Menuju konten utama

Membandingkan BPJS dengan Jaminan Kesehatan Tertua di Dunia

Belajar dari NHS Inggris, jaminan kesehatan tertua dan terbaik di dunia.

Membandingkan BPJS dengan Jaminan Kesehatan Tertua di Dunia
Avatar Ulfa Nur Zuhra. tirto.id/Sabit

tirto.id - Januari 1948, tiga tahun setelah Perang Dunia II, Menteri Kesehatan Inggris Aneurin Bevan membuat satu janji politik paling berani sepanjang sejarah Inggris.

“Dalam lima bulan ke depan, tepatnya 5 Juli 1948, seluruh masyarakat Inggris bisa menikmati layanan kesehatan gratis!”

Dari sana lahirlah sistem jaminan kesehatan Inggris yang tersohor dan dipandang sebagai salah satu yang terbaik di dunia, yakni National Health Service (NHS).

Bevan berasal dari Partai Buruh dan datang dari keluarga buruh tambang di Wales Selatan. Ia tumbuh jadi seorang sosialis, mengikuti jejak sang ayah yang juga pendukung Partai Buruh. Lahir dalam kemiskinan, Bevan paham betapa sulit mengakses layanan kesehatan.

Janji ambisius Bevan ditentang oleh lawan-lawan politiknya.

“Inggris sudah bangkrut setelah menghadapi Perang Dunia II, bagaimana mungkin negara in punya uang untuk membiayai National Health Service?” ujar Churchill dalam film dokumenter yang ditayangkan BBC pada 2008, The NHS: A Difficult Beginning.

Para dokter dan tenaga medis menolak NHS karena khawatir independensi dan kebebasan terancam.

Sebelum pemberlakuan NHS, dokter adalah profesi sangat elite di Inggris. Mereka memiliki praktik sendiri hingga menjalankan bisnis rumah sakit. Awalnya, para dokter menganggap NHS akan membuat mereka seperti tentara, digaji dan diatur negara. Sejumlah mahasiswa kedokteran yang menyatakan mendukung NHS dicibir oleh kolega dan dosen.

Bevan bersikukuh meski mustahil menjalankan NHS tanpa sokongan para dokter. Rakyat Inggris mendukung rencananya dan berhasil mengubah pandangan 40 persen dokter anggota British Medical Association (BMA). Bevan tak perlu menunggu hingga 100 persen.

Meski tak semua dokter bergabung, NHS resmi diluncurkan pada 5 Juli 1948. Rakyat Inggris berbondong-bondong ke dokter, memeriksakan penyakit yang selama ini mereka biarkan karena tak punya uang. Dokter-dokter yang enggan bergabung dengan NHS tak dikunjungi pasien. Walhasil, mau tak mau, mereka pun ikut menjadi bagian dari NHS.

Kebanggaan Rakyat Inggris

Pada usia ke-70 tahun, NHS jadi layanan sosial kebanggaan masyarakat Inggris. NHS melayani semua orang di Inggris. Barang siapa butuh layanan kesehatan akan dilayani. Tunawisma yang sakit dijemput ambulans. Tak ada iuran bulanan yang harus dibayar.

Sejak awal hingga kini, NHS dibiayai dengan dana yang bersumber dari pajak. Pada 1955, 11,2 persen dari anggaran pemerintah untuk layanan publik dialokasikan untuk NHS. Tahun lalu, porsinya 30,1 persen.

Keberadaan NHS dianggap berperan besar meningkatkan harapan hidup masyarakat Inggris dan menurunkan angka kematian bayi. Menurut data dari Office for National Statistics (semacam Badan Pusat Statistik di Inggris), angka harapan hidup perempuan hanya 70,3 tahun dan laki-laki 65,9 tahun pada 1948. Pada 2018, angka harapan hidup perempuan meningkat hingga 83,1 tahun dan laki-laki 79,5.

NHS juga berperan menghapus penyakit TBC yang sempat menjadi salah satu penyebab kematian terbesar pada 1948.

NHS didesain bukan seperti asuransi kesehatan yang menjamin risiko dan memungut iuran. Secara teknis, setiap orang yang tinggal di Inggris, Wales, Skotlandia, dan Irlandia Utara bisa mendaftarkan diri di Primary Care atau General Practitioner (GP)—semacam Puskesmas di Indonesia. GP-lah yang kelak memantau kesehatan pasien yang terdaftar.

Layanan NHS tak hanya bagi mereka yang tercatat sebagai warga negara Inggris Raya, tapi siapa pun yang datang ke negeri itu, baik pelajar, pekerja, maupun imigran, bisa menikmati layanan kesehatan gratis.

Saat seseorang mendaftarkan diri ke GP, pihak GP akan melakukan tes kesehatan. Bila ditemukan ada yang tidak beres, GP akan proaktif meminta pasien untuk datang lagi guna pemeriksaan lebih lanjut.

Bagi perempuan, papsmear rutin diwajibkan dan gratis. Mereka serius melakukan tindakan preventif. Untuk apa? Salah satu alasannya, tindakan preventif bisa menekan biaya medis. Papsmear gratis secara berkala tentu lebih murah dibandingkan perawatan kanker serviks.

Rakyat Inggris tak perlu mengantre lama untuk bertemu dokter, sebab slot untuk ke dokter bisa dipesan sehari atau beberapa hari sebelumnya. Jika Anda merasakan sakit yang serius dan butuh penanganan segera, Anda bisa menelepon kontak layanan NHS yang akan mengarahkan Anda ke rumah sakit. Apabila tidak memungkinkan bagi pasien untuk melakukan perjalanan ke rumah sakit, satu unit ambulans akan dikirimkan.

Karena NHS membawahi langsung mayoritas fasilitas kesehatan, NHS memiliki sistem dan basis data yang terintegrasi dengan seluruh rumah sakit dan GP.

Bagaimana dengan BPJS?

Di Indonesia, ada lembaga serupa bernama Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Baik NHS maupun BPJS memiliki visi yang sama, yakni memberikan layanan kesehatan berjenjang bagi seluruh rakyat Indonesia.

Namun, berbeda dari NHS, hubungan rumah sakit dengan BPJS Kesehatan seperti hubungan antara rumah sakit dan perusahaan asuransi. BPJS membayarkan klaim ke rumah sakit dan rumah sakit adalah rekanan BPJS. Sistem ini tidak berada persis di satu payung seperti NHS. Sumber dana BPJS Kesehatan pun berasal dari iuran peserta.

Dalam kondisi seperti itu, defisit tentu mutlak terjadi. Apalagi jika Fasilitas Kesehatan (Faskes) tingkat I tidak dibenahi dan tidak proaktif melakukan tindakan preventif.

Dengan sistem yang terintegrasi, NHS memungkinkan pasien untuk berobat ke GP mana pun. Rekam medis si pasien kemudian akan dikirim ke GP tempat ia terdaftar.

Skema BPJS tidak memungkinkan ini. Seorang peneliti, misalnya, berada di kota lain selama sebulan. Tiba-tiba, ia merasakan sakit yang membuatnya harus ke dokter. Dalam skema BPJS, si peneliti ini harus ke Faskes tempat ia terdaftar di kota asal. Jika tidak, dia wajib membayar untuk konsultasi dengan dokter.

Krisis dan Privatisasi NHS

Juni lalu, saya dirawat di salah satu rumah sakit di Birmingham, kota terbesar kedua di Inggris setelah London. Pada tengah malam, dokter memutuskan saya dirawat. Namun, saya baru masuk ke ruangan opname, pukul 5 pagi. Saya berbagi ruang dengan tiga pasien lain yang dijaga oleh dua perawat.

“Kami kehabisan ranjang kosong,” kata perawat yang menemani saya.

Pagi hari adalah waktu paling sibuk bagi perawat. Ia harus memeriksa tekanan darah dan suhu tubuh semua pasien, menemani pasien yang hendak ke toilet, menyiapkan obat dan peralatan mandi, hingga mengganti seprei dan selimut.

Dalam The NHS: A Difficult Beginning, Carol Doyle, professor dalam bidang pendidikan perawat dari Birmingham City University, menyebutkan beberapa persoalan yang sedang dihadapi NHS. Selain meningkatnya permintaan yang melampaui sumber dana, menurunnya pelayanan, dan penurunan ketersediaan ranjang di rumah sakit, kurangnya tenaga medis juga merupakan persoalan serius.

“Ada 40.000 lowongan pekerjaan bagi perawat saat ini,” katanya.

Pernyataan Doyle diamini oleh Imran Haq, dokter mata yang bekerja untuk NHS. Sebagai seorang dokter, ia menyaksikan dan merasakan langsung betapa NHS sedang dilanda krisis.

Meski begitu, Imran menolak rencana privatisasi. “Negara-negara dengan jaminan kesehatan yang didanai pemerintah seperti Kanada, Jerman, dan Inggris, mengeluarkan biaya kesehatan per kapita yang lebih rendah,” katanya.

Jika 70 tahun lalu para dokter menolak NHS, kini mereka menolak privatisasi.

Salah satu penyebab krisis adalah jumlah penduduk berusia tua yang terus tumbuh setiap tahun. Menurut Badan Pusat Statistik Inggris, 18 persen penduduk Inggris saat ini berusia di atas 65 tahun dan 2,4 persen berusia lebih dari 85 tahun. Semakin banyak penduduk berusia lanjut, semakin besar pula biaya layanan kesehatan yang dibutuhkan.

Pada saat bersamaan, selama lima tahun terakhir, pemerintah memangkas bujet untuk layanan sosial bagi layanan kesehatan langsung ke rumah warga sebesar 11 persen. Akibatnya, kebutuhan atas ranjang di rumah sakit meningkat karena para lansia yang biasanya dirawat di rumah kini harus ke rumah sakit.

Tahun 2015/2016, NHS sempat mencatatkan defisit hingga £2,45 miliar (sekitar Rp45,4 triliun). Angka itu hampir tujuh kali lipat defisit BPJS Kesehatan. Meski begitu, sampai kini tak ada layanan kesehatan yang dikurangi.

Masih belum jelas apa langkah pemerintah Inggris untuk mengeluarkan NHS dari krisis. Sebelum referendum untuk keluar dari Uni Eropa diselenggarakan, politikus pendukung Brexit seperti Boris Johnson mengumbar janji kosong bahwa akan ada uang £350 juta yang bisa dialokasikan untuk NHS setiap pekan.

Sekarang, tak satu pun politikus yang bisa menjamin berapa uang yang akan dialokasikan untuk NHS pasca-Brexit tahun depan.

*) Isi artikel ini menjadi tanggung jawab penulis sepenuhnya.