Menuju konten utama

Membandingkan Penghasilan Idol Group dari Agensi YG, JYP, dan SM

Kentungan idol group Korea berdasarkan bagi hasil di agensi YG, JYP, dan SM Entertainment

Membandingkan Penghasilan Idol Group dari Agensi YG, JYP, dan SM
Grup K-pop SNSD Girls Generation. FOTO/Litte Rape Town

tirto.id - Industri K-Pop telah berhasil mengambil hati sejumlah penikmat hiburan dunia melalui hallyu wave selama beberapa tahun terakhir. Pasar hiburan Korea Selatan makin gencar menyajikan genre musik dan tarian berbeda, serta konsep pembentukan idol group yang bermacam-macam. Usaha-usaha ini juga yang membuat K-Pop semakin dicintai para penggemar di penjuru dunia.

Banyak para remaja Korea yang pada akhirnya memutuskan untuk menjadi trainee dan bermimpi menjadi idol. Hingga, sejumlah remaja Korea saat ini merelakan kehidupan mereka demi popularitas dan kehidupan layak sebagai idol Korea Selatan.

Lebih dari itu, bagaimanakah bagi hasil di agensi tersebut, terkait juga bagaimana perusahaan memperoleh keuntungan dari semua kegiatan idol dengan perusahaan?

Terkait hal ini, laman hiburan Pann turut menulis, khususnya mengenai perbedaan distribusi antara perusahaan-perusahaan hiburan besar di Korea Selatan kepada para artisnya.

Berikut ini Tirto mencoba membandingkan kentungan idol group Korea berdasarkan bagi hasil tiga agensi terbesar Korea yaitu YG, JYP, dan SM Entertainment kepada para artisnya.

YG Entertainment

Lama Kontrak: 5 Tahun

Penjualan album fisik: Perusahaan (50 persen), Artis (50 persen)

Penjualan album fisik yang diperbarui: Perusahaan (30 persen), Artis (70 persen)

Acara/event: Perusahaan (40 persen), Artis (60 persen)

Promosi luar negeri: Perusahaan (50 persen), Artis (50 persen)

Catatan: Tetap membagi pendapatan meskipun mereka tidak mencapai titik yang impas.

JYP Entertainment

Lama kontrak: 7 Tahun

Penjualan album fisik: Perusahaan (50 persen), Artis (50 persen)

Penjualan album fisik diperbarui: Perusahaan (50 persen), Artis (50 persen)

Acara/event: Perusahaan (60 persen), Artis (40 persen)

Promosi luar negeri: Perusahaan (50 persen), Artis (50 persen)

Catatan: Tetap membagi pendapatan meskipun mereka tidak mencapai titik yang impas.

SM Entertainment

Lama kontrak: 7 Tahun

Penjualan album fisik: Perusahaan (95 persen), Artis (5 persen)

Penjualan album fisik diperbarui: Perusahaan (90 persen), Artis (10 persen)

Acara/event: Perusahaan (60 persen), Artis (40 persen)

Promosi luar negeri: Perusahaan (30 persen), Artis (70 persen)

Catatan: Tetap membagi pendapatan meskipun mereka tidak mencapai titik yang impas.

Jika dilihat berdasarkan data tersebut, beberapa pembagian keuntungan antara perusahaan dan artisnya memang dinilai kurang adil. Seperti SM Entertainment yang mendapatkan hampir semua hasil penjualan album fisik (95 persen), sementara artisnya sebesar 5 persen sebagai hasil penjualan album tersebut.

Bahkan, sebelumnya, SM Entertainment dikenal sebagai perusahaan yang memiliki kontrak perbudakan yakni 10 tahun untuk setiap artisnya yang baru debut.

Sebelumnya pada 2009 lalu, mantan anggota Super Junior, Hang Geng menggugat SM Entertainment karena perusahaan tersebut diduga memaksanya melakukan hal-hal yang bertentangan dengan kehendaknya, demikian seperti dilansir Allkpop.

Pada tahun yang sama, anggota TVXQ juga mengajukan gugatan dan mengklaim bahwa pendapatan mereka didistribusikan secara tidak adil bahkan setelah bekerja dengan batas fisik, yakni bekerja sepanjang hari dan hanya memiliki waktu empat jam tidur setiap malam.

Sedangkan, pada 2014, Kris, mantan anggota EXO juga mengajukan gugatan untuk pembatalan kontrak.

"Perusahaan telah memperlakukan saya seperti mesin, bahkan seperti alat kontrol mereka daripada menempatkan saya sebagai seorang artis," katanya, demikian seperti dilansir Korea Herald.

Karena beberapa permasalahan tersebut, akhirnya The Korean Free Trade Commission hanya memperbolehkan kontrak antara perusahaan dan sang artis paling lama adalah tujuh tahun.

Berbeda dengan SM Entertainment, masalah yang dihadapi oleh agensi YG adalah mengenai manajemen perusahaan untuk para artisnya yang dinilai buruk.

Misalnya apa yang terjadi pada Gummy, solois perempuan yang debut pada 2003 ini memutuskan untuk meninggalkan YG Entertainment setelah 10 tahun.

Ia menjelaskan bahwa jika ia berada di YG Entertinment ia tidak bisa merilis lagu sesering mungkin, karena adanya penundaan perilisan, serta standar tertentu yang dimiliki oleh YG Entertainment untuk lagu-lagu artisnya, dan lain sebagainya, demikian dilansir Koreaboo.

Hampir sama dengan YG, masalah yang menimpa JYP Entertainment adalah perusahaan yang dinilai lebih memfokuskan promosi untuk beberapa artis tertentu saja. Mereka tidak begitu memiliki permasalahan mengenai distribusi keuntungan antara perusahaan dan artisnya.

Bahkan, pada situs Pann tersebut, banyak yang menganggap bahwa perusahaan yang paling adil adalah JYP Entertainment.

Walaupun tak sedikit yang memuji YG Entertainment karena telah memberikan segalanya untuk sang artis melalui pembagian keuntungan tersebut.

Baca juga artikel terkait K-POP atau tulisan lainnya dari Maria Ulfa

tirto.id - Musik
Penulis: Maria Ulfa
Editor: Yulaika Ramadhani