Menuju konten utama
Seri Pesepakbola Muslim

Memori Ramadan Hakim Ziyech: Puasa Batal, Ajax Terjungkal

Pesepakbola muslim Hakim Ziyech terpaksa membatalkan puasa di tengah laga. Ajax Amsterdam yang diperkuatnya akhirnya kalah di pertandingan penting.

Memori Ramadan Hakim Ziyech: Puasa Batal, Ajax Terjungkal
Pesepakbola muslim Ajax Amsterdam yang musim depan bergabung dengan Chelsea, Hakim Ziyech. (AP Foto / Peter Dejong)

tirto.id - Hakim Ziyech pernah punya pengalaman kecut di bulan Ramadan. Pesepakbola muslim kelahiran Belanda berdarah Maroko ini terpaksa membatalkan puasa di tengah laga penting. Apesnya, Ajax Amsterdam yang diperkuat Ziyech justru kalah, terpental dari Liga Champions.

Peristiwa tersebut terjadi saat Ajax menghadapi Tottenham Hotspur di semifinal leg kedua Liga Champions 2018/2019 yakni tanggal 9 Mei 2019, yang kebetulan dihelat bertepatan dengan bulan suci Ramadan.

Hakim Ziyech sebetulnya berpuasa pada hari itu. Namun, di tengah pertandingan, tepatnya menit 22, ia dan rekan muslim setimnya, Noussair Mazraoui, terpaksa membatalkan puasa, mereka minum. Padahal, waktu berbuka sebenarnya tinggal 15 menit lagi.

Hingga babak pertama, Ajax sebagai tuan rumah unggul 2-0, Ziyech menyumbang satu gol. Jalan tuan rumah menuju final terbuka lebar karena Ajax mengantongi kemenangan 0-1 di leg pertama yang sebelumnya digelar di markas Spurs.

Namun, petaka datang di babak kedua. Tottenham Hotspur secara mengejutkan mampu membalas 3 gol berkat hattrick Lucas Moura dan menuntaskan duel dengan skor akhir 2-3.

Skor agregat 3-3, namun Spurs yang berhak menapakkan kaki ke final karena unggul gol tandang. Ziyech menyesal, Ajax terpental dari ajang paling bergengsi antarklub Eropa itu.

Mentalitas Kuat Si Bungsu

Hakim Ziyech lahir di Dronten, Belanda, pada 19 Maret 1993 dari keluarga muslim berdarah Maroko yang menjalani hidup keras di negeri orang. Ziyech anak bungsu dari 8 bersaudara. Di umur 10 tahun, ia kehilangan sosok ayah yang wafat karena sakit.

"Kehidupan ibu saya tidak mudah. Ia baru 18 tahun saat ke Belanda. Ia juga bekerja untuk membantu ayah saya memenuhi biaya kebutuhan. Membesarkan 9 anak tentu tidak mudah," kata Ziyech mengenang masa-masa itu.

"Saya tidak membutuhkan pelatih mental untuk tetap kuat. Saya sudah melewati banyak [kepahitan] dalam hidup. Kehilangan sosok ayah adalah hal terburuk. Semuanya dapat terjadi di kehidupan ini," sambungnya.

Setelah ayahnya tiada, Ziyech kembali menemukan sosok pembimbing dalam diri Aziz Doufikar. Aziz Doufikar adalah pelatih sepakbola bagi Hakim Ziyech di kampung halamannya pada masa-masa kecil menjelang remaja.

Usia Doufikar 30 tahun lebih tua dari Ziyech. Ia melihat kesamaan dirinya dengan Ziyech dan mencoba membantunya di saat-saat yang sulit.

"Sama seperti yang terjadi pada Hakim, ayah saya meninggal sebelum saya dewasa dan itu sulit. Saya katakan: 'Ayah kita melihat dari atas dan kita harus membuat mereka bangga. Ayolah, jangan khawatir, mulailah [bermain sepak bola]," tutur Doufikar dilansir The Guardian.

Diragukan Marco van Basten

Awal karier sepak bola Hakim Ziyech tidak mudah. Ia sempat bergelut dengan rokok yang tentu saja sangat tidak baik bagi seorang atlit. Pada 2007, Ziyech akhirnya mampu menembus tim muda Heerenveen. Ia dipromosikan ke skuad utama pada 2012.

Bakat Hakim Ziyech sempat diragukan oleh pelatih Heerenveen saat itu, Marco Van Basten, yang tidak lain adalah legenda hidup sepak bola Belanda. Menurut Basten, Ziyech tidak memiliki masa depan yang cerah sebagai pesepakbola.

Ternyata, ramalan sang legenda meleset. Usai hengkang dari Heerenveen pada 2014 untuk bergabung dengan Twente, daya magis Hakim Ziyech mulai terlihat.

Di musim pertama bersama klub barunya, Hakim Ziyech langsung menorehkan 16 assist dan 13 gol. Musim berikutnya, capaian pemain yang bisa berposisi sebagai gelandang serang maupun winger ini stabil: 17 assist dan 12 gol.

Aksi Hakim Ziyech yang mulai mencuri perhatian ini akhirnya membawanya ke klub terbesar di Liga Belanda, Ajax Amsterdam, pada 2016.

Inilah satu-satunya klub Belanda yang pernah diperkuat Marco van Basten (1981–1987), sang legenda yang pernah memandang Hakim Ziyech sebelah mata.

Van Basten bahkan pernah menukangi klub muda Ajax alias Jong Ajax (2003–2004), lalu menjadi pelatih skuad utama Ajax (2008–2009), sebelum menangani Herenveen sejak 2012, termasuk membesut Hakim Ziyech kala itu.

Pembuktian Hakim Ziyech

Bisa jadi Marco van Basten hanya menyunggingkan senyum kecut setelah melihat kiprah Hakim Ziyech di klub yang dicintainya. Sejak bergabung pada musim 2016/2017, Ziyech langsung mengambil peran penting di Ajax Amsterdam.

Tentang ini, jurnalis sepak bola Belanda, Marcel van der Kraan, menulis di BBC:

"Di mata saya, ia [Hakim Ziyech] tidak terpatahkan. Ia telah melalui kerasnya hidup dan awal yang sulit di Ajax, dengan cemooh dari para fansnya sendiri," tulisnya.

"Marco Van Basten tidak melihat masa depan yang baik untuknya, tetapi itu tidak mempengaruhinya," tambah van der Kraan.

Performa terbaik Hakim Ziyech di Ajax adalah musim 2018/2019. Selain mempersembahkan KNVB Cup dan Eredivise, ia juga memukau di Liga Champions.

Hakim Ziyech membantu Ajax menyingkirkan Real Madrid dan Juventus di babak gugur hingga ke semifinal, dengan mencetak 3 assist dan 3 gol dari 11 laga.

Langkah klub tersukses dalam sejarah sepak bola Belanda ini akhirnya terhenti di tangan Tottenham Hotspur dalam pertandingan di bulan Ramadan yang bisa jadi melahirkan penyesalan bagi Hakim Ziyech.

Meskipun lahir dan besar di Belanda, namun Hakim Ziyech membela tim nasional leluhurnya, yakni Maroko. Pilihan ini kena sentil van Basten yang menyebut Hakim Ziyech bodoh dan menganggapnya telah memilih negara yang salah.

Tetapi, lagi-lagi cibiran van Basten kembali kepada dirinya sendiri. Hakim Ziyech turut membawa Maroko melaju ke putaran final Piala Dunia 2018 di Rusia. Sementara Belanda, yang dulu pernah sangat lekat dengan van Basten, justru gigit jari karena gagal lolos.

Karier Hakim Ziyech bakal naik level lagi. Pesepakbola berusia 27 tahun ini segera pindah ke Inggris. Ajax telah sepakat melepas Ziyech ke Chelsea untuk musim depan dengan nilai transfer sebesar 36 juta poundsterling.

Baca juga artikel terkait SERI PESEPAKBOLA MUSLIM atau tulisan lainnya dari Gilang Ramadhan

tirto.id - Olahraga
Kontributor: Gilang Ramadhan
Penulis: Gilang Ramadhan
Editor: Iswara N Raditya