonsider itu dan memberikan prioritas kepada produk dalam negeri. Yang kemudian, saya ingin masuk ke target presentasenya. Yang pasti kita akan himbau dulu mereka teman-teman itu, karena kalau kita tetapkan dengan kesewenang-wenangan enggak baik," ujar Enggar dalm acara Quo Vadis Ekonomi Digital di Jakarta pada Rabu (21/2/2018).

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas, Bambang Brodjonegoro menduga hal itu karena saham platform e-commerce banyak dibeli oleh pihak asing.

"Setahun 2017 ke 2018, terjadi kesuksesan platform sahamnya dibeli luar. Ada indikasi kalau perusahaan dibeli asing, maka akan naik impor barang konsumsi," ujarnya.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, impor barang konsumsi naik 14,7 persen dari 12,4 miliar dolar AS di 2016 menjadi 14,2 miliar dolar AS di 2017. Jika dibandingkan pada Januari 2017, pada Januari 2018 ada kenaikan impor 32,98 persen atau senilai 335,4 juta dolar AS.

Peningkatan tersebut paling tinggi dibandingkan dengan impor barang baku/ penolong yang kenaikannya 24,76 persen dengan nilai 2.240,1 juta dolar AS; dan barang modal yang kenaikannya 30,90 persen dengan nilai 588,5 juta dolar AS, dalam periode yang sama.

Kebanyakan yang diimpor dari barang konsumsi, tidak lain adalah pakaian dan peralatan rumah tangga, yang diperjualbelikan di platform e-commerce.

"Mungkin masih banyak yang tidak terdata jumlah transaksi onlinenya. Kalau statistik enggak masuk, apalagi di pajak," ucapnya.

Ia khawatir dengan fenomena ini, karena kalau dibanjiri barang impor, barang lokal kalah. Permintaan barang manufaktur lokal turun, akan berkontribusi pada peningkatan pengangguran.

"Lalu, banyak toko ritel tutup, online berjaya. Perlu dipahami lebih lanjut," kata dia.

Baca juga artikel terkait E-COMMERCE atau tulisan lainnya dari Shintaloka Pradita Sicca

tirto.id - Bisnis
Reporter: Shintaloka Pradita Sicca
Penulis: Shintaloka Pradita Sicca
Editor: Maya Saputri