Menuju konten utama

Mencairnya Es Ungkap Awal Kehidupan di Bumi

Para ilmuwan Jepang menemukan fragmen grafit yang digadang-gadang berusia 3,9 miliar tahun. Sementara tim peneliti Inggris menemukan fosil sisa bakteri berusia antara 3,77 hingga 4,28 miliar tahun.

Mencairnya Es Ungkap Awal Kehidupan di Bumi
Jejak Manusia purbakala ditemukan di China. FOTO/Istimewa

tirto.id - Miliaran tahun lalu, Planet Bumi yang kita huni ini telah menunjukkan aktivitas kehidupan. Hasil penemuan dan penelitian ilmiah sejauh ini memang tidak menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk hidup pertama di Planet Bumi. Sebaliknya, kehidupan awal di Bumi ditemukan di sekumpulan mikroorganisme seperti mikroba dan bakteri.

Bukti fosil yang diteliti oleh para ilmuwan dari Yokohama National University mengkonfirmasi sebuah batuan yang ditemukan di Saglek, Labrador utara wilayah Kanada yang berusia mencapai 3,95 miliar tahun.

Ketika diteliti, fragmen karbon atau grafit yang ditemukan di bebatuan tersebut adalah sisa-sisa organisme purba berupa tanaman bersel satu yang sudah mampu melakukan fotosintesis. Para peneliti juga menyimpulkan bahwa grafit terbentuk bersamaan dengan batuan tersebut dan keduanya belum bergabung seperti saat ditemukan saat ini.

Bebatuan di usia setua itu langka dan umumnya keadaannya rapuh karena tak terurus sehingga sulit untuk mencari adanya tanda-tanda kehidupan di masa lampau. Dari temuan tersebut, bebatuan sedimen memang tidak bisa dilacak durasi usianya, tetapi batuan beku terlacak dan ditemukan berusia 3,9 miliar tahun.

Baca juga: Ribuan Tahun Orang Melanesia di Indonesia

Hasil temuan ini lantas juga dipublikasikan di jurnal Nature, para periset Jepang mengatakan bahwa penemuan grafit biogenik ini akan memberi wawasan tentang kehidupan awal, tidak hanya di Bumi tetapi juga di planet lain.

“Kehadiran kehidupan awal di Bumi masih kontroversal karena kelangkaan dan pelestarian arsip Eorchean (catatan sekitar 4 sampai 3,6 miliar tahun yang lalu) yang buruk,” tulis para ilmuwan. “Ini kami laporkan untuk pertama kalinya, sepengetahuan kami, tentang karakteristik kejadian dan geokimia dari grafit tertua.”

Sontak temuan para ilmuwan Jepang ini mendapat sorotan tajam dari para ilmuwan lain. Sebab, organisme pertama hasil temuan tersebut muncul di saat bumi masih dalam fase-fase paling keras karena hingga 3,8 miliar tahun silam, kondisi planet ini masih ditumbuk oleh asteroid dan komet yang tersisa dari pembentukan tata surya.

Yuji Sano, seorang peneliti senior di Tokyo University memberi tanggapan atas temuan para ilmuwan dari negaranya sendiri. Ia menyampaikan bahwa sampai saat ini bukti tertua dari kehidupan di Bumi berumur 3,8 miliar tahun dan bertepatan dari akhir fase hujan asteroid yang disebut “Late Heavy Bombardment”.

Late Heavy Bombardment sendiri adalah istilah yang merujuk pada peristiwa banyaknya tumbukan meteor dan komet di planet-planet tata surya yang terjadi sekitar 4,1 sampai 3,8 miliar tahun silam. Termasuk terjadi di bumi, bulan hingga planet Mars.

“Mungkin sulit untuk menciptakan kehidupan sebelum 3,8 miliar tahun lalu karena kondisi planet bumi yang terus dihujani asteroid, komet dan ledakan lainnya yang mungkin menghancurkan kehidupan di awal,” paparnya. “Tapi temuan itu hampir 4 miliar tahun. Kehidupan di Bumi dimulai saat dihujani meteorit yang menakjubkan.”

Baca juga: Melacak Riwayat Manusia dalam DNA

Infografik Jejak kehidupan purba

Beberapa ilmuwan Barat yang juga fokus pada kajian serupa masih banyak yang meragukan temuan bahwa grafit tua yang mengandung fosil mikroorganisme purba itu ada di usia 3,9 miliar tahun. Matthew Dodd seorang ahli geokimia dari University College London yang Maret lalu mempublikasikan hasil temuan fosil tertua berpendapat bahwa hasil penanggalan umur fosil tertua mungkin akan lebih meyakinkan jika para ilmuwan Jepang mengumpulkan banyak bukti lagi untuk mendukung klaim tersebut. Kendati demikian, Dodd tak membantah hasil temuan fosil ilmuwan Jepang.

Ilmuwan lain seperti Martin Whitehouse dari Swedish Museum of Natural History malah meragukan hasil temuan orang Jepang tersebut terkait umur grafit yang diklaim sangat tua. Menurut Whitehouse para ilmuwan Jepang menggunakan usia tertua dari zikron yang jaraknya jauh dari tempat sampel grafit itu berasal.

“Jika lebih muda dari sekitar 3,8 miliar tahun, ini tidak terlalu menarik lagi." kata Whitehouse “Saya akan mengatakan ini gagal dalam tes pertama untuk membuktikan sesuatu yang tertua di wilayah tersebut, mengingat batuan beku di situ memiliki rentang usia antara 3,7 miliar sampai 3,9 miliar tahun.

Terlepas dari perdebatan dan menunggu hasil riset pembuktian terbaru, sejatinya sejak 2016 lalu berbagai macam fosil mikroorganisme purba berusia miliaran tahun juga ditemukan di daerah Greenland, utara Kanada.

Misalnya temuan Matthew Dodd dan rekan timnya dari Universitas College London. Maret lalu ia menemukan dan mempublikaskan hasil temuan fosil tertua di dunia yang diperkirakan terbentuk antara 3,77 miliar sampai 4,28 miliar tahun lalu.

Fosil ini terdiri dari sisa bakteri mikroskopik yang ukurannya lebih kecil dari lebar helai rambut manusia dan ditemukan terbungkus dalam formasi batuan di Quebec, Kanada.

Baca juga: Bagaimana Para Leluhur Kita Menguasai Dunia

“Jika batuan ini benar-benar bertanggal 4,28 miliar tahun, maka kita berbicara tentang asal mula kehidupan di bumi yang berkembang segera setelah terbentuknya lautan pada 4.4 miliar tahun lalu,” kata Matthew Dodd, penulis pertama penelitian ini yang diterbitkan di jurnal Nature.

Sedangkan publikasi temuan pada Agustus tahun lalu juga menemukan bukti fisik kehidupan purba yang sudah terawetkan dalam bentuk fosil berusia 3.7 miliar tahun di batuan Greenland. Para periset dari University of Wollongong percaya bahwa struktur lapisan di bebatuan yang mereka teliti dihasilkan dari aktivitas mikroba.

Jejak sisa-sisa mikroba kuno yang ditemukan di sepanjang pinggiran tudung es Greenland ini tidak lepas karena faktor mencairnya es yang selama ini menutupi area tersebut. Fosil-fosil bakteri temuan seperti ini dikenal sebagai stromatolit, yaitu kumpulan koloni bakteri air kuno yang telah tersedimentasi dalam beberapa lapisan dan akhirnya menjadi seperti bongkahan batu.

Baca juga: Mencari Calon Presiden Asli Indonesia

Deretan penemuan fosil organisme tua ini sejatinya makin menguatkan gagasan tentang kehidupan awal di bumi muncul di fase-fase ketika bumi ada dalam keadaan ekstrem.

Hal ini juga mendorong para ilmuwan untuk meneliti ada atau tidaknya jejak kehidupan purba serupa di batuan kuno yang ada di planet lain seperti di Mars, Jupiter, bahkan di bulan.

“Jika kita melihat batu-batu tua yang sama (dari Mars) dan tidak dapat menemukan bukti kehidupan, maka ini menunjukkan fakta bahwa bumi mungkin merupakan pengecualian yang sangat khusus” tambah Dodd.

Baca juga: Mengenal Legenda "Pribumi" Indonesia: Manusia Kerdil

Umumnya, cara menentukan umur fosil dibedakan menjadi dua jenis dan metode. Yaitu dengan cara relatif dan mutlak. Penanggalan secara relatif ditentukan berdasarkan hubungannya dengan fosil atau satuan batuan lain yang ada di sekitarnya atau yang melekat, sehingga usia tidak dapat ditentukan secara benar-benar akurat.

Sementara penanggalan mutlak ditentukan lewat berbagai metode pertanggalan radiometrik atau radioaktif. Cara ini banyak bersinggungan dengan berbagai macam rumus kimia, khususnya konsep isotop.

Baca juga artikel terkait SAINS atau tulisan lainnya dari Tony Firman

tirto.id - Humaniora
Reporter: Tony Firman
Penulis: Tony Firman
Editor: Windu Jusuf