Menuju konten utama

Memahami Hubungan antara Siklus Air dengan Bencana Kekeringan

Hubungan antara siklus air dengan bencana kekeringan bisa terjadi karena fenomena yang pertama mungkin berlangsung tidak normal.

Memahami Hubungan antara Siklus Air dengan Bencana Kekeringan
Perahu milik nelayan terdampar di sekitar Sungai Jeneberang yang mengering di Desa Bili-Bili, Kecamatan Bontomarannu, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, Rabu (30/10/2019). ANTARA FOTO/Abriawan Abhe/wsj.

tirto.id - Siklus air (water cycle) biasa dikenal dengan sebutan daur hidrologi. Adapun daur hidrologi adalah suatu sirkulasi yang meliputi gerakan air dari laut ke atmosfer, atmosfer ke tanah, dan kembali ke laut lagi. Dengan kata lain, daur hidrologi dapat disebut sebagai rangkaian proses perpindahan air di permukaan bumi, dari satu tempat ke tempat lainnya hingga kembali ke tempat asalnya.

Siklus air selalu berulang dari waktu ke waktu dengan durasi dan intensitas bervariasi. Sedangkan jumlah air secara keseluruhan tetap sama, demikian mengutip laman Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Kendati demikian, pengelolaan air dan siklusnya secara maksimal bergantung kepada kedisiplinan manusia dalam mengaturnya. Sikap disiplin manusia untuk mengelola air dapat memberi manfaat, seperti berkurangnya risiko bencana kekeringan.

Dalam kajian kebencanaan, kekeringan adalah salah satu bencana yang bisa terjadi secara alamiah maupun karena dampak aktivitas manusia. Secara istilah, bencana kekeringan adalah kondisi saat suatu wilayah, lahan, maupun masyarakat mengalami kekurangan air sehingga kebutuhannya tak bisa terpenuhi.

Sebelum memahami hubungan antara siklus air dan bencana kekeringan perlu dimengerti terlebih dahulu secara lebih terperinci bagaimana proses kedua fenomena itu terjadi.

Berikut penjelasan terkait dengan Proses Terjadinya Siklus Air, Tahapan Siklus Air, Macam-macam Bencana Kekeringan, dan Hubungan antara Siklus Air dan Bencana Kekeringan.

Proses Terjadinya Siklus Air

Siklus air disebut pula daur hidrologi. Adapun hidrologi secara etimologi berasal dari kata hydros (air) dan logos (ilmu). Secara umum, pengertian hidrologi adalah ilmu tentang air atau ilmu yang mempelajari tentang masalah air.

Sementara definisi siklus hidrologi adalah proses yang menjamin ketersediaan air di muka Bumi sehingga mencukupi kebutuhan bagi makhluk hidup. Jika dilihat dari jenis proses terjadinya, ada 3 macam siklus hidrologi.

Pertama, siklus kecil atau pendek. Proses siklus hidrologi jenis ini diawali dengan air laut terpapar sinar sinar matahari. Kemudian air laut mengalami penguapan yang seiring waktu semakin banyak. Setelah mencapai ketinggian tertentu, temperatur udara menurun, dan terjadilah kondensasi atau pengembunan.

Kondensasi uap air itu lantas memicu pembentukan awan yang berujung kepada terjadinya hujan di atas permukaan laut. Karena air tidak sampai ke daratan, siklus ini dinamakan siklus pendek.

Kedua, siklus sedang. Siklus hidrologi macam kedua ini bermula dari air laut yang terpapar sinar matahari sehingga kemudian menguap. Uap air tersebut terbawa oleh angin ke daratan.

Akibat suhu udara di atas daratan (biasanya pegunungan) dingin, terjadilah kondensasi sehingga terbentuk awan. Apabila awan tersebut telah jenuh oleh uap air, terjadilah hujan. Air hujan ini ada yang mengalir di permukaan bumi, meresap ke dalam tanah, ada yang masuk danau, sungai, dan akhirnya kembali ke laut. Karena air laut "terbawa" sampai ke daratan, siklus air ini disebut siklus sedang.

Ketiga, siklus panjang atau siklus besar. Siklus Panjang terjadi juga diawali oleh paparan matahari yang mengakibatkan air laut menguap. Uap air tersebut terbawa angin jauh ke wilayah daratan.

Usai mengalami pendinginan, uap air tersebut berubah menjadi kristal es sehingga terjadi hujan salju. Salju yang berkumpul akan membentuk padang salju yang kemudian mencair dan mengalir di sungai es (gletser). Salju yang mencair itu akhirnya kembali ke laut. Siklus air ini disebut siklus panjang mengingat ada fase membeku terlebih dahulu sebelum mencair di permukaan bumi.

Infografik SC Macam-Macam Bencana Kekeringan

Infografik SC Macam-Macam Bencana Kekeringan. tirto.id/Rangga

Tahapan siklus air

Dikutip dari Modul Pembelajaran SMA Geografi terbitan Kemendikbud, terdapat beberapa tahapan siklus air atau siklus hidrologi. Setidaknya ada tujuh tahapan siklus hidrologi yang terjadi di bumi. Berikut penjelasan dari masing-masing dari 7 tahapan siklus hidrologi.

1. Evaporasi

Evaporasi adalah proses perubahan air dari padat menjadi gas atau uap air di atmosfer. Air akan berpindah dari permukaan menuju atmosfer melalui evaporasi, proses perubahan uap air menjadi gas. Sekitar 90 persen proses evaporasi berasal dari lautan, 10 persen berasal dari perairan darat, dan vegetasi. Angin memindahkan uap air sehingga mengelilingi bumi serta dapat mempengaruhi kelembaban udara di bumi.

2. Transpirasi

Transpirasi merupakan proses penguapan air ke atmosfer dari daun dan batang tanaman. Tanaman akan menyerap air tanah melalui akar-akar. Lantas, tanaman memompa air naik dari tanah untuk memberikan nutrisi ke daun. Proses memompa tersebut didorong oleh penguapan air melalui pori-pori kecil yang disebut stomata dan ditemukan di bawah daun.

3. Evapotranspirasi

Evapotranspirasi ialah gabungan dari proses evaporasi dan transpirasi pada tumbuhan yang hidup di permukaan bumi.

4. Kondensasi

Pada tahap kondensasi, air akan mengalami perubahan wujud benda ke wujud yang lebih padat, seperti gas (atau uap) menjadi cairan.

5. Presipitasi

Presipitasi adalah peristiwa yang terjadi saat titik-titik air, salju dan es di awan ukurannya semakin

besar sekaligus menjadi berat dan kemudian berubah menjadi hujan. Umumnya, proses presipitasi dalam pembentukan hujan, salju, dan hujan batu (hail) berasal dari kumpulan awan. Awan-awan tersebut bergerak setelah dipicu oleh arus udara.

Misalnya, ketika awan-awan tersebut bergerak menuju pegunungan, lalu menjadi dingin, jenuh air, dan lantas jatuh sebagai hujan, salju, serta hujan es batu (hail).

6. Infiltrasi dan Perkolasi

Dua tahap ini terjadi saat air hujan yang jatuh ke permukaan bumi, khususnya daratan, meresap ke dalam tanah dengan cara mengalir secara infiltrasi atau perkolasi melalui celah-celah dan pori-pori tanah maupun batuan. Oleh karena itu, air akan mencapai muka air tanah (water table) yang kemudian menjadi air bawah tanah.

7. Surface run off

Surface run off merupakan proses saat air dapat bergerak dengan dua akibat. Pertama, akibat aksi kapiler atau air. Kedua, dapat bergerak secara vertikal atau horizontal di bawah permukaan tanah hingga air tersebut memasuki kembali sistem air permukaan. Lalu, air permukaan, yang mengalir maupun tergenang (danau, waduk, rawa), serta sebagian air di bawah permukaan akan terkumpul. Kemudian, mengalir membentuk sungai dan berakhir ke laut.

Macam-macam Bencana Kekeringan

Bencana kekeringan dapat terjadi pada musim kemarau dalam kurun waktu yang cukup lama atau ketika curah hujan di bawah normal. Hal ini menyebabkan kandungan air dalam tanah berkurang atau bahkan tidak ada.

Kendati begitu, konsumsi air yang berlebihan juga dapat menyebabkan kekeringan. Peristiwa ini disebabkan karena konsumsi air berlebih tidak diimbangi dengan sumber air yang berlebih pula.

Konsumsi air berbanding terbalik dengan sumber air. Artinya, bencana kekeringan bisa terjadi saat konsumsi air sudah melampaui batasnya. Sumber air hanya mengeluarkan air dengan jumlah yang sama (terbatas) sehingga konsumsi yang berlebihan akan memicu kelangkaan sumber daya alam tersebut.

Selama ini, ada beberapa macam bencana kekeringan. Khusus kategori bencana kekeringan yang terjadi secara alamiah dibedakan menjadi empat macam.

Pertama, Kekeringan Meteorologis, yakni bencana kekeringan yang disebabkan oleh tingkat curah hujan di suatu daerah bekurang jauh dari kondisi normal.

Kedua, Kekeringan Hidrologis, yaitu bencana kekeringan yang terjadi ketika pasokan air tanah dan air permukaan berkurang.

Ketiga, Kekeringan Agronomis, yakni bencana kekeringan yang berkaitan dengan berkurangnya kandungan air di dalam tanah, sehingga pertumbuhan tanaman dapat terganggu.

Keempat, Kekeringan Sosial Ekonomi, yaitu bencana kekeringan alamiah yang lantas berkembang menjadi krisis sosial dan ekonomi.

Hubungan antara Siklus Air dan Bencana Kekeringan

Bencana kekeringan disebabkan oleh beberapa faktor. Sebagai contoh, cuaca yang menyebabkan berkurangnya pasokan air dan faktor lingkungan yang dapat memperparah kondisi kekeringan.

Oleh karena itu, mengingat siklus air yang terus berulang, penyimpanan air saat musim hujan tiba sangat diperlukan untuk mengurangi risiko kekeringan. Pasalnya, eksploitasi air yang berlebihan dan tidak efisien akan memperparah defisit ketersediaan air permukaan dan air tanah.

Selain itu, daerah resapan air yang berkurang secara signifikan serta berubah menjadi bangunan pun bisa mempercepat alur berjalannya air kembali ke laut sehingga mengurangi cadangan air.

Apalagi, kebutuhan air yang meningkat karena pertambahan jumlah penduduk akan memperparah defisit air, terutama di kawasan dengan kepadatan populasi yang tinggi.

Dengan demikian, siklus air dapat memicu kekeringan saat fenomena yang pertama menyebabkan cadangan air menipis, apalagi di tengah konsumsi yang tinggi.

Di sisi lain bencana kekeringan bisa ditanggulangi. Penanganan bencana kekeringan bisa dengan beberapa cara yang mempertimbangkan kondisi siklus air, sebagaimana perincian berikut.

1. Penanganan masalah kekeringan jangka pendek

Untuk menanggulangi masalah kekeringan jangka pendek, warga dapat memprioritaskan strategi untuk memenuhi kebutuhan air sangat mendesak, yakni air minum dan kebutuhan sehari-hari.

Kendati hanya bisa dilakukan di daerah tertentu yang memungkinkan, pengeboran air tanah dalam dapat menjadi alternatif solusi dari masalah kekeringan jangka pendek.

Alternatif lain yang dapat dilakukan guna mengatasi kekeringan ialah implementasi teknologi hujan buatan untuk irigasi. Alternatif hujan buatan dapat dilakukan apabila kekeringan melanda daerah dalam cakupan cukup luas.

2. Penanganan masalah kekeringan jangka menengah

Penanganan bencana kekeringan jangka menengah dapat dilakukan dengan merevitalisasi danau, situ, dan embung sebagai penyimpan air sehingga dapat menampung air di saat musim hujan tiba.

Pembuatan embung baru di lokasi-lokasi rawan kekeringan bisa meningkatkan kapasitas cadangan air. Selain itu, memperbaiki saluran air (drainase) dapat mencegah dan mengurangi kebocoran air, serta memperpanjang siklus air agar tidak cepat kembali ke laut.

Solusi lainnya ialah penanaman air hujan, yaitu menggunakan kembali air yang sebelumnya telah dipakai dengan melakukan pengolahan sederhana dan meningkatkan jumlah tampungan air.

3. Penanganan masalah kekeringan jangka panjang

Untuk mengatasi kekeringan jangka panjang, penanganannya ialah mempertimbangkan fenomena alam, cuaca, dan siklus air sehingga bencana kekeringan dapat dihindari.

Contohnya:

  • Mengatur kembali tata ruang secara baik dengan mempertimbangkan siklus air agar terjadi keseimbangan yang dibutuhkan.
  • Melakukan reboisasi dan penanaman pohon secara massal di wilayah-wilayah yang rawan kekeringan.
  • Membangun waduk dan bendungan untuk menampung air saat musim penghujan guna mengantisipasi banjir dan mengatasi kekeringan di musim kemarau.

Baca juga artikel terkait SIKLUS AIR atau tulisan lainnya dari Ega Krisnawati

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Ega Krisnawati
Penulis: Ega Krisnawati
Editor: Addi M Idhom