Menuju konten utama

Melihat Peluang Trah Sukarno vs Kader PDIP Gantikan Jokowi di 2024

PDIP dinilai perlu melakukan regenerasi dan menyiapkan suksesor Jokowi pada Pilpres 2024. Bagaimana peluang dua trah Megawati, yaitu Puan Maharani dan Prananda Prabowo?

Melihat Peluang Trah Sukarno vs Kader PDIP Gantikan Jokowi di 2024
Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri (kedua kanan) didampingi Puan Maharani (kiri) dan Prananda Prabowo (kanan) menerima Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto (tengah) di kediaman Jalan Teuku Umar, Jakarta, Rabu (24/7/2019). ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari.

tirto.id - PDI Perjuangan akan menggelar Kongres V di Bali, pada 8-11 Agustus 2019 akhi pekan ini. Agenda utama kongres adalah memilih ketua umum baru, meski besar kemungkinan Megawati Soekarnoputri akan terpilih kembali secara aklamasi.

Selain pemilihan ketua umum, PDIP sejatinya juga perlu memikirkan regenerasi setelah Joko Widodo tak lagi menjabat sebagai presiden. Dua anak Megawati, Puan Maharani dan Prananda Prabowo memiliki peluang, tapi ia harus bisa bersaing dengan kader PDIP lain yang bukan trah biologis Sukarno.

Direktur Eksekutif Indonesia Political Review, Ujang Komaruddin menilai peluang keduanya memang berat untuk bisa maju di persaingan Pilpres 2024. Sebab, Puan dan Prananda harus bersaing dengan figur-figur unggulan PDIP lainnya, sebut saja Ganjar Pranowo (Gubernur Jateng), Tri Rismaharini (Walkot Surabaya), bahkan Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok alias BTP (mantan Gubernur DKI).

“Peluang Prananda dan Puan di 2024 sangat berat. Akan sulit bersaing dengan figur lain dari PDIP. Namun, itu akan tergantung pada dinamika politik yang berkembang nanti,” kata Ujang kepada reporter Tirto, Senin (5/8/2019).

Karena itu, kata Ujang, Puan maupun Prananda harus menampilkan performa terbaiknya agar bisa diusung partainya sendiri. Sebab jika tidak, maka peluang keduanya di Pilpres 2019 akan sulit. Apalagi, PDIP memiliki sejumlah kader populer yang elektabilitasnya cukup baik sebagai suksesor Jokowi.

Saat ini, nama Puan memang lebih tenar dibanding Prananda. Sebab, Puan menjabat sebagai Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK). Apalagi, Puan diproyeksikan menjadi Ketua DPR periode 2019-2024 yang tentu saja menambah modal politik untuk bisa lebih dikenal publik.

Namun, Puan juga memiliki kelemahan. Kinerjanya sebagai menteri di Kabinet Kerja Jokowi-JK selama ini dinilai tak cukup bagus. Putri mendiang Taufik Kiemas itu bahkan dicap hanya sebagai titipan dari sang ibu, Megawati. Bahkan jabatannya sebagai Ketua DPP PDIP Bidang Politik dan Keamanan tak mampu mengerek namanya diperhitungkan di Pilpres 2019 lalu.

Sementara, Prananda memang namanya tak setenar Puan, tapi ia dinilai sukses menjadi orang di belakang layar dalam sejumlah kegiatan partainya. Ia bahkan disebut-sebut sebagai orang yang membuat PDIP berhasil meraup 27.053.961 atau 19,33 persen suara pada Pileg 2019.

Ditunjuk sebagai Ketua Bidang Ekonomi Kreatif PDIP untuk periode 2015-2020, Nanan begitu sapaannya, memanfaatkan platform media sosial (medsos) untuk membangun branding partainya. Hal ini mengingat besarnya peran media sosial dan juga masifnya pengguna internet di Indonesia.

'Kerja senyap' Prananda bahkan sempat membuat Presiden Joko Widodo kepincut saat jelang Pilpres 2014. Hal yang paling dikagumi Jokowi atas pribadi Prananda adalah karakternya yang dingin, tetapi di sisi lainnya adalah seorang pekerja keras.

“Enggak pernah banyak bicara orangnya, tetapi selalu banyak bekerja di belakang layar,” ujar Jokowi seperti dikutip Kompas.com, 17 Oktober 2013.

Jelang kongres di Bali akhir pekan ini, nama Prananda pun seperti sengaja dimunculkan sebagai upaya PDIP melakukan regenerasi partai atau bahkan disiapkan sebagai pengganti Jokowi sebagai capres pada Pilpres 2024.

Akan tetapi, kerja keras Prananda di belakang layar akan sia-sia bila ia terus-terusan tak mau tampil ke publik. Sebab, jika ia akan maju pada pemilihan presiden dan wakil presiden 2024, maka Prananda tetap butuh popularitas agar dapat perhatian publik.

Megawati pun sepertinya menyadari hal tersebut, hingga akhirnya ia mengajak Puan dan Prananda untuk menyambut kehadiran Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto beberapa waktu lalu di kediamannya.

“Kerja di balik layar Prananda memang baik dan bisa saja lebih baik dari Puan. Namun, harus dibuktikan di publik," ujar Ujang.

PDIP Belum Mau Bicarakan Pilpres 2024

Elite PDIP sendiri memahami regenerasi memang diperlukan. Ketua DPP PDIP Bidang Organisasi, Djarot Saiful Hidayat memandang dua trah Sukarno, yaitu Puan dan Prananda cukup berpengalaman dalam mengurus partai.

Tak hanya itu saja, kata Djarot, keduanya juga dianggap berpeluang pada Pilpres 2024. “Karena di PDIP tidak ada kader yang dimunculkan secara instan. Jadi menurut saya sangat berpeluang," ucap Djarot di kantor DPP PDIP, Jakarta Pusat, Sabtu (3/8/2019).

Mantan Gubernur DKI Jakarta itu mengatakan pada kongres nanti strategi untuk memenangkan partai akan dibahas, bahkan akan diluncurkan program-program partai untuk lima tahun ke depan. Namun, soal menyiapkan kader, menurut dia, masih terlalu dini.

Hal yang sama diungkapkan Ketua DPP PDIP Bidang Hubungan Internasional dan Pertahanan, Andreas Hugo Pareira. Meski PDIP siap berlaga di Pilpres 2024, tapi menurutnya persoalan usulan nama masih terlalu jauh untuk dibicarakan saat ini.

“Kita lihat nanti. Masih terlalu jauh untuk dibicarakan sekarang,” kata Andreas.

Puan dan Prananda memang berpeluang dijagokan PDIP untuk Pilpres 2024, bila Jokowi tak lagi menjabat. Bila kedua trah Soekarno itu berhasil menjadi presiden, keduanya bakal memiliki peluang besar untuk memimpin PDIP menggantikan ibunya.

Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno menilai siapapun, Puan maupun Prananda yang bisa menjadi presiden dipastikan memiliki kelayakan untuk menggantikan Megawati sebagai pemimpin partai.

"Iya itu betul, tapi ingat bukan sekarang, after 2024," kata Adi.

Sebab, kata Adi, mau tak mau, ketua umum PDIP harus dijabat oleh trah Sukarno karena ini memang merupakan salah satu faktor kuat PDIP meraih suara.

“Karena ya suka enggak suka, PDIP partai ideologi Soekarnois dan ini salah satu faktor elektoral yang kuat,” kata Adi menambahkan.

Baca juga artikel terkait KONGRES PDIP atau tulisan lainnya dari Bayu Septianto

tirto.id - Politik
Reporter: Bayu Septianto
Penulis: Bayu Septianto
Editor: Abdul Aziz