Menuju konten utama

Membaca Arah Facebook di Bisnis Smart Speaker

Facebook akan meluncurkan smart speaker pada kuartal I-2018 mendatang.

Membaca Arah Facebook di Bisnis Smart Speaker
Logo Facebook tampak di sela-sela pers rilis yang disebut "Facebook Inovasi Hub" di Berlin pada 24 Februari 2016. Foto/AFP/Getty Images/Tobias Schwarz

tirto.id - Facebook sedang menyiapkan smart speaker, mengikuti jejak Amazon, Google, dan Apple yang lebih dulu punya smart speaker. Dalam laporan Techcrunch, smart speaker bikinan Facebook akan memiliki layar sentuh berukuran 15 inci dari LG. Saat ini hanya Amazon dengan echo show yang menawarkan smart speaker dengan layar.

Facebook akan bekerjasama dengan perusahaan Pegatron. Perusahaan asal Taiwan akan merakit smart speaker yang diperkirakan akan muncul triwulan I-2018. Pegatron telah berhasil membuat versi percobaan produk itu dalam jumlah terbatas. Pegatron bukan nama sembarangan di jagat teknologi, mereka satu anak perusahaan Asus, salah satu raksasa produk teknologi. Selain itu, Pegatron juga dikenal sebagai salah satu perusahaan yang menangani produk iPhone dari Apple.

Smart speaker besutan Facebook dikembangkan di salah satu fasilitas rahasia milik Facebook bernama Building 8. Building 8 dikepalai oleh sosok eksekutif wanita Regina Dugan. Sebelum menangani Building 8, Dugan merupakan Vice President of Advanced technology and Project di Google. Beberapa rumor menyebutkan, teknologi revolusioner, tengah dikembangkan di fasilitas rahasia tersebut.

Secara detil, tak ada bocoran signifikan soal smart speaker bikinan Facebook ini. Selain kabar perihal penggunaan layar sentuh dari LG, bocoran lain soal spesifikasi smart speaker dari Facebook adalah penggunaan material magnesium-alumunium-alloy untuk melapisi bodi produk. Namun, bila menilik lebih mendalam, adanya layar sentuh pada smart speaker bikinan Facebook tersebut, cukup menjadi petunjuk penting untuk melihat bagaimana Facebook ingin membuat produknya bekerja.

Facebook merupakan raksasa media sosial dengan lebih dari 1,9 miliar pengguna aktif bulanan di seluruh dunia. Merujuk laman Facebook Engineering di media sosial hingga Oktober 2015, lebih dari 10 miliar foto telah diunggah ke Facebook. Rinciannya, dua hingga tiga terabit foto diunggah setiap hari. Selain itu, Facebook juga diketahui memiliki aplikasi populer bernama Instagram. Merujuk data Statistic Brain, rata-rata 52 juta foto diunggah setiap harinya oleh pengguna Instagram pada aplikasi itu.

Foto adalah material visual. Smart speaker yang memiliki layar sentuh, jelas lebih menarik daripada sekadar “speaker” semata. Dengan smart speaker yang dibekali layar, diperkirakan Facebook akan menjadikan gawai barunya itu sebagai figura bagi foto-foto yang diunggah oleh pengguna Facebook. Bila ini benar, merupakan nilai tambah untuk menghalau lawan-lawan Facebook di ranah smart speaker. Selain itu, fitur “like,” sangat mungkin ditambahkan pada piranti pintar tersebut.

Namun, Facebook memiliki lubang sangat besar untuk menghadirkan produk smart speaker. Lubang besar tersebut tak lain adalah ketiadaan asisten digital untuk mengisi smart speaker buatan Facebook. Smart speaker secara sederhana sebagai wadah atau rumah bagi asisten digital. Amazon dengan smart speaker Echo, menempatkan Alexa sebagai "roh" yang mendiami Echo. Sementara itu, Google menugaskan Google Assistant sebagai menu smart speaker bernama Google Home. Sementara asisten digital bernama Siri, menjadi penguasa dalam smart speaker bernama HomePod.

Baca juga: WWDC Ajang Apple Melawan Amazon Google dan Microsoft

Infografik smart speaker

Membuat asisten digital yang ditempatkan pada smart speaker jelas bukanlah pekerjaan mudah. Google Assistant yang disokong oleh raksasa mesin pencari Google, bahkan belum mampu mengalahkan Alexa yang dikembangkan lebih awal oleh Amazon.

Merujuk data yang dipaparkan Voicebot.ai yang dipublikasikan Techcrunch, hingga Juni 2017, Alexa telah memiliki gabungan kemampuan dan aplikasi suara hingga lebih dari 15.000 "jurus". Sangat jauh mengungguli Google Assistant yang baru menguasai 378 “jurus.”

Namun, Google Assistant unggul soal kecerdasan. Merujuk data dari Statista, dari 5.000 pertanyaan yang dilempar pada berbagai asisten digital, Google Assistant mampu menjawab 20,7 persen dari semua pertanyaan di mana, tingkat kebenaran jawaban mencapai angka 90,6 persen.

Sementara Alexa, hanya mampu menjawab 56,5 persen dari pertanyaan tersebut dengan tingkat akurasi jawaban mencapai 87 persen. Keunggulan Google Assistant soal uji kecerdasan memang tak begitu mengherankan. Dengan basis data dari sang mesin pencari, Google Assistant tentu tak memiliki masalah berarti untuk mencari jawaban apa pun dari pertanyaan-pertanyaan yang diutarakan penggunanya.

Facebook harus berupaya keras untuk menambal lubang besar ini jika benar-benar ingin bersaing dengan Amazon, Google, atau Apple pasar smart speaker. Saat ini, perjuangan Facebook menghadirkan asisten digital, salah satunya baru terlihat dari akuisisi yang dilakukan terhadap startup bernama Wit.ai. Wit.ai merupakan startup yang mendidikasikan dirinya membuat teknologi perintah suara.

Selain itu, salah satu petunjuk lain pengembangan asisten digital dari Facebook adalah sebuah unggahan status dari sang pendiri Mark Zuckerberg. Pada unggahan, Zuckerberg merencanakan membuat asisten digital serupa Jarvis dalam seri Iron Man dalam tantangan tahunannya. Sayang, belum benar-benar ada produk purnarupa asisten digital yang dihadirkan oleh Facebook.

Facebook memang memiliki asisten digital bernama M. Asisten digital bernama M hadir di aplikasi Facebook Messenger. Sayangnya, alih-alih serupa dengan asisten digital lain seperti Alexa atau Google Assistant, M lebih layak disebut sebagai chatbot. Kemampuan-kemampuan yang ditawarkan M, hanya sebatas untuk mempermudah jalannya sebuah chatting semata. Tentu M sangat tidak layak disajikan dalam sebuah gawai bertajuk smart speaker.

Masuknya Facebook ke bisnis smart speaker jelas bukan tanpa sebab. Salah satu alasan yang paling ideal adalah dunia smart speaker termasuk dunia yang menjanjikan. Mengutip data dari Statista, Amazon berhasil menjual 5,2 juta unit Echo di 2016. Meningkat sangat jauh dibandingkan penjualan mereka di 2015 yang hanya sejumlah 2,4 juta unit.

Tentunya, mengalahkan Echo dalam hal penjualan tak mudah bagi Facebook. Diketahui, hampir tiap perusahaan teknologi top dunia, merilis smart speaker masing-masing. Selepas Amazon Echo, Google Home, dan Apple HomePod, ada nama-nama seperti Line Wave dari Line, Invoke dari Herman Kardon, dan Tmall Genie dari Alibaba.

Belum lagi, perusahaan-perusahaan lain yang masih mengembangkan produk smart speaker semisal Samsung. Untuk diketahui, Samsung juga tengah mengembangkan smart speaker serupa dengan Facebook yang mereka beri nama “Vega.” Samsung telah memiliki asisten digital bernama Bixby yang telah hadir lebih dulu berbarengan dengan perusahaan itu merilis Samsung Galaxy S8.

Baca: Pertimbangkan Privasi Jika Memakai Speaker Pintar

Namun, meskipun smart speaker menjanjikan, ada masalah privasi yang cukup serius yang mesti diwaspadai calon penggunanya. Menempatkan smart speaker di ruang-ruang privat rumah kita, sama artinya mengundang perusahaan-perusahaan itu, berikut dengan mata-mata pemerintah, ikut serta menyaksikan keseharian aktivitas yang kita lakukan di rumah. Diketahui, perusahaan seperti Google maupun Amazon yang telah lebih dahulu mengeluarkan smart speaker, memang lazim mengumpulkan informasi pribadi penggunanya.

Amazon misalnya, saat seseorang berselancar di situsweb Amazon, mencari-cari barang di sana, atau mengetik kata kunci apapun tentang barang yang hendak dicari, Amazon akan merekam semua kegiatan tersebut. Dan di kunjungan berikutnya, Amazon akan memberikan sugesti perihal barang yang mungkin kehendaki sesuai dengan data-data tersebut.

Google, bahkan diketahui menggunakan semua browsing history penggunanya, guna memberikan Newsfeed yang lebih personal bagi penggunanya. Browsing history yang dimiliki Google, diperoleh memanfaatkan banyak saluran. Aplikasi Chrome, Google Search, YouTube, dan bahkan Android merupakan kanal-kanal sumber informasi Google. Bukanlah hal yang mustahil Google menjadikan smart speaker sebagai salah satu sumber memperoleh data.

Perusahaan teknologi yang ramai-ramai membuat smart speaker memang tak bisa dihindari. Mereka memaksimalkan sumber daya masing-masing sebagai keunggulan produk mereka.

Baca juga artikel terkait FACEBOOK atau tulisan lainnya dari Ahmad Zaenudin

tirto.id - Teknologi
Reporter: Ahmad Zaenudin
Penulis: Ahmad Zaenudin
Editor: Suhendra